Kedelapan

7K 504 11
                                    

Akhirnya mata yang biasanya secerah matahari itu terbuka menyesuiankan cahaya yang begitu menusuk membuatnya mengerjap beberapa kali.

"Eunggh". Lenguhnya saat dirasa suasana disekitar tampak berputar ternyata sensi pening luar biasa itu masih ia rasakan akhirnya ia memejamkan matanya kembali.

"Bangun dong gantengnya Om". Mendengar suara yang begitu familiar Liano pun berusaha membuka kelopak matanya lagi samar-samar ia melihat wajah itu dahinya nampak mengernyit "O-om Del-on..". Ucapnya terbata, sensasi nampak berputar begitu menyiksanya sekarang.

Delon melebarkan senyumnya "Jangan tidur lagi dong emang Lian nggak kangen sama Om?". Ucap Delon dengan nada dibuat memelas.

"Muter-muter Om". Delon tersenyum tipis ia pun mengelus surai kehitaman milik Liano "masih pusing ya?, kalo gitu tidur lagi aja pasti nanti kalo bangun udah nggak".

"Lian Capek..". Lirihnya

Dirga hanya memperhatikan kedua orang tersebut berinteraksi hatinya nampak sedikit tak tenang ketika melihat keadaan adiknya yang nampaknya masih begitu lemah.

"Dia kenapa Om?". Tanya Delon
"Masih pening katanya, kondisi ini biasa kok dirasain sama orang yang mengalami anemia apalagi sampe dilakukan transfusi darah pasti merasakan sensasi berputar saat melihat sekitar".

"Demamnya juga udah mulai turun untung aja tadi nggak mengalami kejang karena panasnya mencapai 39,9°C angka yang cukup tinggi". Delon merapikan anak rambut yang menutupi dahi keponakannya itu.

"Udah gede ya keponakan Om ganteng lagi kayak Omnya, hehe.". Delon terkekeh sendiri sementara Dirga merotasikan bola matanya malas jengah sekali mendengar ucapan Om satunya itu yang super percaya diri.

"Oh iya Ga berhubung kamu yang disini karena Ayah kamu itu sok SIBUK, Om cuma mau bilang kalo kondisi Lian besok udah stabil Om akan melakukan pemeriksaan terhadap Lian". Ucap Delon yang nampak begitu serius membuat Dirga sedikit dihinggapi perasaan yang sulit dijelaskan.

"Pemeriksaan apa sih Om, orang demam biasa juga". Dirga berusaha tenang dengan menyangkal ucapan Omnya yang terlalu menakutinya.

"Adik kamu nggak baik-baik aja Ga, Om juga takut kalo dugaan Om benar. Ada yang janggal ditubuh adik kamu semacam-".

"Stop! Udah nggak usah dijelasin kalo Om mau melakukan pemeriksaan ya udah lakuin aja". Ucap Dirga memotong kalimat Omnya itu karena Dirga tak mau mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Omnya.

***

3 hari sudah Liano menjadi tahanan Rumah sakit dan akhirnya hari ini dirinya sudah diijinkan pulang oleh Omnya, Delon.

"Udah siap semuanya kan, kalo gitu yuk Om anter". Ucap Delon membawa Tas yang berisi perlengkapan Liano selama dirawat.

Berhubung Dirga kakaknya sekolah dan Ayahnya tengah sibuk dengan pekerjaannya maka Delon lah yang mengantarnya pulang.

Selama diperjalanan Liano difokuskan pada pemandangan jalan yang ia lewati melalui kaca jendela mobil Omnya.

"Lian Om mau tanya, apa sampe sekarang Ayah kamu masih sering main tangan sama kamu?". Tanya Delon tanapa mengalihkan pandangannya.

Liano menoleh sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Delon ia sendiri pun bingung harus menjawab apa "Nggak kok Om, sekarang kan Lian udah nggak nakal tapi Ayah sama Kakak diemin Lian tapi kayaknya Ayah sama Kak Dirga benci deh sama Lian". Jawab Liano yang tak sepenuhnya berbohong malah terdengar sangat polos di indra pendengaran Delon, membuat sedikit rasa nyeri dihatinya.

"Benerankan kamu nggak lagi bohongin Om kan?". Liano hanya mengangguk "Kenapa Om nggak benci Lian juga? Padahal kan Lian udah bikin Bunda pergi...".

Delon tersenyum tipis mendengarnya, miris sekali anak sepolos Liano harus dibenci Ayah dan Kakaknya hanya karena ia membuat kesalahan yang bahkan bukan ia yang inginkan.

"Om sayang Lian, Lian percaya nggak kalo Om kasih tahu kalo Bundanya Lian itu sayang banget sama Lian". Ucap Delon sedikit bergetar bahkan kini matanya sudah berkaca-kaca.

"Percaya! Om percaya nggak kalo Lian juga sayang Om, sayang Ayah juga sayang Kakak juga". Ucap Liano dengan sumringahnya, membuat Delon terkekeh.

"Janji ya sama Om kalo Lian bakal jadi anak yang kuat apapun yang terjadi, Lian harus percaya kalo Ayah sama Kakak Lian sebenernya sayang sama Lian tapi mereka itu malu dan suatu saat nanti pasti mereka bakal nunjukin kalo mereka sayang Lian". Liano hanya menganggukan kepalanya, tanpa sadar kini mereka telah sampai dipelataran rumah yang cukup dibilang mewah dengan desain minimalis.

Delon mengantarkan keponakannnya menuju kamar meletakan tas yang dibawanya, sedikit rasa sedih ketika ia melihat figura sang kakak yang terpanjang dikamar keponakannya itu.

"Kamu langsung istirahat ya ingat jangan melakukan hal yang buat Lian lelah dulu".

"Iya Om, Om mau balik ke Rumah sakit lagi ya?". Tanya Liano menatap sayu Omnya itu, Delon tersenyum "emang kenapa?".

"Kenapa Om cepet banget sih perginya, Lian kan masih mau ditemenin sama Om. Lian sendiran dirumah Om". Ucap Liano dengan nada memelasnya membuat Delon mengurungkan niatnya untuk kembali ke Rumah sakit untuk bekerja.

"Iya deh Om temenin, ya udah sekarang Lian tidur istirahat. Om disini kok". Ucap Delon sembari menuntun Liano untuk berbaring dikasurnya.

Liano mulai memejamkan matanya dan menyelami alam mimpi, Delon mengusap lembut pucuk kepala keponakannya itu.

***

Pukul 16:30...


Liano tengah berganti baju setelah ia melakukan ritual membersihkan diri, wajahnya masih terlihat kuyu karena masih merasakan kantuk mungkin jika Delon tak membangunkannya sudah pasti dirinya tertidur hingga malam.

Kini Omnya tengah menyiapkan makan malam untung saja, Delon memiliki sedikit bakat memasak jadi tidak terlalu buruk rasa masakannya.

Liano menghampiri Delon yang tengah sibuk dengan alat dapur dan antek-anteknya "Om masak apa?". Tanya Liano menatap banyak sayuran yang terpotong bahkan tercecer "Om mau bikin Sup, intinya ini banyak sayurnya supaya kamu cepet sehat". Jawab Delon yang kini tengah memotong wortel.

"Kak Dirga belum pulang?". Ucap Liano sembari mengedarkan pandangannya yang tak mendapati sosok kakaknya.

"Belum, kamu duduk aja dulu atau nonton tv dulu jangan berdiri kelamaan nanti kamu capek, nggak mau kan kepalanya muter-muter lagi". Liano membuang nafasnya pelan dirinya pun memilih mendudukan diri dikursi meja makan sekedar melihat aktivitas Omnya.

Sesekali Delon menoleh dan memandang Liano yang kini menelungkupkan kepalanya dilipatan kedua tangannya diatas meja makan.

Delon tahu pasti Liano masih mengantuk terbukti ketika tadi ia membangunkannya yang agak sedikit sulit.

"Om yakin kalo itu kamu baik-baik aja".








Tbc!

Semoga masih menikmati cerita ini...

Little Hope (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang