Seorang gadis tengah berdiri di hadapan kaca yang berada di dalam kamarnya. Kemeja putih polos yang melekat di tubuhnya ia turunkan sedikit hingga bahunya terlihat. Menampakkan luka jahitan yang masih terlihat membekas. Tak terlalu besar, namun sangat menyakitkan.
Ia menghembuskan nafasnya gusar, marah pada dirinya sendiri karena telah membuka kembali kenangan yang hingga saat ini lukanya belum juga mengering.
Tepat enam tahun yang lalu saat usianya 10 tahun, pisau dapur itu menggores bagian tubuhnya. Rasa sakit yang ada di bahunya bukanlah hal yang ia permasalah kan saat ini. Mengingat, ia pun sering menggoreskan benda tajam itu pada tubuhnya sendiri jika emosinya sudah tidak stabil.
Ia kembali memakai bajunya dengan benar. Berjalan ke tempat tidur dan tak lupa mematikan lampunya.
***
"Pagi Mia!" teriak Aksa, teman sebangkunya. Meskipun Aksa lelaki mulutnya itu melebihi mulut perempuan, tidak bisa diam membuat ia ingin merobeknya dengan pisau tumpul.
Meskipun dibalas dengan delikan tajam dari Mia tapi Aksa tidak takut. Memang hanya Aksa yang tidak takut dengan tatapan tajamnya.
"Mia, lo harus tau ada berita yang lagi anget banget digosipin disekolah!" ucap Aksa menggebu.
"Kemarin ada mayat diperempatan sekolah. Bahkan darahnya bercucuran sampe jalanan! Sampe warga dekat sekolah pingsan karna liat darahnya ngalir. Gilaaa itu orang yang bunuh tega banget ya!" jelas Aksa.
Mia menunduk melihat sepasang sepatunya di bawah meja. Wajahnya tidak terlihat karna posisinya menunduk dan rambut panjangnya tergerai yang langsung menutup wajahnya.
Ia tersenyum miring sambil mendengarkan ocehan Aksa yang tiada henti.
Yang dibicarakan Aksa tentang pembunuh itu adalah dirinya. Semalam dia tidak bisa tertidur karna emosi yang membuat nafsunya membunuh orang naik.
Flashback
Ia sudah bolak balik mencari posisi ternyaman untuk tidur, tapi sedari tadi tidak menemukannya.
Ia menghela napas jengah.
"Sialan sialan sialan!" teriak Mia.
Mia berjalan ke lemari. Kini kemeja putihnya sudah dibaluti hoodie hitam. Mia mengambil tas khusus peralatannya di belakang pintu. Memakai sepatu kulitnya dan bersiap.
Berjalan menuju pintu awal dan membukanya. Ia terdiam, menghela napas, memasukan kedua tangannya ke dalam saku hoodienya, ia mulai berjalan kembali.
Menyusuri kota Malang dimalam hari bukan hanya sekali dua kali bagi Mia. Ia terlalu sering melakukannya ketika dia emosi dan ingin memenuhi nafsunya.
Ketika berjalan di perempat ia melihat dua orang pria tengah menghisap nikotin. Dua pria dengan kaos hijau army dan kaos hitam dengan jaket lusuh itu mulai mendekatinya.
"Mau kemana malam malam begini, sendirian lagi?" diiringi kekehan dan tawa temannya.
"Mau kemana?" ucap temannya.
Mia tetap diam. Menunggu kedua pria itu kembali bicara. Ia tersenyum sinis. Sedikit berdecih.
'target.' ucap Mia dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath girl ✓
Teen Fiction"Ayo jadi pacar gue." Ajak cowok itu tanpa basa basi. "Lo gila ya?" "Udahlah Mi, emang lo nggak takut rahasia terbesar lo gue bongkar ke semua orang?!" "Rahasia terbesar gue?" "Iya, kalo sebenarnya lo adalah cewek psikopat." დ☢️დ Aksa arrayan...