Someday the happiness we always dreamed of will come true. You don't need to be afraid because I will never leave you alone.
____
"Apa kau yakin, Bae?"Ini kesekian kalinya Irene mengangguk. Wanita itu menatap kearah Chanyeol yang masih berdiri dihadapannya. "Aku sangat yakin, Chan. Aku ingin segera pulang karena aku tidak nyaman berada disini."
"Lalu bagaimana dengan keadaanmu?"
Irene tersenyum sekilas lalu membiarkan Chanyeol mengusap surai hitamnya dengan lembut. "Aku sudah baik-baik saja."
Chanyeol menghembuskan napas dengan pelan. Sebenarnya dia masih cemas dengan keadaan Irene, namun kekasihnya itu terus merengek ingin segera kembali ke apartemennya. Chanyeol sendiri tidak dapat menolak dan akhirnya mengalah untuk menuruti keinginan Irene tersebut.
"Baiklah sayang, kita pulang sekarang."
Chanyeol beranjak untuk meraih kursi roda yang berada di sudut ruangan. Seakan mengerti apa yang akan Chanyeol lakukan, Irene segera menarik lengan pria tinggi itu untuk menghentikan langkahnya.
"Aku tidak ingin menggunakan kursi roda, Chan. Aku masih kuat untuk berjalan."
Chanyeol menghembuskan napasnya lagi, pria tinggi itu hanya bisa mengangguk lemah, karena percuma saja dia berdebat dengan Irene. Karena sampai kapanpun wanita itulah yang akan menang. "Baiklah, sayang. Tapi tolong gunakan maskermu, Bae. Aku takut ada wartawan yang melihat kita."
Irene mengangguk lalu membiarkan Chanyeol memakaikan masker untuknya. Irene tersenyum ketika menatap Chanyeol yang kini berdiri dihadapannya, pria tinggi itu terlihat sabar dalam menghadapi sikapnya. "Terimakasih,"
Chanyeol tersenyum lembut lalu mengangguk pelan. Pria tinggi itu membantu Irene beranjak dari ranjang rumah sakit dan menopang tubuh kekasihnya itu ketika berjalan keluar dari ruang inap. Chanyeol sedikit membenarkan topi yang dia pakai, karena pria tinggi itu ingin berwaspada dari keberadaan wartawan yang sering mengikutinya. Apalagi dia takut beberapa wartawan mengikuti Irene karena sudah tersebar berita jika wanita itu jatuh sakit.
Chanyeol bernapas lega ketika kini mereka sudah duduk nyaman didalam mobil mewah miliknya. Irene membuka masker hitam yang ia pakai lalu menyimpannya dengan asal. Wanita itu segera menatap kearah Chanyeol yang kini mulai mengemudikan mobilnya.
"Chanyeol,"
Chanyeol yang tengah fokus mengemudi segera mengalihkan pandangannya ketika suara lembut Irene terdengar. "Ada apa, sayang?"
"Apa kau akan kembali bekerja besok pagi?"
Chanyeol mulai menggenggam tangan Irene dengan sebelah tangannya, pria tinggi itu segera tersenyum lembut. "Tidak, sayang. Aku akan menemanimu selama tiga hari,"
Irene melebarkan matanya, wanita itu hampir terpekik senang kemudian segera menatap Chanyeol dengan mata yang berbinar. "Benarkah?"
"Tentu saja," Chanyeol tersenyum ketika Irene menyandarkan kepalanya pada pundak miliknya. "Aku ingin menikmati waktuku bersamamu, Bae."
Irene mengangguk dan kembali menatap jalanan kota Seoul dihadapannya. Perasaan bahagia kini membuncah dalam rongga dadanya. Irene merasa senang atas perkataannya Chanyeol. Karena tidak dapat dipungkiri jika waktu Chanyeol sedikit terbagi setelah pria tinggi itu menikah dengan Jisoo. Irene terkadang merasakan perasaan sakit ketika ia mulai menyadari jika kini hubungannya dengan Chanyeol tidak sedekat dulu, walaupun sikap pria tinggi itu masih sama seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Liar (PCY)
Fanfiction[TELAH DITERBITKAN] PENERBIT : SWB BOOK After I met you, I know that being trapped by your charms was a painful thing. -Kim Jisoo- The highest level of loving someone is when we are willing to get hurt to make them happy. -Park Chanyeol- You hav...