13. Aksa pov.

2.5K 202 14
                                    

Ntah lah rasanya semua ingin ku ungkap. Namun, aku tak siap. Tak siap untuk kembali tak dianggap.
-Aksa arrayan.


                                     ****

Senja sudah ingin hilang diperaduan. Aku masih bertahan di balkon kamar sambil sesekali memetik senar gitar dengan gamblang. Menyanyikan lagu sambil menikmati semilir angin menerpa wajahku.

Masih memikirkan kejadian dibelakang perpustakaan. Itu adalah pernyataan benar adanya. Benar, dari hati. Bayangan Mia yang menyuruhku menjauhi nya dan menyuruhku berhenti akan perasaan ini seakan terus teringat.

Sikapku yang sedikit berubah dikarenakan aku tidak percaya. Tidak percaya bahwa, Mia, gadisku adalah psikopat. Gadis yang pendiam yang selalu kukagumi ternyata memiliki hal yang bahkan diluar dugaan dan nalar. Rasanya, semua perasaan bercampur. Ada perasaan takut menghampiri ketika mengetahui kebeneran itu. Perasaan sedih, kecewa, marah, tidak percaya dan banyak hal yang aku rasakan belakangan ini.

Sejak hari itu, aku mulai ingin membawa Mia pada duniaku. Aku ingin membawa Mia pada dunia yang memperkenalkan kebahagian bukan kelam. Aku ingin Mia menjauh dari rasa yang menurutku terlalu menyakitkan dan terlalu menyeramkan.

"Seharusnya gue tau dari awal mi." Ucapku

"Pasti lo sakit hidup kaya gini."

Aku ingin mengubah diriku lagi. Menjadi Aksa yang Mia kenal. Aku ingin membawa Mia pada kebahagian.

                                   *****

Aku terbangun dari tidur. Aku melirik jam yang ada di sebelahku. Masih jam 02.03 dini hari. Aku berjalan kearah luar kamar untuk mengambil air putih karena kerongkongan ku kering. Aku menuruni tangga karena kamarku ada di lantai atas.

"Loh Aksa? Kamu jam segini belum tidur?"

Aku menoleh. Ibu berdiri sambil membawa segelas air putih ditangan.

"Aku kebangun bu. Terus, haus juga makanya aku turun." Balasku.

"Oh ya sudah ibu ke kamar adek mu dulu yah," ujar ibu

Aku hanya mengangguk.

Aku berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air putih hangat. Aku membawanya ke kamar. Sesampainya aku langsung menutup pintu. Aku berjalan kearah balkon kamarku dan berdiri di hadapan penyangga. Aku hanya ingin melihat pemandangan malam dan menikmati angin malam. 

Aku meminum air itu. Lalu menghela nafas dan menghembuskannya.

Aku mendengar suara pintu terbuka. Lalu melihat ibu menghampiri ku dengan segelas teh hangat. Ia berdiri di sebelah ku. Wanita yang sangat aku cintai itu masih terlihat muda dan cantik diusia yang sudah memasuki kepala tiga.

Ibu menatap ke arahku. Ia meminum tehnya. Lalu menghela nafas dan menghembuskannya.

"Gimana? Sudah menyatakan perasaanmu?" Kata ibu. Wanita itu tersenyum hangat.

Ibu memang mengetahui perasaanku terhadap Mia.

"Udah bu." Balasku

"Wahh gimana jawabannya?" Ujar ibu sambil bersemangat.

Aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Nampaknya, ibu langsung menatap sendu kearahku.

"Kamu bisa coba lagi. Buat dia jatuh cinta sama kamu! Jangan nyerah karena ditolak satu kali!" Ujar ibu bersemangat.

"Iyaa Bu siappp!" Kata ku makin semangat

Lalu kami tertawa. Sesaat sudah reda, ibu menatap ku kembali.

Psychopath girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang