Kesebelas

6.9K 554 20
                                    


"Nunduk bego, tuh kena baju". Dengan sedikit kasar Dirga mendorong belakang kepala Liano, Liano merutuki keadaan tubuh dirinya mengapa harus mimisan lagi disaat seperti ini bahkan sialnya lagi hari ini dirinya memakai kaos putih polos yang membuat warna merah dari cairan itu begitu kentara.

Dirga dihinggapi rasa panik dan cemas secara bersamaan "Lo tunggu sini gue panggil Ayah dulu". Ucap Dirga segera berlari menghampiri Ayahnya namun sebelum itu Liano menarik pergelangan tangan Dirga membuat langkahnya terhenti.

"Nggak usah panggil Ayah Kak, ini nggak papa kok Lian udah biasa bentar lagi juga berhenti". Ucap Liano memelas, Dirga menghembuskan nafasnya kasar "Nggak usah keras kepala deh lo, kemaren aja lo hampir mati kehabisan darah karena mimisan kan pokoknya lo tunggu disini!". Tega Dirga membuat Liano beringsut takut dengan terpaksa ia mengangguk lemah.

Dimas menghampiri Liano yang tengah menghentikan laju cairan darah itu sedikit tersentak karena untuk kedua kalianya dirinya menyaksikan anak itu mengalami mimisan.

"Kenapa bisa gini sih, coba sini Ayah lihat". Ucap Dimas, Liano pun mendongak memperlihatkan pada Ayahnya.

Raut cemas tercetak samar diwajah Dimas tanpa sadar ia memberikan perhatian kecil pada anak yang selama ini tak dianggapnya tentu saja hal ini membuat Liano merasa senang.

"Ini sapu tangan dari petugas kebun Yah, soalnya nggak ada tissue". Dirga menyodorkan sapu tangan bewarna biru itu pada Dimas.

"Nih dipake kalo nggak berhenti juga kita ke rumah sakit". Ucap Dimas, bola mata Liano membola apa tadi Ayahnya ingin membawa ketempat laknat itu?

Liano terus saja merapalkan do'a agar darah itu segera berhenti sungguh ia tak ingin kembali ketempat berbau obat itu.
Dirga menatap cemas adiknya ingin rasanya ia merengkuh tubuh ringkih itu namun egonya terlalu kuat.

***

Suasana mobil yang tengah dikemudikan Dimas begitu senyap bahkan Dirga anak itu terus saja melamun menatap kosong jalanan yang tengah dilintasi.

Dimas pun sama diamnya ia berusaha memfokuskan pikirannya untuk mengemudi mobilnya agar terkendali dengan baik. Sementara Liano anak itu juga terdiam perasaan bersalah menghinggapinya ia rasa telah menghancurkan acara liburan sang Kakak dan Ayahnya.

Liano menatap kesal cairan merah itu yang berhasil mengenai bajunya, tidak tahu apa kalau baju ini merupakan satu-satunya baju yang masih layak untuk dikenakan saat berpergian.

"Ayah... Kak Dirga... maafin Lian ya". Ucapnya dengan nada menyesalnya yang berhasil menghancurkan lamunan Dirga.

"Maafin Lian udah ngerusak hari libur Kakak sama Ayah tapi Lian ngg-".

"Udah diem, mending lo tidur ". Potong Dirga sungguh ia tak menyalahkan adiknya itu.

Akhirnya mereka sampai juga dirumah dengan selamat tentunya, Dirga membawa dua kantong plastik yang berisi buah strawberry yang dipetiknya tadi.

"Nih buat lo!". Dirga menyerahkan sekatong plastik itu pada Liano, Liano sempat terbengong melihatnya "Mau nggak lo". Ucap Dirga, dengan cepat Liano mengambil kantong plastik itu "I-ini beneran buat Lian? Makasih Kak".
Dirga hanya berdehem.

Saat Dimas membuka pintu utama dibuat terkejut ketika melihat Delon yang tengah terduduk diruang tamu.

"D-delon... ada perlu apa kamu kesini?". Dimas menghampiri Delon yang mengulas senyum sesaat.

"Lian mana bang?". Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Dimas justru Delon malah balik bertanya.

Yang dibicarakan pun muncul bersamaan dengan Dirga dibelakangnya "Om Delon!". Seru Liano semangat segera ia menghampiri Omnya itu, dengan senang hati ia mengusak pelan rambut keponakannya itu yang terasa lengket karena berkeringat.

"Om Delon, akhirnya kita ketemu lagi". Ucap Dirga yang juga menyapa Omnya itu.

"Iya dong... eh ngomong-ngomong kalian habis dari mana?". Tanya Delon "Diajak Ayah ke kebun strawberry nih Om, mau nggak aku juga bawa". Jawab Dirga meletakan sekantong strawberry dimeja "Oke deh nanti Om makan, loh ini baju Lian kenapa?". Tanya Delon yang ternyata baru saja menyadari ada noda darah dibaju Liano.

Liano sempat terkejut tidak mungkin dirinya membohongi Om nya "Tadi Lian mimisan dikit, mungkin karena Lian kepanas kali". Ucap Liano enteng tak sadarkah itu membuat Delon menahan gejolak kekhawatiran dihatinya.

"Emm... Dirga, Lian bisa kalian kembali kekamar kalian Om mau bicara serius dengan Ayah kalian, bisa?". Dirga hanya mengangguk Liano pun mengikutinya.

Setelah memastikan bahwa kedua keponakannya memasuki kamarnya, Delon membanting pelan map coklat yang dibawanya di meja.

"Baca dan cermati bang aku harap sih setelah ini Abang bisa berubah dan menyesali apa yang Abang lakukan selama ini kepada keponakanku, Lian". Ucap Delon dengan nada seriusnya jujur ia sudah tak sabar melihat seperti apa reaksi orang didepannya ini setelah membaca isi map itu.

"Ini maksudnya apa ya Lon, ini apa?".

"Hasil pemeriksaan Liano". Datar Delon

Dimas menghela nafasnya lebih tepatnya untuk menghalau rasa gugupnya.

Delon menatap lekat setiap gerakan yang dilakukan Dimas hingga akhirnya ekspreksi yang diinginkan Delon terwujud, Dimas terpaku dengan pandangan kosong bahkan kini ia sudah menjatuhkan secari kertas yang bisa membuat pertahanan siapa pun hancur.

"Nggak, nggak mungkin".

"Kenapa nggak mungkin?  Seharusnya bang Dimas sadar kalo ini mungkin hukuman buat Abang nyesel udah nggak ada gunanya bang semuanya udah terjadi!". Sentak Delon.

"Haha, ini lucu Delon dibayar berapa kamu sama anak itu untuk membuat rekayasa konyol seperti ini hanya untuk menarik simpati ku".

Bugh!

Delon melayangkan bogem mentahnya habis sudah kesabarannya dengan teganya manusia didepannya ini mengatakan hal sekejam itu.

"Kamu emang brengsek bang! Tega ya kamu sebegitu bencinya sama anak sendiri sampe nuduh kalo ini sandiwara!
Emang lucu emang pantes hal kayak gini dibercandain tanpa sadar kamu udah injak harga diri aku sebagai dokter bang". Sentak Delon

"Lantas kalo yang kayak gini dibilang sandiwara, sekarang aku tanya apa begonya abang ini juga sandiwara?". Cibir Delon membuat Dimas diam tak berkutik.

"JAWAB BRENGSEK!". Bentak Delon yang mulai kalap bahkan dirinya hampir saja melayangkan pukulannya kembali.

"Delon... sebegitu burukkah aku sebagai Ayah?". Tanya Dimas dengan pandangan kosong bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

"Bukan buruk lagi tapi bajingan, anak sakit malah dituduh sandiwara kalo nggak sanggup ngurus Liano biar dia ikut aku aja. Aku kasihan sama Kak Kalia pasti sampe sekarang dia belum tenang karena kelakuanmu bang yang terlalu bodoh membenci darah dagingmu sendiri nggak sadar kalo anak yang kamu benci itu adalah anak yang diperjuangkan sama Kak Kalia bahkan rela merelakan nyawanya".

Air mata Dimas berlomba-lomba turun setiap kata yang terlontar dari Delon begitu mengoyak hatinya.

Delon menatap sinis Dimas yang kini tengah menangis, muak itulah yang Delon rasakan "Aku bakal ambil hak asuh Lian". Dingin Delon.

Dimas menggeleng "Nggak ada hak kamu tiba-tiba ngambil hak asuh anak abang". Delon berdecih tak salahkah tadi dirinya mendengar jika Dimas mengakui Liano sebagai anaknya? Kemana saja sejak kemarin. Oh, bukankah ini lucu?












Tbc!

Holla😃

Liano back😎

Maaf sebelumnya author nggak sempat balas komenan dari kalian bukannya author sombong loh tapi ya gitu terhalang kuota😅

Waktu nge up aja pake wifi nyuri dari temen btw😂😂😂

See you😗

Little Hope (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang