I always act like a fool, I'm hurt but I always act like everything is fine.
____
"Kau akan pergi?"
Kai hanya terdiam ketika wanita cantik itu berdiri dihadapannya dengan memasang ekspresi sedih. Kai menghela napas sejenak lalu mengusap surai hitam milik wanita itu dengan lembut.
"Maafkan aku, tapi aku benar-benar harus pergi sekarang,"
Wanita itu melepaskan lengan Kai yang masih mengusap rambutnya. Ia segera berjalan menuju sofa dan menatap Kai dengan kesal. Bagaimana tidak kesal, ia baru sempat bertemu dengan Kai hari ini setelah berhari-hari mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing, dan dengan santainya Kai mengatakan akan pergi meninggalkannya padahal mereka baru saja bertemu beberapa menit yang lalu.
"Kau jahat, Kai."
Kai menghembuskan napasnya dengan pelan, pria itu terlihat mengecek ponselnya kembali. Namun hingga detik ini, layar ponselnya belum menampilkan balasan dari seseorang yang dia cemaskan. Kai akhirnya menghampiri wanita yang sedari tadi terus menatapnya dengan kesal. Bukannya Kai tidak mau menghabiskan waktu dengan wanita itu, hanya saja kini dia sedang berada dalam situasi yang sulit.
"Maafkan aku, kita bisa bertemu lagi di lain waktu. Aku berjanji setelah semua urusanku selesai, aku akan segera menemuimu."
Wanita itu menggeserkan tubuhnya ketika menyadari Kai mulai mencoba untuk mendekatinya. "Kau tidak perlu berjanji jika tidak bisa menepatinya, Kai. Sudah terlalu banyak janji yang kau berikan kepadaku namun tetap saja kau tidak bisa menepatinya."
Kai menghembuskan napas dengan kasar. Setelah mengecek kembali ponselnya, Kai benar-benar menarik tubuh kekasihnya agar menatap matanya.
"Tolong mengertilah," Kai menatap mata kekasihnya dengan frustasi. Sungguh, Kai merasa sangat tersiksa dengan keadaan ini. "Kali ini aku benar-benar harus pergi, Jen."
Jennie melepaskan lengan Kai dengan kasar, wanita itu mulai menatap kekasihnya dengan tajam.
"Aku akan mengerti jika saja kau memberiku alasan yang jelas, Kai. Selama ini kau tidak pernah memberitahu kepadaku urusan apa yang selalu membuat waktumu terkuras hingga melupakanku. Dan kau tidak pernah sekalipun menganggapku sebagai kekasihmu, Kai."
Jennie semakin meradang ketika menyadari jika Kai tidak mendengarkan semua perkataannya, pria itu terlihat fokus pada layar ponselnya. Dengan kesal akhirnya Jennie meraih ponsel yang sedang di genggam oleh Kai dan berhasil membuat pria itu menatap nyalang kearahnya.
"Apa yang kau lakukan Kim Jennie? Kembalikan ponselku." ucap Kai dengan keras.
"Kau membentakku?" Jennie menggeleng tak percaya, wanita itu kini telah menangis dengan pelan. "Sebenarnya urusan apa yang lebih penting dariku? Katakan Kai, apa kau tidak menganggap kehadiranku lagi?!"
"Kau terlalu banyak bicara,"
Kai segera meraih ponselnya dari genggaman Jennie. Pria itu segera beranjak meninggalkan ruangan tersebut. Sebelum benar-benar pergi, Kai menatap Jennie sekilas lalu menutup pintu dengan keras. Kai seakan tidak memperdulikan kekasihnya yang kini mulai terisak dengan kencang.
Kai terlalu kesal dengan sikap kekanakan yang Jennie miliki, dari dulu wanita itu tidak pernah mengerti keadaannya. Jennie selalu ingin diperhatikan tanpa memperdulikan keadaan Kai, dan Kai sudah mulai muak dengan segalanya.
Kai membuka ponselnya lagi. Ponsel yang menjadi bahan perdebatannya dengan Jennie di malam hari ini. Sekali lagi Kai berdecak dengan pelan ketika tidak kunjung mendapat balasan dari seseorang di sebrang sana. Kai mulai memasuki mobil mewahnya dan mengetikkan sesuatu untuk seseorang yang sedari tadi membuat perasaannya tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Liar (PCY)
Fanfiction[TELAH DITERBITKAN] PENERBIT : SWB BOOK After I met you, I know that being trapped by your charms was a painful thing. -Kim Jisoo- The highest level of loving someone is when we are willing to get hurt to make them happy. -Park Chanyeol- You hav...