Prolog

6.2K 340 15
                                    

Deru nafas terdengar jelas di dalam ruangan bernuansa mewah tersebut. Wanita itu masih menatap penuh amarah kepada pria yang berdiri di hadapannya. Sorot matanya sangat tajam seakan bisa membunuh siapa saja yang menatapnya saat ini. Bahkan sorot mata yang biasanya sendu dan menatap penuh kehangatan, kini berubah mejadi sorot mata yang tajam dan penuh kebencian. Wanitu itu sangat muak dengan pria tampan yang kini menatapnya dengan sendu, pria yang beberapa menit yang lalu beradu argumen dengannya.

"Pergi!" wanita itu membuka mulutnya yang sempat bungkam. Suaranya terdengar sangat dingin dan menusuk. Suasana di ruangan tersebut terasa sangat dingin dan mencekam, mungkin karena mereka hanya diam selama beberapa menit sebelum wanita itu memecah keheningan.

Sang pria menatap mata wanita itu dengan tatapan sendu dan putus asa, dia menggelengkan kepala memohon agar wanita itu tidak bersikap seperti ini. Pria itu sadar apa yang telah dia perbuat, bahkan dia merasa sangat pantas mendapatkan semua ini. Namun dia masih berharap wanita cantik itu dapat luluh dan memaafkannya. "Tidak, tolong jangan seper-"

"PLEASE GO AND LEAVE ME ALONE!" wanita itu berteriak lalu menangis dengan kencang. Dinding pertahanannya hancur seketika, ia tak sanggup lagi menahan air mata yang terus melesak di pelupuk matanya.

Dan tanpa persetujuan, pria itu mendekap tubuh rapuh wanita yang di cintainya. Wanita yang selama ini selalu menemaninya, wanita yang selalu dia jadikan prioritas utama dalam hidupnya. Pria itu merasakan sakit yang luar biasa saat telinganya mendengar dengan jelas suara tangisan pilu yang keluar dari bibir wanitanya. Pria itu memejamkan mata, dia merasa sangat brengsek saat ini.

"You hurt me so bad, I don't want to see you anymore."

Wanita itu semakin histeris, ia terus memukul dada bidang pria itu yang mencoba mendekapnya. Berharap dengan cara itu ia bisa menyampaikan semua rasa sakit dan kecewanya. Wanita itu sudah tak tahan, rasa sesak itu semakin menjalar memenuhi rongga dadanya, hingga ia merasa jika dibiarkan rasa sesak itu akan membunuhnya secara perlahan.

"Sayang, tolong dengarkan aku. Aku akan menjelaskan semuanya padamu,"

Wanita itu memberontak dari pelukan sang pria lalu menghapus air matanya dengan kasar. Kini ia menatap pria itu dengan sorot penuh kebencian. "Apa lagi yang harus aku dengar? Kau telah berkhianat, and I can't forgive a traitor."

"Aku tidak pernah mengkhianatimu. Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya." pria itu berkata dengan putus asa, tidak tau harus dengan cara apa dia menjelaskan kepada wanitanya. Sekali lagi, pria itu hanya ingin wanita di hadapannya mengerti bahwa dia juga merasa tersiksa dengan keadaan ini.

Wanita itu tersenyum sinis lalu menatap tajam tepat pada manik mata yang selalu membuatnya jatuh.

"We are done. Leave me alone, Bastard!"

Pria itu terlambat.

___

Please vote and comment
Next or no?

Sweet Liar (PCY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang