Kesembilan

6.7K 516 22
                                    

Dirga tengah mengganti baju basket yang telah basah oleh peluhnya, hawa panas begitu menyiksanya saat ini saat puas bermain 2 jam full.

"Lo mau langsung balik Ga?". Tanya Fahri yang sedang mengelap bulir keringatnya dengan baju basketnya.

"Iya lah capek banget gue". Ucap Dirga yang kemudian menenggak sebotol air mineral dengan sekali tengguk air itu pun habis.

"Ya udahlah, besok sabtu kan libur gue main ke rumah lo boleh lah".

"Ngapain pake ijin segala biasanya juga main slonong aja kek curut bumi lo, ya udahlah gue mau balik nih udah sore banget keknya". Dirga mengambil tas hitamnya kemudian ia sampirkan dipundak kanannya dan beranjak pergi.

"Ati-ati lo!". Teriak Fahri yang entah didengar oleh Dirga atau tidak.

***

Delon kini tengah menemani Liano ditaman belakang rumah tepatnya dikolam ikan yang sedang memberi makan kura-kuranya.

"Om kok Kio nggak mati ya padahalkan nggak Lian kasih makan beberapa hari ini". Ucap Liano sembari menyodorkan sayuran pada mulut Kio.

"Karena Kio itu kuat". Delon tersenyum menatap lekat wajah polos Liano.
Liano hanya mangut-mangut sesekali tertawa saat jarinya tak sengaja bersentuhan dengan mulut Kio.

"Masuk yuk, kayaknya Kakak kamu udah pulang deh". Ajak Delon, Liano sedikit sedih karena harus berpisah dengan Kio padahal dirinya belum cukup puas bermain dengan Kio.

Dirga tengah menengguk segelas air didapur "Kamu udah pulang Ga, kok tumben balik jam segini". Ucap Delon menghampiri Dirga diikuti Liano yang mengekor dibelakangnya.

"Iya Om habis latihan basket". Dirga meletakan gelas kosongnya diwastafel "Tumben Om nggak ke Rumah sakit. libur?".

"Tadinya Om cuma mau nganter Lian tapi Om kasihan kalo Lian ditinggal sendirian dirumah. Bilang ke Ayah kamu Ga suruh cari ART percuma rumah gede sama yang katanya Ayah kamu banyak uang itu masa memperkerjakan satu ART aja nggak sanggup sih".

Dirga menghela nafas lelah mendengar ocehan Omnya itu membuat rasa lelahnya semakin menjadi saja "udah kok Om tapi ya gitu sibuk katanya nggak sempet cari".

Delon hanya mendengus kesal "sudah sana kamu mandi habis itu turun makan malam udah siap". Ucap Delon, Dirga hanya mengangguk dan berjalan ke arah kamarnya.

***

"Om... Lian makan dibelakang aja Lian nggak mau ganggu kakak". Bisik Liano membuat Delon mengernyitkan dahinya saat dirinya hendak mengambilkan nasi untuk Liano.

"Kenapa gitu, disini kan ada Om masa kamu mau makan dibelakang nggak lucu banget".

"Tapi Lian udah biasa Om, takutnya nanti kak Dirga nggak mau makan. Makan dibelakang aja ya Om nggak papa kok".

Dirga muncul menghampiri meja makan dengan muka datarnya, hal itu membuat Liano dilanda rasa takut.

"Nggak papa udah ini dimakan ya kalo nambah tinggal ambil kamu harus banyak makan sayur dan buah supaya cepet pulih". Ucap Delon menyodorkan sepiring nasi dan sup sayuran yang ia buat pada Liano, awalnya Liano ragu untuk menyantap namun ketika pandangannya bertemu dengan Dirga kakaknya tak bereaksi apa-apa ia pun mulai melahap.

"Om mau nginep disini?". Tanya Dirga memecah keheningan "Nggak kayaknya Ga soalnya Om besok harus berangkat pagi karena ada operasi mungkin habis makan Om pulang". Jawab Delon santai, Liano mendengarnya sedikit sedih.

