Note : Perhatikan setiap bagian chapter karena nggak urut!
Tuhan...
Harapan Lian nggak muluk-muluk kok Lian cuma pengin Ayah sama kakak sayang sama Lian.
Liano menatap tak percaya cairan berwarna merah yang memenuhi telapak tangan kanannya yang berasal dari mulutnya.
Uhukk! Uhukk!
Lagi-lagi dirinya terbatuk hebat dadanya begitu sesak saat menarik nafas pun dadanya terasa nyeri luar biasa, anak itu berlari kedalam kamar mandi..
Uhukk! Uhukk!
Hoekk!
Anak itu memuntahkan cairan merah nyaris kehitaman cukup banyak nafasnya pun tersenggal-senggal dadanya dilanda nyeri yang semakin menjadi, tubuhnya meluruh menatap takut darah yang tercecer didepannya Liano menangis tanpa suara sungguh ia begitu takut sudah hampir 2 minggu lamanya ia kerap kali mengalami batuk darah selama itu pula ia belum memberitahu Kakak ataupun Omnya karena ia takut membuat khawatir mereka.
Liano menelungkupkan kepalanya diantara kedua lututnya ia terisak hebat dengan posisi tangan kirinya memegang erat dadanya yang terasa nyeri.
***
Dirga telah bersiap menggunakan seragam sekolahnya ia pun segera ke meja makan untuk sarapan ia yakin jika Nenek, Om bahkan Adiknya telah menunggunya.
Sania tersenyum menyambut cucu besarnya itu, Dirga pun membalas senyuman hangat dari sang nenek yang tengah menyiapkan menu sarapan.
"Nenek masak apa sih? Kok kayaknya repot banget?". Tanya Dirga menarik kursinya "Nggak repot kok, nenek cuma masak nasi goreng sama tumis wortel". Balas Sania menyerahkan susu hangat pada Dirga dengan senang hati Dirga menerimanya.
"Om sama Adek mana Nek kok belum turun juga sih".
"Mungkin mereka masih siap-siap kali udah kamu makan dulu sarapannya biar Nenek yang panggil mereka".
"Pagiii..". Sapa Delon yang muncul tiba-tiba membuat Sania menatap tajam anaknya itu karena terkejut "Kamu ini ya sukaaaa banget kayaknya bikin Mama jantungan". Sungut Sania membuat tawa Dirga pecah sementara Delon hanya bisa meringis "Maaf Ma, hehe".
"Oh iya Nek biar Dirga aja yang manggil adek". Dirga bangkit dari kursinya sementara Sania hanya mengangguk.
~
Dirga mengernyitkan dahinya menatap pintu kamar adiknya yang masih tertutup bahkan nampak sepi dengan lembut ia mengetuk pintu berharap sang adik segera keluar.
"Dek... udah siap belum?! Turun yuk sarapan..". Ucap Dirga dengan sedikit meninggikan nadanya, namun adiknya tak kunjung keluar juga.
Dirga sedikit terkejut ketika membuka pintu kamar Liano yang ternyata tak terkunci, pandangannya ia edarkan namun dirinya tak menemukan keberadaan sang adik.
"Dek!". Panggilnya sedikit berteriak, Dirga berjalan mengarah ke kamar mandi barangkali adiknya tengah berada disana.
"Dek! Lo didalem!?".
Hening, namun semakin lama Dirga mendengar suara isakan dari dalam kamar mandi.
Bulu kuduknya meremang takut jika suara itu adalah hantu, Dirga kembali menggedor pintu kamar mandi dengan sedikit keras.
"Dek!, Lo didalem kan!?". Dengan keras Dirga memutar knop pintu yang tak terkunci itu membuat dirinya terhuyung.
Bisa ia lihat jika adiknya itu tengah menelungkupkan wajahnya sembari menangis sontak saja hal itu membuat Dirga panik.
"Heii... kenapa Dek?". Tanya Dirga menghampiri Liano, betapa terkejutnya ia saat menyadari jika banyak bercak darah yang tercecer dilantai.
Dirga semakin panik saja takut jika adiknya mengalami mimisan kembali ataupun terluka "D-dek kamu kenapa?, ini darah apa? Kamu mimisan lagi? Sini biar Kakak liat".
Tak ada jawaban dari Liano bahkan anak itu semakin mengeraskan suara tangisnya, reflek Dirga memeluk tubuh adiknya itu berusaha memberi ketenangan walau dirinya juga tengah terguncang.
"Sini Kakak liat dulu... jangan nangis ih udah gede juga cowok lagi nggak malu apa sama anak bayi". Ucapnya disela-sela ia mengelus pelan kepala adiknya itu.
Perlahan anak itu mengangkat kepalanya menatap sayu netra sang kakak yang langsung terkejut melihatnya.
Ada banyak darah yang memenuhi mulutnya nafasnya pun tampak berat "Lian... lo?-".
Tak berselang lama tubuh itu terhuyung menubruk dada bidang Dirga yang langsung menangkapnya.
Nafas Dirga tercekat detak jatungnya berdebar tak karuan. Adiknya kenapa?
"LIANNN! YAN BANGUN YAN NGGAK LUCU! SUMPAH INI NGGAK LUCU!". Ujar Dirga menepuk keras pipi adiknya itu yang telah menutup sempurna kedua kelopak matanya.
Dirga semakin ketakutan saat dirasa tubuh sang adik semakin mendingin dengan rona pucat yang semakin kentara diwajah adiknya itu.
"NGAKKK! NGGAK HIKS LIANNN!!!".
Tbc!
Pendek? Hemm
Gaje? Hmmm
Ya sudalah...
Selamat Hari Idul Adha bagi yang merayakannya💜
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.