Ketigapuluh-Delapan (END)

9.6K 446 43
                                    


Beberapa bulan kemudian, banyak hal yang terjadi selama beberapa bulan itu dari kebahagian hingga tangis.

Liano, anak itu sudah berhasil mematahkan vonis Dokter yang mengatakan jika ia hanya dapat bertahan selama 3 bulan anak itu benar-benar membuktikannya sekarang sudah hampir 7 bulan ia bertahan melawan monster jahat yanh senantiasa menggerogoti tubuhnya.

Tentunya dengan waktu yang bisa dikatakan cukup lama ia bertahan saat ini ada banyak hal yang terjadi yang tentunya tidak semudah dan semulus harapannya.

Dari kerasnya obat kemoterapi hingga treatment-treatment lain yang senantiasa ia jalani untuk membantu kesembuhannya. Namun agaknya harapan dirinya akan terbebas dari jerat monster itu cukup kecil keras nya obat dan juga treatment hanya membuatnya bertahan tentu hal itu harus tetap ia syukuri lewat jalur itu ia dapat mewujudkan harapan-harapan kecilnya.

"Ayah...". Lirihnya terdengar lemah, Dimas yang sejak tadi berada disamping anak itu pun segera menggenggam jemari kurus bungsunya.

"Kakak dimana?". Tanyanya

"Kakak lagi makan siang sebentar dikantin, kenapa? Adek butuh apa? Kan ada ayah". Ujar Dimas entah mengapa kedua matanya kini memanas melihat betapa pucatnya wajah sang bungsu hingga tubuhnya yang kini semakin kurus semakin mengoyak hatinya.

Liano menggeleng lemah, netranya memandang tiang infus yang juga tergantung sekatong darah yang kini mengalir ditubuhnya "Pasti itu darah punya kakak lagi.. Hiks kenapa sih harus punya kakak hiks Ayah kasian kakak pasti sakit diambil terus darahnya hiks". Isakanya membuat Dimas segera merengkuh tubuh kurus itu "sstt... Nggak papa sayang, Kakak ngelakuin ini karena sayang banget sama adek". Ujar Dimas tanpa sadar bulir air matanya kini mulai menyeruak keluar.

"Bahkan hiks ginjal Ayah sekarang tinggal satu hiks gara-gara adek juga hiks maafin adek Ayah maafin ya. Tuhan pasti marah banget sekarang sama adek hiks karena udah ngambil hak milik punya Ayah sama Kakak hikss Ayahhh adek takuttt".

Dimas kehabisan kata-kata entah mengapa sepatah kata pun tak sanggup ia ucapkan terlalu perih rasanya mendengar tangisan putranya itu, ya 2 bulan lalu dirinya sengaja mendonorkan salah satu organ ginjalnya untuk si bungsu karena kedua ginjal Liano bermasalah akibat efek samping penggunaan obat-obatan keras puncaknya salah satu ginjal Liano rusak parah hingga kehilangan fungsinya mengakibatkan ia harus mendapat donor ginjal segera karena tak mungkin anak itu bertahan dengan ginjal satunya yang memang sudah bermasalah.

"Kalo adek nyerah gimana Yah?".

Dimas terdiam mungkin sudah ratusan kali bungsunya itu mengatakan hal itu selama beberpa bulan kebelakang kata-kata yang membuatnya ketakutan.

"Adek kuat buktinya sampe sekarang kamu masih sama Ayah sama kakak juga, sebentar lagi adek bakal sembuh jangan ngomong kayak gitu ya... ayah sedih dengernya".

Liano semakin mengeratkan pelukannya ia tak bermaksud membuat Ayahnya sedih dirinya hanya takut akan menyerah karena ia merasa waktunya semakin menipis.

"Besok Adek boleh ikut ke acara wisuda kakak ya Yah?".

"Tapi.. Adek besok harus kemo lagi".

"Adek nggak mau kemo lagi, udah ya yah nggak usah berobat lagi Adek pengin ngabisin waktu adek bareng Ayah sama Kakak tapi bukan di rumah sakit".

Hati Dimas berdenyut nyeri bulir air matanya semakin deras meluruh tanpa disadari Liano tentunya.

"Nggak bisa Adek harus kemo katanya mau sembuh, kalo udah sembuh Ayah janji bakal ngajak Adek kemana pun yang adek mau tapi sekarang adek sembuh dulu ya?".

"Ayah... Adek janji ini permintaan terakhir dari adek. Adek cuma minta dateng ke acara wisuda kakak kok abis itu adek kemo deh".

"Jangan ngomong gitu Dek Ayah takut". Tangis Dimas pecah ia tak perduli jika Liano kini mengetahui betapa hancurnya ia saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Hope (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang