20. jalan

1.6K 143 6
                                    

"Yang sudah hilang nggak mungkin balik lagi. Kecuali ada sebuah usaha untuk dicari."

                                   *****

"Maaf mbak, liat gadis yang duduk disana nggak?" Tanya Aksa pada mbak pelayan.

"Tidak." Ucap mbak pelayan dengan gelengan beserta senyum

Aksa keluar dari restoran. Matahari sudah tenggelam. Sudah pukul 7 malam ternyata. Pantai terlihat semakin sepi. Ntahlah.

Aksa kembali menelpon nomor Mia untuk kesekian kalinya, namun tidak kunjung dapat balasan. Ia berlari tak tentu arah. Seperti kehilangan sesuatu yang begitu berarti.

Aksa berhenti kala melihat sepasang sepatu sneaker putih yang tadi Mia kenakan. Pikirannya makin kalut saat melihat bercak darah pada sepatu Mia.

"Arrrggg! Lo kemana?!" Teriak Aksa.

Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Menampilkan sebuah pesan masuk.

Mia cakep💖
Aku di ujung jalan. Disini gelap Aksa. Kamu keluar dari pantai, lalu belok kiri dan masuk kesebuah jalan setapak yang diapit rumah. Hati hati.

           To: Mia cakep💖
Tungguin aku. Aku bakal nyusul kamu. Jangan lakukan apapun yang membahayakan diri kamu. Jangan buat aku khawatir.

Dengan tergesa ia berlari mencari tempat tersebut. Tapi sialnya, petunjuk Mia tak memberi tahu apapun. Ia terjebak. Tak ada ujung jalan disini. Semua rumah akan berujung kearah pantai.

Ia terdiam dibawah pohon. Ada yang janggal dari semua ini. Mia tidak pernah mengirim pesan dengan kata 'aku&kamu'. Bodoh, kenapa malah memikirkan itu?! Ini bukan waktu yang tepat Aksa! Maki Aksa dalam hati.

Tapi ini benar benar janggal. Semua rumit. Aksa berjalan menyusuri setiap rumah dan mencari jalan setapak yang diapit oleh rumah.

Setelah beberapa menit Aksa mulai kesal karena tidak menemukan apapun. Tak ada jalan setapak yang diapit oleh rumah, itu tidak ada.

Aksa kembali menyusuri setiap rumah. Saat menengok ke arah kanan, ia melihat jalan setapak itu. Senang bukan main rasanya.

Aksa berjalan. Tapi semakin lama tempat ini semakin gelap dan terasa pengap. Ia menyalakan senter dari ponsel nya untuk menerangi pencahayaan.

Ia mendengar suara.

"Nggak akan pernah sialan!"

Itu suara Mia. Suara Mia sangat bergetar. Seperti menahan tangis. Gadisnya menangis. Teriakan nya sangat menggema.

Tempat ini seperti sebuah rumah diujung jalan. Gelap dan pengap. Sudah tidak terpakai dan tak terurus. Banyak ban ban mobil besar diujung dan tong yang berceceran tak terurus. Aksa mencari suara Mia. Ia melihat jendela disana.

Ia menyusuri tempat ini dengan perlahan berusaha tidak menimbulkan suara yang membuat kegaduhan. Ia bersembunyi dibawah jendela yang sudah tak ada kaca nya. 

"Sampai kapan pun! Lo bakalan tetap hancur! Lo nggak akan bisa bahagia Mia!"

Aksa tak mengerti pembicaraan apa yang mereka bicarakan. Baterai di ponselnya sisa sedikit.

Ibu Risma<3
Ibu, kalo sampe jam 9 aku belum telpon ibu. Tolong kirim bantuan ke lokasi ini.

Setelah mengetik pesan dan memberikan lokasi Aksa saat ini kepada ibunya, ia mematikan ponselnya dan menaruhnya disaku. Di dalam sana, rumah yang tampak kumuh dan bisa dibilang seperti gudang tak terpakai ada sebuah cahaya yang berpendar. Ada gadis yang sangat ia cintai didalamnya. Entah bagaimana keadaan gadisnya, semoga tak seperti apa yang ia pikirkan.

"Lo mau bunuh gue?! Silahkan bunuh gue sekarang juga!" Teriak Mia menggema di seluruh ruangan.

"Iya! Gue mau lo mati! Seperti lo bunuh kaka gue!" Ucap orang itu tak kalah kencang.

Keadaan Mia sangat kacau. Matanya sembab. Kakinya perih. Bahunya nyeri. Kepalanya berdarah. Tangan Mia diikat. Kaki Mia diikat. Ia tak bisa memberontak. Demi apapun, jika keadaannya tidak seperti ini ia akan membunuh pria dan gadis dihadapannya ini. Dasar iblis!

"Tapi, gue mau Aksa yang harus mati duluan. Baru lo, gadis cantik." Ucap pria itu dengan miris dan menggoda.

"Jangan lo apa-apain Aksa. Masalah lo ada di gue! Bukan dia! Dia nggak salah! Silahkan lo bunuh gue sekarang juga! Tapi jangan apa apain Aksa!" Teriak Mia.

"Sebegitu berharganya kah Aksa di kehidupan gadis psikopat ini?" Tanya gadis yang sedang berdiri dan mencengkeram rahang Mia erat erat.

"Jangan bawa siapapun di masalah ini. Aksa ga bersalah. Dia ga tau apa apa!" Ucap Mia.

Gadis itu menggangguk.

"Iya, gue tau di ga bersalah. Tapi gue yakin dia paling berharga di kehidupan lo."

"Dia nggak ada sangkut pautnya. Kalo lo mau bunuh gue, bunuh gue sekarang juga. Tapi tolong, jangan sakiti siapapun. Terutama Aksa." Ucap Mia lirih.

Matanya memerah. Ia tidak mau hal hal yang tidak diinginkan terjadi oleh Aksa. Ini masalahnya, tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan Aksa.

Diruang ini. Diruang sepi ini Mia menangis. Menangis pada hal yang bahkan belum terjadi dan ia tidak ingin ini terjadi. Menangis diruang sepi membuat dirinya seperti orang yang sangat lemah.

"Aksaaa!!!"

                                    *****

Author Note.

Di part selanjutnya akan lebih banyak narasi ketimbang percakapan. Jika ada ketidak nyamanan mohon maaf dan dipersilahkan untuk tidak membacanya. Tapi saran lebih baik dibaca! Haha!

Jangan lupa vote 💕

Psychopath girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang