Jam pertama telah Liano lewati dengan baik, kini dirinya tengah berada dikantin karena bel istirahat telah berbunyi 10 menit yang lalu dengan uang pas-pasannya Liano hanya membeli sebungkus roti dan segelas air putih.
Namun tampaknya bocah itu sangat menikmatinya seakan dirinya tengah menyantap makanan yang begitu lezat.
"Nggak papa deh pulangnya jalan kaki dari pada Lian harus nahan laper". Gumamnya sembari menggigit gigitan terakhir rotinya.
Atensi mata elangnya teralih ketika tiba-tiba suasana kantin menjadi ramai karena kedatangan segerombolan siswa yang sepertinya kakak kelas diantara segerombolan siswa itu Liano nampak mengenali wajah yang begitu familiar dinetranya "Kak Dirga". Lirihnya menatap sendu kakaknya yang tengah tertawa bersama teman gengnya, ingin rasanya ia memanggil Dirga untuk duduk menemaninya namun sekali lagi Liano tak ingin menghancurkan suasana hati sang kakak.°°°
Liano berjalan riang menikmati setiap langkah ringannya walau terik matahari telah menyengat kulit putih susunya itu, sesekali Liano bersenandung kecil menyanyikan penggalan lirik lagu favoritnya.
Pulang sekolah kali ini dirinya tidak menaiki kendaraan umum pasalnya uang sakunya telah habis Dimas sang Ayah belum memberinya lagi.Liano mulai menyebrangi jalan untuk sampai dikomplek perumahannya saat dirasa kendaraaan mulai sepi Liano pun segera berlari kecil namun saat dirinya hampir sampai diseberang tiba-tiba sebuah motor melaju akan menabraknya.
Ckittt!
Sang pengendara motor mengerem dengan segera sehingga tidak sempat menabrak tubuh Liano, jantung Liano terasa berdetak menggila.
Netranya terkejut ketika siapa pengendara motor yang hampir menabraknya itu."Kak Dirga...". Cicitnya, Liano menatap takut Dirga yang tengah menatap tajam dirinya Dirga melepaskan helm dan beranjak turun dari motornya.
Dirga menatap sengit netra Liano seketika amarah semakin membuncah didadanya "LO UDAH BOSEN HIDUP HAH! KALO MAU MATI JANGAN DISINI!!". Bentak Dirga membuat Liano semakin ketakutan."M...maaf Kak hiks m...maaf". Satu isakan lolos dari bibir mungil Liano entah mengapa hatinya terasa perih ketika lagi-lagi Dirga membentak dirinya.
Tangan Dirga terangkat yang sepertinya ingin memukul Liano namun terhenti ketika Dirga melihat wajah sang adik yang nampak begitu terluka, Dirga membuang nafasnya kasar."Ampun Kak jangan pukul Lian, Lian minta maaf hiks tadi nggak hati-hati hiks tap-".
"Udah diem!". Ucap Dirga memotong ucapan Liano yang disertai isakan itu.
Dirga menaiki motornya kembali dan mulai menjalakannya Liano menatap sendu kepergian sang kakak.°°°
Setelah membersihkan diri Liano mendudukan dirinya dikursi meja belajarnya menatap lekat foto yang terpampang didepannya.
"Bunda...".
"Lian masuk dikelas MIPA 1 Lian seneng banget tapi Lian juga sedih karena kayaknya temen-temen Lian pada nggak suka sama Lian padahal Lian nggak buat masalah terus juga nggak pada mau duduk bareng Lian dikelas Bunda...
Bunda... hari ini Lian bikin marah kak Dirga lagi gara-gara Lian kurang hati-hati waktu nyebrang jalan tadi nggak sengaja Kak Dirga mau nabrak Lian untung aja nggak jadi. Bunda kapan sih Kak Dirga dan Ayah sayang sama Lian?".
Setetes air mata jatuh dipelupuk matanya, pertanyaan itu selalu dipertanyakan olehnya.
Tes!
Tanpa sadar cairan berwarna merah itu menetes dari lubang hidungnya, Liano belum menyadari Liano kira itu hanya ingusnya namun saat ia mengusapnya betapa terkejutnya ia saat telapak tangannya berlumuran darah.
Liano segera berlari menuju kamar mandi membiarkan darah yang terus keluar itu mengotori wastafelnya.Kepalanya kini berdenyut nyeri seiring cairan merah itu keluar.
"Bunda... Lian takut".°°°
Pukul 19:00
Liano menuruni anak tangga dengan pelan kepalanya masih sedikit pusing beruntung mimisannya tadi tidak berlangsung lama hingga tidak membuat dirinya kehabisan darah.
Liano mengedarkan pandangannya nampak sepi sekali rumahnya sepertinya sang Ayah belum juga pulang kerumah dan Dirga pasti tengah menghabiskan waktunya bermain game dikamar.
Liano mengambil segelas air meneguk habis hingga isinya tandas."Shhh". Liano mendesis saat dirasa kepalanya kembali berdenyut seperti dihantam sesuatu pandangannya pun mulai berbayang.
Liano berjalan gontai menghampiri kursi meja makan dan menelungkupkan kepalanya dimeja makan sepertinya ia tak kuat jika harus berjalan kembali kekamarnya.Dirga menuang air kedalam gelasnya nampaknya ia kehausan setelah puas bermain game, Netra bulatnya menangkap sosok yang begitu dibencinya tengah menelungkupkan kepalanya dimeja makan.
Dirga tersenyum dalam artian tersenyum yang nampak mengerikan menghampiri sosok itu.
'BRAKKK'
Tbc!
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Hope (END)√
FanfictionNote : Perhatikan setiap bagian chapter karena nggak urut! Tuhan... Harapan Lian nggak muluk-muluk kok Lian cuma pengin Ayah sama kakak sayang sama Lian.