Akhirnya acara santap menyantap makan malam telah usai, Delon tengah bersiap untuk berpamitan pulang pada kedua keponakan kesayangannya.

"Om pulang dulu ya, Ga tolong adeknya diingetin minum obatnya. Ya udah Om pamit ya". Ucap Delon mengusak sejenak kepala kedua keponakannya itu kemudian beranjak memasuki mobil dengan melambaikan tangan.

"Hati-hati Om, jangan lupa sering mampir kesini!". Teriak Dirga yang hanya ditanggapi dengan anggukan dan senyum manis dari Delon.

Sementara Liano hanya terdiam menatap kepergian Omnya, "Udah masuk lo". Datar Dirga sedikit mendorong tubuh Liano.

"Kak... Ayah pulang jam berapa?". Tanya Liano dengan nada takut-takutnya.
"Jam sembilan". Jawab Dirga asal kemudian beranjak memasuki kamarnya, Liano menatap sendu pintu kamar kakaknya yang telah tertutup andai saja Dirga menyayanginya mungkin dirinya tak merasakan sesepi ini.

***

Sabtu pagi, merupakan hari yang ditunggu Dirga selain dirinya libur hari sabtu Ayahnya Dimas telah berjanji untuk mengambil cuti dan mengajaknya jalan.

Pukul 9, dirinya telah rapi dengan stylean jaket bomber berwarna maroon dan celana jeans warna hitam cukup sederhana memang.

Terlihat Ayahnya tengah menyesap secangkir kopi hitamnya dengan koran ditangannya.

"Yah, jadikan kita jalan?". Tanya Dirga mendudukan dirinya disamping Dimas, "udah siap aja kamu, iya jadi Ayah ganti baju dulu ya". Dirga hanya mengangguk.

Tak perlu waktu lama 15 menitan Dimas sudah berganti dengan baju santainya, dari arah dapur Liano tengah menyapu lantai sesekali merapikan barang yang memang tidak rapi bisa dibilang bukan pada tempatnya. Pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel adalah rutinitas yang wajib dilakukan oleh Liano urusan cuci mencuci Dimas menggunakan jasa loundry khusus bajunya dan putra sulungnya tentunya sementara Liano mencuci dengan tenaganya biarpun ada mesin cuci.

Liano sedikit kepayahan saat dirasa pening kini menghampirinya bisa ingatkan jika dirinya belum sepenuhnya sembuh.

Dimas sedikit tersentuh ketika sesekali putra bungsunya itu memijit pelan pelipisnya bahkan keringat telah membasahi sebagian wajahnya, Apakah dirinya Ayah yang jahat membiarkan anak yang baru saja keluar dari rumah sakit untuk bekerja?

"Sini kamu!". Tegas Dimas menghentikan aktifitas yang dilakukan Liano, dengan pelan ia melangkah menghampiri sang Ayah.

"Ganti baju sekarang, kamu ikut pergi jalan hari ini dengan putraku". Dingin Dimas, Liano sempat mengerjapkan beberapa kali mata indahnya terlihat polos bukan diotaknya terus berputar kata-kata yang baru saja diucapkan Ayahnya. Apakah ia salah dengar? Apa tadi Ayahnya mengajaknya pergi jalan ya walau diakhir kalimat ia hanya mengakui Dirga kakaknya hanya putranya tapi itu tak masalah Liano sudah terbiasa bukan.

"Cepet!, sana kamu ganti baju 10 menit saya tunggu jika lebih akan saya tinggal". Dimas beranjak meninggalkan Liano yang masih mematung bahkan sapu yang dipegangnya ia remat kuat ada getar membucah dihatinya.

Tanpa sadar Liano melebarkan senyumannya "Aku harap ini nyata!".








Tbc!

U

p again, mumpung ide lagi jalan😁

Little Hope (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang