31|Pengakuan

1.3K 54 2
                                    

Semua keluarga duduk di ruang tamu untuk siap mendengarkan penjelasan Mia. Rizki dan Rifqi pun tidak tau semua ini. Walaupun dulu mereka ada, tetapi mereka begitu kecil untuk tidak memahami situasi ini.

Sebelum bicara Mia menghela nafas dulu.

"Jadi gini,, " Mia memulai angkat bicara.

Saat itu, Mia sedang bersama si kembar yang sedang bermain di taman belakang rumah mereka.

Umur Keisha dan Kaisha saat itu 5 tahun. Masih kecil dan belum tau apa-apa. Rumah pun sepi, Rifqi dan Rizki sedang bersekolah dan Erlan sedang bekerja.

Tiba-tiba pintu terbuka begitu sangat keras, mendapati Mauren—Adik kandung Mia.

Keadaannya begitu kacau, mata nya sebab seperti habis menangis. Biasanya rambut nya tergerai manis tetapi sekarang berantakan seperti pakaian yang ia kenakan.

Mia kaget melihat adik kandung nya dengan keadaan itu. Mia menghampiri dan langsung bertanya.

"Mauren, ada apa dengan keadaan mu?"

"Mba,, mba aku mbaa" Mauren terisak dan jatuh kelantai. Badannya sangat lemas.

Mia membawa Mauren kedalam pelukannya, "Cerita sama mba, ada apa?"

"Aku,, gak akan bisa punya anak mbaa" Mauren sangat terisak, karena ia sangat ingin mempunyai anak. Ralat, suaminya yang sangat ingin.

Mia ikut sedih, adik satu-satunya ini harus menanggung penderitaannya.

"Mba ikut sedih, ayok ikut mba! cerita in semua sama mba di taman belakang ada si kembar sedang bermain" ujar Mia sambil menuntun Mauren ke belakang.

"Saat itu Mauren ikut aku ke taman belakang dimana kalian sedang bermain," rintih Mia sedih. Mia sangat ingat kejadian itu.

"Duduklah,, tarik nafasmu lalu ceritakan semuanya kepada mba" titah Mia.

Setelah mengikuti instruksi dari Mia, Mauren sedikit lebih lega dan bisa bercerita.

"Gini mba, Mba tau kan kalau suami ku itu ingin sekali mempunyai anak, sudah tiga tahun kami menanti. Semua sudah kami lakukan, bayi tabung sudah tetapi tidak berhasil dan aku di fonis tidak bisa mempunyai anak,,,

,,, Suami ku marah besar dan kecewa. Aku akan di ceraikan jika tidak memiliki anak dan ibu mertua ku malah menyetujui dan mencarikan calon istri baru padahal aku masih sah menjadi menantunya"

Lagi. Mauren terisak karena menceritakan yang di alaminya. Sebuah kutukan memang jika tidak bisa memberi keturunan untuk sang keluarga.

Tetapi bukan kah, harus lebih bersabar dan beriktiar jika ingin mendapatkan sesuatu yang kita inginkan jangan pasrah begitu saja.

"Mendengar cerita Mauren, aku ikut sedih. Deritanya adalah derita ku juga bukan?"

"Kenapa mba, aku tidak bisa punya keturunan? Mba saja sudah punya anak 4 tetapi aku satupun saja belum bisa" rintih Mauren.

"Bersabar lah, Mauren semua butuh waktunya"

"Kamu mau apa? Mba ambil kan kamu minum dulu ya, kamu tunggu sini" perintah Mia.

"Saat itu, aku mengambilkan minum di dapur untuk Mauren. Aku meninggalkan kedua anakku sebentar, tetapi ketika aku kembali,,,, " Mia mulai terisak dia tidak kuat untuk menceritakan kejadian itu.

,,, Ketika aku kembali, aku tidak menemukan Mauren dan satu anakku hilang, Kai—Kai tidak ada hanya tersisa Kei disana. Aku kebingungan aku mencari—cari kemana-mana aku menelpon Erlan untuk menyuruh nya pulang. Tetapi itu percuma, Mauren membawa Kai pergi dari ku. Selama 10 tahun dia membawanya. Ku kira dia merawatnya ternyata dia menyiksanya karena dia terkena gangguan jiwa karena tidak bisa memiliki anak"

Keisha tercengang mendengar ucapan Mia. Apa tadi? Disiksa pantas saja ada bekas luka tampar di sudut bibirnya.

Bukan Keisha saja, Rifqi dan Rizki pun yang tidak tau apa-apa pun kaget. Tidak menyangka adiknya yang jauh darinya selama 10 tahun hidup menderita di luar sana.

Sedangkan hanum? Dia mengepresikan muka datar.

"Kami, selama ini mencari keberadaan Kai. Tidak putus asa sama sekali, dan akhirnya kami menemukannya"Mia memeluk Kai yang dari tadi di sisinya. Sedangkan Kai? Dia menerima pelukan yang sangat ia rindukan dulu.

"Tetapi, itu sudah takdir Mia!" Hanum mengangkat suara.

"Apa kamu ingat, pesan Ayahnya Erlan? Aku harap kalian tidak lupa dengan tanda yang ada di belakang telinga Kaisha" Ucap Hanum menunjuk tempat tanda lahir itu.

Kaisha menyentuh tanda itu, lalu bertanya "Apa arti tanda ini?"

"Kamu ingin tau? Tanda itu memiliki arti kalau—"

"Ibu,,,,, " Mia menggelengkan kepalanya, menandakan untuk tidak menceritakannya.

"Ibu, Erlan mohon untuk sekali ini jangan bahas itu" Erlan yang dari tadi diam akhirnya mengangkat suara.

Hanum menghela nafasnya, "Ibu akan pulang besok dan bermalam disini, jika diizinkan?"

"Tentu, kenapa tidak? Ini adalah rumah Ibu juga bukan?" seru Erlan.

Hanum mengangguk pelan lalu menghampiri Keisha, "Jaga baik-baik dirimu ya Kei. Hadapi semua yang ada di hadapan mu nanti"

Keisha mengangguk kemudian memeluknya.

Setalah itu, Hanum pergi ke kamarnya dan meninggalkan semua orang yang ada di ruang tamu.

****

Hadir kembalii yeyey,,,
Ada yang kangen gak nih, wkwk

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.

Kalo absurd maapkeun ya:")

Koreksi yang typo ya

Bye,, Author syg kelan:*

KEISHA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang