Malam ini Mia sudah siap dengan penampilannya. Rambut yang biasanya selalu tergerai kini ia ikat satu dengan topi hitam sebagai penutup kepalanya.
Sepatu kulit yang sering ia pakai ketika malam dengan emosi menguasai ia gunakan untuk saat ini.
Tas dengan isi peralatan benda tajam dan tumpul sudah bertengger manis di pundak kirinya.
Malam ini, Mia hanya ingin jalan jalan sebentar ditengah kegelapan di kota Malang. Tapi dia tidak mempunyai tujuan.
Mia memutuskan untuk membawa mobilnya yang berwarna mocca.
Melaju perlahan membelah jalan raya Malang dimalam hari. Tidak banyak kendaraan yang beroperasi malam ini, padahal jam baru menunjukkan pukul 22.26
Entah apa yang membawa Mia menuju tempat ini. Setelah melewati perjalanan 10 menit dari rumahnya. Ia tiba di pasar yang hanya beroperasi ketika pagi hingga sore ini.
Ia menjejakkan pijakannya. Tas dipundak kirinya sudah bertengger kembali.
Ia membenarkan tata letak topi hitam pekat miliknya.
Berjalan masuk kedalam pasar.
Ternyata pasar yang sangat ramai dipagi hari sunyi ketika malam hari, tidak ada suara riuh. Hanya suara kecil binatang binatang pelengkap malam.
Ia terus berjalan menyusuri lorong toko yang sudah tertutup. Tidak ada pencahayaan dipasar ini ketika malam.
Mungkin jika sebagian orang akan takut bila datang ketempat ini sendiri tanpa menggunakan penerangan apapun.
Ia memilih berbelok kanan ketika di perempat. Suara ketukan sepatunya menggema, sedikit memecahkan keheningan di tengah pasar. Mungkin hanya ada dia seorang diri disini.
Mia kembali berbelok kanan ketika pertiga jalan. Melewati 3 toko yang tertutup, setelahnya kembali terlihat belokan.
Mia terdiam di ujung toko.Tubuhnya ia tubrukan pada dinding toko. Mata tajamnya menilik lurus kearah toko dimana tempatnya berdiri.
Hanya satu toko yang terdapat penerangan.
Ia merogoh tasnya dan mengambil pisau tajam.
"Kalian memang bekerja sangat keras untuk misi ini. Tidak salah saya menyerahkannya pada kalian!"
"Haha! Itu memang tugas kami pak."
"Tapi, saya masih mempunyai satu tugas lagi untuk kalian. Ini yang terakhir."
"Apa itu pak?"
"Hancur kan keluarga chalandra. Perusahaan dan keluarganya."
"Baik pak!"
***
Mia sudah siap dengan balok panjang ditangannya.
Ia berdiri disamping pintu kios yang didalamnya berpendar cahaya.
Ia sudah mendengar semuanya dengan jelas ditengah keheningan pasar Malang.
Pisau yang tadi sempat ia keluarkan dari tas nya sudah ia masukan kembali karena melihat balok besar tak jauh dari tempatnya berdiri. Sewaktu mengambil balok itu Mia mencoba tidak mengeluarkan suara agar tidak terdengar oleh manusia yang berada di dalam toko.
Mia sudah mengatur rencana untuk mengelabui manusia yang sedang tertawa sambil menghisap nikotin itu.
'Liat aja rencana gue. Pasti kalian akan senang.' batin Mia.
"Sepertinya ini sudah terlalu larut. Saya harus pulang."
"Oh tentu pak. Terimakasih untuk semuanya."
"Tidak seberapa. Saya pasti akan menambahkan jika kalian benar benar berhasil dengan kerja terakhir kita."
"Ohh tentu pak! Kami akan bekerja lebih lebih keras untuk kali ini."
"Baik. Saya menunggu kabar baiknya. Selamat malam." ucap pria yang disebut 'bapak'.
Mia menggenggam erat baloknya.
'Bapak' itu keluar dari kios sambil tertawa bersama pria yang lain.
Tiba dipintu.
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Mia sukses membuat keempat pria itu jatuh hanya dengan memukul balok yang ada ditangannya dengan sangat keras berturut-turut.
Mia menyeret kaki mereka satu persatu ke dalam kios.
10 menit berlalu. Salah satu pria yang memakai kemeja hitam itu terbangun, memegang tengkuk lehernya sambil meringis.
Mia melangkah mendekati pria itu.
"Dibayar berapa lo?" tanya Mia sambil menarik kerah pria tersebut.
Mia mendengar pergerakan lain disebelah nya. Ternyata 2 pria diantara keempat sudah terbangun.
Mia berdiri. Menyenderkan tubuhnya pada meja. Tinggal menunggu satu pria lagi untuk terbangun.
Kaki dan tangan mereka sengaja Mia ikat kencang dengan tambang agar mereka tidak meronta. Tambang itu ia dapati di toko sebelah. Kebetulan sekali bukan?
Akhirnya setelah 5 menit kemudian semua pria itu sudah terbangun.
Mia menghembuskan nafasnya.
Ia muak dengan semua ini.
"Kalian, kenal gue?"
Semua pria itu hanya menunduk menyembunyikan wajah.
Sepertinya semua pria itu takut pada Mia. Mia sudah memegang pisau tajam dan panjang ditangannya.
Mia sedikit membungkuk untuk membisikan sesuatu pada pria berjas navy itu.
"Pasti kenal gue kan. Paman?"
Yaa pria yang ingin menghancurkan segalanya adalah pamannya sendiri, Radit. Fakta yang cukup mengejutkan untuknya.
"Gue udah denger semuanya. Radit."
"Keluarga chalandra bukan hanya keluarga kalian Mia." ucap Radit
"Udah jelas jelas emang dari dulu lo selalu cari masalah sama ayah gue!-"
"Gue muak lihat lo hidup."
"Maksud kamu apa?" ucap Radit sedikit bergetar.
"Kayanya ga seru kalo lo langsung mati."
Radit melirik Mia dengan takut.
"Kita liat, seberapa menyakitkannya pisau kesayangan gue ini" ucap Mia sambil melirik tajam pisaunya.
***
Author Note.
Hi!
Awalnya part ini itu panjang. Tapi karna kepanjangan jadinya bakalan di pisah untuk part selanjutnya.
Maaf kalo ada typo atau gajelas.So?
Penasaran selanjutnya?
Jangan lupa terus nunggu yaa!Oke.
Jangan lupa vote dan comment guys!❤️🍭Thankyou.
15 mei 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath girl ✓
Teen Fiction"Ayo jadi pacar gue." Ajak cowok itu tanpa basa basi. "Lo gila ya?" "Udahlah Mi, emang lo nggak takut rahasia terbesar lo gue bongkar ke semua orang?!" "Rahasia terbesar gue?" "Iya, kalo sebenarnya lo adalah cewek psikopat." დ☢️დ Aksa arrayan...