Ketigapuluh-tujuh

5K 307 11
                                    


Hari yang telah ditunggu Liano akhirnya tiba, hari dimana ia sudah diperbolehkan pulang ke rumah yang begitu ia rindukan.

Setelah kondisinya berangsur membaik setelah menjalani kemoterapinya yang kedua akhirnya Delon memperbolehkan ia pulang hari ini.

Dimas tengah sibuk mengemasi barang-barang keperluan bungsunya selama di rumah sakit sementara sosok Dirga tengah bersekolah.

"Pake jaketnya dulu". Dimas segera memakaikan jaket berwarna merah itu ditubuh mungil putranya "Ayah, nanti ke tempat Bunda dulu ya. Boleh kan?".

Dimas tersenyum "Iya nanti mampir ke tempat Bunda dulu. Ayo udah selesai sekarang waktunya pulanggg". Seru Dimas menuntun Liano yang agak kesulitan turun dari ranjangnya.

"Mau Ayah gendong atau gimana? Masih lemeskan?". Tawar Dimas tak tega melihat anak itu berdiri sebentar saja sudah hampir limbung.

"Nggak mau Lian bisa jalan sendiri kok tapi Ayah pegangin ya". Ujarnya dengan cengiran manisnya.

***

Keduanya kini tengah berjongkok disamping pusara orang yang begitu mereka sayangi, Liano meletakan sebuket mawar putih disandarkan pada nisan sang Bunda.

"Bunda, Apa kabar? Maaf Lian baru kesini jangan marah ya soalnya Liano lagi sakit. Bilang sama Tuhan ya Bunda Liano pengin sembuh biar bisa jagain Ayah sama Kakak disini. Bunda ngga marah kan kalo Liano nggak nemenin Bunda disana?hiks Bun-". Ucapannya terhenti ketika dirinya tak lagi sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Ehh kok nangis nggak boleh nangis didepan Bunda nanti Bunda sedih". Dimas menjongkokan dirinya disamping anak itu mengusap lembut lelehan air matanya begitu lembut ia takut menyentuh selang oksigen yang kini senantiasa membantu anaknya itu bernafas.

"Pulang aja yuk kalo nangis gitu, Bunda marah lho kalo liat adek nangis gini". Ucap Dimas menatap lekat wajah pucat bungsunya itu sesekali suara isakan masih terdengar dibibir mungilnya "Pamit sama Bunda, nanti kapan-kapan kita kesini lagi bareng Kakak ya".

Anak itu pun mengangguk tangan kurus nya mengusap lembut nisan sang Bunda "Liano pamit ya Bunda hiks janji nggak nangis lagi hiks be-besok ke sini lagi".

Dimas tersenyum tipis "Aku pamit ya Lia, ingat bilang sama Tuhan jangan bawa Liano pergi dulu". Lirihnya, sejenak ia mengecup nisan istrinya itu.

***

Dimas melirik Liano yang sepertinya tengah menahan rasa kantuknya sesekali kepalanya tak sengaja teratuk kaca mobil, Dimas segera menepikan mobilnya "Sayang kalo ngantuk tidur aja, jangan dipaksa gitu. Ayah turunin tempat duduknya ya biar Adek bisa tidur nyaman".

Anak itu mengangguk pasrah rasa kantuknya benar-benar menguasai tubuhnya sekarang.

1 jam kemudian, akhirnya mereka sampai di pelataran rumah Liano masih tertidur pulas membuat Dimas tak tega untuk membangunkan putranya itu.

"Dek... bangun Nak udah nyampe". Ucapnya sehalus mungkin agar sang putra tak terkejut, tak membutuhlan waktu lama mata elang itu perlahan terbuka wajahnya terlihat begitu polos membuat Dimas tak dapat menahan senyumnya.



***

📩Ayah_

Ayah sama Adek udah nyampe rumah Kak...

Little Hope (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang