12. psycho?!

2.5K 224 4
                                    

Emosiku sulit dikendalikan. Ia seperti bagian dari beberapa kepingan hidupku. Jangan mendekat. Jika tidak ingin terkena luka olehku. -Mia.

***

Mia sedang berada di kamar nya. ia masih memikirkan pernyataan Aksa di belakang perpustakaan tadi pagi. Ia sangat tidak percaya. Tidak pernah terlintas dipikiran nya tentang Aksa yang ternyata menyukai dirinya.

Mia merasa nyeri di hatinya. Ia memiliki luka baru. Tidak bisa diungkapkan. Ini terlalu mendadak. Aksa, ia menyimpan perasaannya sendiri sangat apik, hingga Mia pun tidak mengetahui. Apa saat Aksa bersamanya ia merasa senang? Bagaimana jika Aksa mengetahui sisi buruk Mia? Apa Aksa akan meninggalkan nya? Atau bahkan lebih buruk? Ah ia bisa gila jika terus memikirkan nya.

Lalu, terlintas dipikiran nya tentang Aksa yang sudah mengetahui Mia. Aksa bilang ia sudah lama menyukainya secara diam diam. Mungkin juga, jika Aksa sudah mengetahui Mia yang sebenarnya. Kalaupun Aksa susah tahu, untuk apa ia menyatakan perasaannya? Apa ia tidak takut? Atau tidak peduli? Ntahlah.

"Kenapa sih Aksa? Kenapa lo harus suka gue?!" Teriak Mia.

Ia jadi kesal sendiri jika memikir itu terus menerus. Malam ini, emosinya sedikit bisa terkendali.

*****

Aksa berjalan menyusuri jalanan yang sudah tergolong sepi malam itu. Ia lihat tidak ada ojek malam itu. Ia meninggalkan Mia di pasar malam sendirian. Ada sesuatu yang mendesak dirumahnya yang mau tidak mau Aksa harus pulang. Ia memesan ojek online untuk mengantarnya pulang karena ia teringat motornya berada di rumah Mia.

Tapi sewaktu menunggu, ponselnya kembali berbunyi menandakan ada yang menelpon. Ia mengangkat telepon itu yang ternyata dari ibunya.

"Halo bu?"

"Halo Aksa. Kamu sudah dijalan? Aduh kayanya ga usah deh, ayahmu udah pulang."

"Yah ibuuu Aksa udah pesen ojol tauuu,"

"Loh bukannya tadi kamu bawa motor ya? Motor nya kamu dikemanain?!" Ujar ibunya dengar cukup keras.

"Ada kok bu dirumah temen, gausah nge-gas gitu dong. Aku lagi jalan sama temenku, ibu telfon aku pake teriak teriak, jelas aku panik lah buuu,"

"Ya maaf, tadi ibu juga panik lagian lampu tiba tiba mati. Kamu tau sendiri kalo lagi mati lampu ini rumah kaya gimana." Diiringi dengan kekehan selanjutnya.

"Yah ibu, rumah sendiri aja masa takut." Kata Aksa.

"Ya udah kamu tunggu abang ojolnya aja dulu, jangan lupa dibayar. Ngga usah balik sekarang juga gapapa. Sudah ada ayah dirumah."

"Oke deh bu."

"Ya udah, ibu tutup ya. Kamu kalau pulang jangan malem malem nanti ibu kunciin pintunya."

"Yahhh ib-,"

Baru juga mau nawar menawar untuk sedikit diberikan waktu untuk pulang sedikit larut. Tapi ibunya itu langsung mematikan sambungan nya.

Akhirnya tak lama Abang ojol pesanannya sudah datang. Ia hanya membayar lantas membiarkan abangnya pergi dan tidak jadi mengantarkannya.

Ia berjalan kembali masuk ke dalam pasar malam untuk mencari Mia. Sudah 2 kali ia mengitari pasar malam tapi Aksa tak menemukan Mia. Ia membeli minuman terlebih dahulu dan duduk di bangku. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada gadis itu.

Mia cakep
Mi, udah balik?

Setelah beberapa menit menunggu sambil menghabiskan minuman nya lelaki itu tidak juga mendapatkan balasan. Ia menghabiskan sisa minumannya yang sisa setengah dan berjalan menuju rumah Mia sendirian.

Ia berjalan sambil sesekali membuka ponselnya. Kalau kalau si Mia membalas pesannya.

Seperti nya komplek perumahan Mia sangat sepi jika malam seperti ini. Ia sebenarnya sudah parno sejak tadi. Tapi ia menahan ketakutan itu. Namun saat sedang parno parnonya ia mendengar suara teriakan perempuan sedikit samar.

Ia mengumpat dalam hati.

Bulu kuduknya berdiri. Tapi ada yang aneh pada suara perempuan itu. Terdengar seperti ketakutan? Ah ntah lah. Ia lanjut menyusuri jalanan dengan santai.

Tepat setelah itu ia melihat gadis yang tadi ia cari dipasarkan malam. Itu Mia, sedang mendekati seseorang yang sedang meringkuk kesakitan dibawah pohon. Baru ia ingin mengahampiri Mia, tapi saat melihat Mia memegang pisau lalu menggoreskan pisau itu ke pipi si orang yang kesakitan tersebut, yang ternyata seorang perempuan.

Ia terkejut. Tangannya gemetar. Tubuhnya kaku saat melihat gadisnya itu dengan teganya menggoreskan pisau. Ia melihat tong sampah yang lumayan besar didekat pohon. Itu bagus untuknya bersembunyi.

Ia berjalan mendekati tong dengan tidak membunyikan suara apapun. Sesampainya, ia bersembunyi di balik tong. Ia melihat semua dengan jelas. Ia tidak mungkin salah lihat. Tangannya semakin gemetar saat melihat Mia semakin memperparah keadaan si wanita itu. Wanita itu sedari tadi berteriak tertahan. Tapi Mia tidak peduli.

Itu dia, gadis yang selama ini ia sukai secara diam diam. Gadis yang selama ini selalu ia perhatikan. Gadis itu ternyata, psikopat.

*****

Author Note.

Makasih yang udah bertahan sejauh ini. Kalian hebat:')

Jangan lupa vote dan boleh juga komennya. Kritik dan saran mungkin?

28 Oktober 2019.

Psychopath girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang