Ketigapuluh-enam

4.9K 339 15
                                    


"Dirga!". Panggil Dimas

Sang empunya nama menoleh mendapati sang Ayah yang tampak berjalan menghampirinya, senyum hangat dirinya sunggingkan menyambut sang Ayah yang juga tersenyum padanya.

"Kamu ngapain disini Ga?". Tanya Dimas sembari merapihkan jas yang ia kenakan "Abis nganter nenek ke parkiran Yah soalnya mau pulang mau ngebersihin badan dulu katanya besok baru kesini lagi". Jawabnya

"Loh adek gimana? Kok ditinggal sendiri sih?".

"Tenang aja Yah tadi adek udah tidur kok udah minum obatnya juga, udah yuk Yah ke ruangan adek takutnya dia kebangun nanti nggak ada siapa-siapa lagi".

Mereka pun segera berjalan cepat ke ruangan Liano, entah mengapa keduanya tiba-tiba diliputi perasaan tak enak.

Sementara Delon beserta para perawat berlarian ke ruang rawat Liano pasalnya salah seorang perawat menekan tombol emergency yang menandakan jika keadaan pasien tengah gawat.

"Delon!". Panggil Dimas yang nampak kebingungan saat melihat Delon berlarian bersama para perawat dengan wajah yang sulit diartikan

Delon menghentikan aksi berlarinya dan menatap Dimas dan Dirga dengan raut wajah tegang membuat keduanya semakin bertanya-tanya.

"Ada apa Lon?". Tanya Dimas

"Nggak tau juga Bang, tapi tadi seorang perawat tiba-tiba membunyikan tombol emergency diruang rawat Liano. Bang aku masuk dulu do'ain aja semoga Lian baik-baik aja!". Delon segera bergegas memasuki ruang rawat milik Liano meninggalkan segudang pertanyaan dari Dimas maupun Dirga.

"Ada apa ini!". Sentak Delon

"Pasien mengalami henti nafas Dok". Seru salah satu perawat yang mulai memasang kan kembali nasal kanula yang terlepas di hidung bangir Liano.

Deg!

Samar-samar Dimas dan Dirga mendengar seruan itu keduanya nampak membeku, detak jantungnya serasa berdetak menggila.

"Dokter detak jantung pasien melemah!". Seru Suster Hanita yang membuat Delon semakin panik.

Brukk!

Tiba-tiba tubuh Dimas meluruh begitu saja rasanya begitu lemas ketika suara itu kembali terdengar yang begitu menyakitkan ditelinganya, Dirga semakin terkejut ketika tubuh sang Ayah tiba-tiba ambruk "A-ayah kenapa?!".

"A-adek Ga, Adek kenapa?". Dimas meracau seperti orang linglung, Dirga hanya bisa memeluk erat tubuh sang Ayah ia sendiri pun kini ketakutan.

"Siapkan Defibrillator sekarang!!".

Suster Hanita membuka cepat kancing baju pasien yang digunakan Liano memperlihatkan dada kurus milik anak itu.

"Siap, 150 joules!".

"Masih belum ada reaksi Dok!".

"Tambah 200 joules!".

Delon semakin kalut detak jantung anak itu tak kunjung kembali "300 joules!". Seru nya, dada anak itu terangkat namun bunyi mesin EKG masih nyaring menunjukan garis lurus.

Tak ke habisan akal Delon menekan-nekan kuat dada Liano, jujur ia belum siap jika keponakannya itu harus pergi meninggalkannya sekarang "Lianoo Om mohon kembali Nak! Kamu kuat kamu bisa Ayo Nak!". Peluh sudah membanjiri pelipisnya nafasnya pun nampak terengah.

"Ayo Liannn, Kamu bisaaa!".

Titt titt titt

Mendengar bunyi mesin EKG yang menandakan jika detak jantung anak itu kembali seketika Delon meluruhkan tubuhnya dan menangis sejadi-jadinya.

Little Hope (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang