Ketujuh

7.4K 531 35
                                    


Dirga memarkirkan motor ninja kesayangannya melepas helm dan sejenak menatap pantulan dirinya pada kaca spionnya, rambutnya sedikit berantakan ia pun merapihkan rambut depannya yang menjadi aset kegantengannya.

Setelah dirasa puas ia pun melirik alrojinya lima menit lagi bel masuk dirinya pun menghembuskan nafasnya kasar.

"Shit!". Umpatnya Dirga pun segera berlari menuju kelasnya.

***

Dimas berlarian dilorong rumah sakit sembari menggendong anak bungsunya itu dipunggungnya wajah panik bercampur kecemasan jelas terlihat diparas tegasnya.

"Putra bapak kenapa?". Tanya salah satu suster yang kebetulan lewat yang sepertinya hendak mengecek pasien lainnya "Tolong sus..". Hanya kata itulah yang bisa Dimas ucapkan dirinya tengah kalut.

Suster itu pun sedikit berteriak memanggil para perawat yang kebetulan melintas untuk mengambil brankar, tak berselang lama para perawat itu pun membawa brankar Dimas segera meletakan tubuh tak berdaya itu dengan pelan dengan segera para perawat itupun membawa tubuh Liano ke ruang UGD untuk segera mendapat penanganan dari Dokter.

Dimas mengikuti arah brankar yang membawa anaknya itu hingga didepan pintu karena dilarang untuk ikut masuk.
Untuk sekian kalinya ia menghela nafasnya untuk meredakan sedikit rasa sesak yang tiba-tiba saja menghampirinya.

"Bang Dimas?". Tiba-tiba seseorang memanggilnya "Delon...". Dimas menatap lekat sosok didepannya yang menggunakan stylean jas kedokterannya. "Kenapa disini bang, siapa yang sakit?". Tanya Delon yang merupakan Adik kandung dari mendiang istrinya, Kalia.

"Liano...". Jawab Dimas datar ada gelayar aneh saat ia mengucapkan nama anak bungsunya itu, tak banyak bicara lagi Delon segera memasuki ruang UGD meninggalkan Dimas yang terduduk dikursi panjang.

Sudah hampir 1 jam Liano mendapat penanganan namun Delon tak kunjung keluar juga, Dimas sudah merasakan kebosanan dan jangan lupakan perasaan yang sedikit cemas itu.

Ceklek!

Dimas segera bangkit ketika mendengar suara derit pintu terbuka munculah sosok Delon dengan raut wajah terlihat sedikit kelelahan "Gimana keadaannya Lon? Nggak papa kan Dia?". Tanya Dimas, "Untuk sekarang sih udah nggak papa bang, Liano mengalami Anemia dan demamnya sangat tinggi tadi berhubung Liano mengeluarkan banyak darah jadi harus dilakukan transfusi darah. sebentar lagi para perawat akan memindahkan Liano keruang rawat biasa". Jelas Delon, Dimas hanya menganggukan kepalanya.

"Oh iya bang, kayaknya ada yang nggak beres deh sama tubuh Lian".

"Maksud kamu apa sih Lon?".

"Ya jadi gini, Aku takut kalo dugaan ku ini bener bang jadi untuk memastikan aja kita harus melakukan pemeriksaan pada tubuh Lian. semoga aja sih dugaan Aku ini salah bang".

Dimas terdiam berusaha mencerna penjelasan Delon, Dimas menatap lekat Delon dengan pandangan sayunya entah mengapa dirinya kini dilanda ketakutan.

"Emang dugaan kamj itu apa?". Tanya Dimas penasaran.

"Kanker". Dengan entengnya Delon mengatakan itu membuat Dimas terpaku.

"Bang Dimas masih sering mukulin Lian? Masih nyalahin Lian kalo penyebab kematian Kak Kalia itu karena Lian? Sadar bang mulai sekarang! Lian itu nggak tau apa-apa. Stop nyakitin keponakanku asal bang Dimas tau pasti Kak Kalia kecewa banget diatas sana!". Delon segera beranjak pergi meninggalkan Dimas dalam keterpakuannya yang tengah merenungi dan meresapi apa yang diucapkan Delon baru saja.

***

Pukul 15:30

Jam pulang akhirnya tiba, Dirga menghela nafas lega akhirnya saat-saat yang ditunggunya telah tiba "Ehh Ga, latihan basket yuk". Ajak Fahri teman sebangkunya yang telah menjadi sahabat sejak duduk dibangku SMP itu.

Dirga nampak berpikir, sebenarnya dirinya ingin sekali mengikuti latihan namun berhubung pikirannya tengah tertuju pada sosok adiknya yang tengah sakit ia pun menolak ajakan Fahri "kayaknya Gue nggak latihan dulu deh Ri, ada urusan soalnya".

Fahri berdecak kesal "bangke banget sih Lu sok sibuk anjir jomblo juga, ya udah deh Gue latihan dulu ya sama anak-anak basket lainnya". Pamit Fahri beranjak pergi, Dirga pun melakukan hal yang sama namun ia segera menuju keparkiran.

Sesampainya dipelataran rumahnya Dirga segera memasukan motornya kedalam garasi dan berlari kedalam.
Dirga mengernyit heran saat dirasa rumahnya nampak sepi ia pun berlari menuju ke kamar adiknya, namun lagi-lagi kosong hanya keadaan berantakan yang ia lihat.

"Ayah sama anak itu kemana sih kok nggak ada". Dirga merogoh kantung saku seragam mengambil ponselnya, ia pun mencari kontak sang Ayah untuk ia hubungi.

Tuttt...
Akhirnya tersambung tinggal menunggu jawaban sang Ayah, tak berselang lama akhirnya Ayahnya mengangkat telfonnya.

"Halo yah, Ayah dimana?".

"Ayah dirumah sakit 'Medika Central', kamu kesini aja Ga".

"Oke, Dirga kesana sekarang!". Dirga segera memutuskan sambungan telfonnya ia pun berlari mengambil motor yang sudah ia masukan kedalam garasi tadi.

***

"Aduh, goblok! Tadi gue nggak nanya Ayah diruangan mana lagi, mana Hp sialan pake acara modar segala hahh". Umpat Dirga dengan segala sumpah serapahnya.

Setelah bertanya pada salah satu Suster Dirga pun segera berlari keruangan yang ditunjukan Suster tadi.

Akhirnya ia telah sampai didepan ruang tempat adiknya dirawat, nafas Dirga terdengar memburu karena lelah berlarian.

"Njirrr, Gue udah hahh kaya orang hah mau mati hahh, Setan!".

Dirga membuka knop pintu itu dengan sedikit kasar membuat sang Ayah yang tengah duduk dengan netra fokus dengan ponselnya berjengit kaget "Sorry yah kaget ya". Ucap Dirga dengan cengiran bodohnya, Dimas telah memplototinya.

"Panik yah, maap aja gitu kirain nih bocah kenapa-napa".

Dirga mendudukan dirinya disamping sang Ayah pandangannya kini beralih pada sosok sang Adik yang tengah terbaring dengan dua jarum yang menusuk punggung tangan kirinya.

"Dia kenapa sih yah, kok sampe dibawa ke RS segala".

"Demamnya tinggi, mimisan juga darahnya nggak mau berhenti". Jawab Dimas datar netranya tengah sibuk dengan ponselnya.

Dirga berdecak sebal melihat Ayahnya disibukan dengan ponsel.

Tiba-tiba pintu kembali terbuka memunculkan sosok Delon disana "Om Delon!". Dirga segera bangkit dan memeluk Om kesayangannya itu, memang Delon dan Dirga begitu dekat.

Dengan senang hati Delon membalasnya ia sendiri pun merindukan ponakannya yang satu ini "Udah makin tinggi ya kamu".

"Iyalah emang Om segini-gini aja nggak numbuh-numbuh". Ejek Dirga mendapat tonyoran pelan dari Delon membuat keduanya tertawa renyah.










Tbc!

Double up dungs😚

See Youuu


Little Hope (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang