Keempat

7.4K 531 10
                                    

Liano mendengus pelan lagi-lagi dirinya harus berjalan kaki sepulang sekolah, Dimas Ayahnya belum juga memberinya jatah uang saku.
Panas dan lelah kini bercampur satu Liano menyeka keringatnya bahkan bisa ia rasakan kini kepalanya kembali berdenyut semalam ia juga tidak dapat tidur dengan nyenyak mengingat semalam sepertinya dirinya demam.

Liano mendudukan sejenak dirinya dihalte yang kebetulan berada tak jauh darinya, hingga ia merasakan sesuatu yang hangat keluar dari lubang hidungnya dengan tangan gemetar Liano menyentuh bawah hidungnya. Apa? lagi-lagi dirinya mimisan!

Liano berdecak kesal mengapa disaat seperti ini cairan itu harus keluar, Liano menundukan kepalanya membirkan darah itu terjun bebas kebawah dirinya tak punya tissue ataupun sapu tangan Liano tidak bodoh jika ia mengelapnya dengan seragam sekolahnya bisa-bisa ia dimarahi Dimas.

Ingatannya tertuju kejadian pagi tadi sebelum dirinya berangkat sekolah ketika Dimas tidak sengaja mempergokinya tengah memperhatikan dirinya, bisa Liano ingat tatapan Dimas tadi pagi ketika menatap manik matanya yang Liano tahu tatapan mata sang Ayah selalu memancarkan aura kebencian jika menatapnya namun tadi pagi Liano lihat tatapan Ayahnya berbeda tatapannya begitu lunak namun juga menyimpan kesedihan disana.

***

Motor ninja berwarna merah milik Dirga memasuki pekarangan rumahnya segera Dirga letakan motor kesayangannya itu digarasi mobil milik Ayahnya.

Dirga berjalan lesu memasuki rumah entah mengapa hari ini dirinya begitu lelah setelah ulangan matematika yang menurutnya menguras tenaganya.
"Hufff...". Dirga membuang nafas kasar saat dirasa suasana rumah tampak begitu sepi sepertinya Liano belum pulang.

"Kemana tuh bocah, udah jam segini belum pulang juga". Gerutu Dirga, walau kehadiran Liano tidak pernah dianggap olehnya namun entah mengapa jika anak itu tidak berada dirumah Dirga merasa ada yang kurang dirinya semakin merasa kesepian.

°°°

Liano menghembuskan nafas lega saat dirasa darah yang keluar telah berhenti ia mengelap pelan sisa darah yang masih tersisa dibawah hidungnya.
Netra elangnya menangkap seorang kakek-kakek yang sepertinya akan menyebrangi jalan namun jalanan cukup ramai membuat kakek diseberang sana nampak kesusahan.

Hati kecil Liano tergugah untuk menolong kakek itu dengan keberanian Liano berusaha menghentikan kendaraan yang melintas untuk menghampiri si kakek.

"Kakek mau nyebrang ya?". Tanya Liano yang dibalas anggukan oleh si kakek.
"Ya udah, Lian bantu nyebrang ya kek". Liano menuntun pelan tangan sang kakek dan mulai menyebrang.

"Terimakasih ya nak". Ucap Kakek ketika telah sampai diseberang lebih tepatnya dihalte tadi Liano duduki, Liano tersenyum hangat "Sama-sama kek, emangnya Kakek mau kemana?".

"Kakek mau pulang nak, tadi habis jualan dipasar". Liano hanya mangangguk-anggukan kepala "Nama kamu siapa?". Tanya Kakek, Liano melebarkan senyumnya "Liano". Jawab Liano sumringah mengundang kekehan dari sang Kakek.

"Kamu sakit?". Liano menggeleng "Enggak, kulit Lian emang pucat kek".

"Kamu kesepian ya?". Liano mematung menatap lekat wajah Kakek yang juga menatapnya "Kok Kakek tau?". Lirih Liano, Kakek tersenyum tipis.
"Ini untukmu". Kakek menyerahkan sesuatu yang dilapisi kain itu, Liano sempat terkejut namun ia menerimanya "Ini apa kek?".
"Buka aja nanti juga kamu tahu sendiri". Dengan segera Liano membuka kain itu yang ternyata dibaliknya ada sebuah kadang berisi kura-kura.

"Wahhh kura-kura!, ini beneran buat Lian kek?". Kakek hanya mengangguk ringan sembari tersenyum.

"Kek..Kura-kura ini bisa ngomong nggak?". Tanya Liano polos membuat Kakek tertawa renyah "hahaha... Mana bisa kura-kura ini ngomong kamu ini ada-ada aja".
Liano melebarkan cengirannya "iya siapa tahu kayak difilm-film gitu".

"Jaga dan rawat dia dengan baik ya".
"Pasti itu! Terimakasih Kek".
"Semoga kamu bisa hidup lama seperti Kura-kura". Kakek tersenyum sembari menepuk pelan bahu Liano sementara Liano berusaha mencerna apa yang dikatakan Kakek baru saja bertepatan itu sebuah Bus melintas, Kakek segera pamit pada Liano dan menaiki Bus.

"Aduhh Lian lupa lagi tadi nggak nanya nama Kakek tadi". Liano menepuk jidatnya pelan merutuki kebodohannya, Liano segera bergegas pergi dirinya ingin segera sampai dirumah membawa Kura-kura yang diberikan Kakek tadi.

°°°

Pukul 17:00

Dirga melirik jam tangannya sudah menunjukan pukul 5 sore namun bocah itu juga belum pulang dengan kesal Dirga mengganti channel Tv dengan asal.

Tidak berselang lama pintu rumah utamanya terbuka menampilkan sosok yang dibencinya itu berjalan pelan menghampiri dirinya yang tengah menonton Tv.

"Maaf Kak ...Lian pulangnya telat". Ucap Liano menundukan kepalanya enggan menatap sang Kakak yang sepertinya marah.
"Lo tau nggak sih lo tadi pulang jam berapa dari sekolah hahh, udah berani keluyuran ya lo mau gue bilangan Ayah biar sekalian suruh usir lo dari rumah!". Ucap Dirga dingin "Jangan Kak, Aku janji nggak akan ngulangin lagi". Manik elangnya menatap melas manik bulat sang Kakak, Dirga mendengus kesal "Udah sana lo pergi!, kalo lo laper masak sendiri mie instant dilemari dapur gue tau lo belum makan dari tadi pagi dan gue nggak mau jadi saksi kematian lo karena kelaparan!". Walau terdengar kejam namun ucapan Dirga membuat perasaannya menghangat.

"Makasih kak!".






















Tbc!

Little Hope (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang