I am in a difficult situation, a situation where my body is with her but my heart and mind are with you.
____
Irene menghentikan langkah kakinya. Wanita itu menatap lurus tepat kepada pemandangan sungai Hann yang luas. Sekali lagi, Irene menghembuskan napasnya dengan pelan, mencoba untuk mengusir segala kepenatan yang ia rasakan.
Hari ini jadwal pemotretannya sangat padat hingga Irene sempat melupakan waktu makan siangnya. Namun ia sangat beruntung karena memiliki manager seperti Seulgi yang selalu memperhatikan kesehatannya. Wanita yang lebih muda beberapa tahu darinya itu tidak akan berhenti mengomel jika mengetahui bahwa Irene melewatkan makan siangnya. Alhasil Seulgi lah yang selalu menyiapkan makanan untuknya. Irene merasa beruntung karena orang-orang di sekitarnya sangat memperdulikannya.
Irene mengeratkan jaket yang ia kenakan, angin malam berhembus cukup kencang. Namun hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun keindahan sungai Hann yang berada dihadapannya. Irene menatap langit gelap yang sangat indah, disana terdapat beberapa bintang yang menghiasi pemandangan indah tersebut.
"Aku selalu merindukan tempat ini," gumam Irene dengan pelan, wanita itu kembali menatap pemandangan indah dihadapannya.
Semua kenangan indah bersama Chanyeol mulai memenuhi pikirannya, sungai Hann adalah saksi bisu kisah cintanya bersama Chanyeol. Di tempat ini, mereka pernah menatap langit yang sama dengan perasaan bahagia yang membuncah, dan di tempat ini jugalah mereka pernah saling mencurahkan semua impian yang ingin mereka capai. Ah Irene jadi merindukan pria tinggi itu, sedang apa dia sekarang?
Beberapa detik kemudian senyuman Irene sirna ketika ia baru saja menyadari jika pria itu malam ini pulang ke mansionnya. Itu tandanya Chanyeol akan menemui wanita sialan itu, dan Irene sangat membenci fakta tersebut. Tanpa sadar wanita itu mulai mengepalkan tangannya, mencoba mengusir rasa sesak yang baru saja ia rasakan.
"Wanita sialan,"
Irene mendudukan tubuhnya dengan kasar diatas kursi yang terdapat di tepi sungai, matanya terlihat nyalang pertanda emosi mulai menguasainya. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah membiarkan Chanyeol menjadi milikmu."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut dengan emosi yang menggebu-gebu, tanpa Irene sadari setetes air mata telah membasahi pipi putihnya. Rasa takut akan kehilangan Chanyeol semakin besar ia rasakan, hingga membuat wanita itu tidak mampu lagi menahan perasaannya.
Irene meraih ponselnya. Dengan isakan yang tertahan, ia mencoba untuk menghubungi seseorang yang kini mulai memenuhi pikirannya. Wanita itu sedikit mengumpat ketika panggilan pertamanya tidak dijawab oleh seseorang di sebrang sana.
"Shit," Irene menyerah lalu menyimpan ponselnya dengan emosi setelah beberapa kali mencoba menghubungi ponsel pria tinggi itu namun tidak kunjung mendapat jawaban. "Apa sebenarnya yang sedang kau lakukan dengan wanita sialan itu Park Chanyeol?"
Lagi dan lagi Irene terjebak dengan perasaannya sendiri. Sejak pernikahan itu terjadi, ia selalu merasakan rasa takut yang luar biasa. Irene selalu menyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja. Namun semakin ia meyakinkan dirinya sendiri, semakin besar pula rasa takut yang ia rasakan. Rasa takut dan sesak itu selamanya tidak akan pernah hilang dari dalam tubuh Irene.
Irene semakin terisak ketika pikirannya seolah ditarik jauh kedalam masa lalu. Jika saja bukan karena keadaan, mungkin saat ini ia dan Chanyeol sedang menikmati peran baru mereka sebagai sepasang suami istri, mungkin juga saat ini mereka sedang menikmati bagaimana indahnya hidup berdua sebagai sepasang suami istri. Tanpa sadar Irene memukul dadanya dengan pelan, namun rasa sesak itu tidak kunjung hilang. Irene memang harus berdamai dengan keadaan, karena bagaimanapun juga keadaanlah yang akan mengubah segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Liar (PCY)
Fanfiction[TELAH DITERBITKAN] PENERBIT : SWB BOOK After I met you, I know that being trapped by your charms was a painful thing. -Kim Jisoo- The highest level of loving someone is when we are willing to get hurt to make them happy. -Park Chanyeol- You hav...