Malam itu di ruang tengah, Yoo Jeongyeon membantu Jennie mengobati memar di pergelangan kaki kanannya.
Jeongyeon mengambil salep pereda nyeri dari laci lemari kerjanya dan mengoleskan nya dibagian kaki Jennie yang terasa sakit.
Melihat betapa seriusnya Jeongyeon membuat Jennie tersenyum, seolah-olah ia merasa bahagia saat menyadari bahwa Jeongyeon lah orang yang begitu peduli dengan dirinya.
"Akh.. " tutur Jennie kesakitan saat Jeongyeon tanpa sengaja menekannya.
"Maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Apakah kita harus pergi ke rumah sakit? Luka memar nya tidak bisa sembuh jika hanya dioleskan salep" ucap Jeongyeon khawatir."Tenang saja, jika besok lukanya masih belum sembuh. Aku akan pergi sendiri ke dokter" jawab Jennie.
"Apa? Sendiri? Apa kamu pikir bisa pergi sendiri dengan keadaan kaki memar seperti ini?" protes Jeongyeon.
"Aku akan pergi bersama dengan Managerku kalau begitu" kata Jennie.
"Tidak, aku tidak akan mengijinkanmu pergi ke rumah sakit bersama dengan managermu"
"Jika begitu, aku akan pergi dengan supirmu?"
"Tidak"
"Dengan Mingyu?" goda Jennie.
"Tentu saja tidak, aku tidak akan pernah mengijinkan dia mengantarkanmu?!" protes Jeongyeon ketika Jennie mengatakan akan pergi bersama dengan Mingyu."Jika semuanya kamu larang, lantas aku pergi dengan siapa?!" ucap Jennie kesal.
"I-itu... Itu... " tutur Jeongyeon sedikit gugup.
"Bicaralah, kenapa kamu jadi gugup seperti itu"
"Besok aku yang akan mengantarkanmu ke rumah sakit" tutur Jeongyeon.
"Kamu yakin? Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya Jennie terkejut.
"Aku sudah meminta ijin pada Kakek kalau besok aku tidak bisa pergi bekerja" jawab Jeongyeon tanpa mau melihat ke arah Jennie."Jika sudah mengerti dengan apa yang aku katakan, aku akan pergi ke ruang kerjaku" beritahu Jeongyeon.
Tapi, langkah kaki Jeongyeon terhenti seketika, begitu ia mendengar Jennie mengatakan sesuatu. "Jika kamu pergi, bagaimana aku bisa berjalan sampai ke kamarku?"
Jeongyeon memutar tubuhnya dan melihat Jennie tersenyum ke arahnya.
"Jeongyeon Oppa..? Jennie mau pergi ke kamar apakah boleh..?" tutur Jennie sambil bertingkah imut di depan Jeongyeon.Entah bagaimana sikap kekanak-kanakan nya muncul kembali, di saat Jennie sudah berusaha keras untuk menjadi wanita yang dingin dan juga dewasa.
Dengan alis terangkat, raut wajah Jeongyeon terlihat sangat bingung ketika menyaksikan sikap Jennie yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
"Jennie? Aku tidak sedang salah lihat kan? Apakah ini benar-benar dirimu?" tanya Jeongyeon terkejut.
"Eoh? Tentu saja ini aku Jennie. Memangnya siapa lagi" jawab Jennie.Jeongyeon akhirnya mengangkat tubuh Jennie ala bridal style, dan membawanya ke dalam kamar.
"Tidurlah, aku akan mengatakan pada Managermu bahwa kamu tidak bisa menjalani aktifitasmu seperti biasanya" ucap Jeongyeon sebelum pergi meninggalkan Jennie.
"Hmm, terimah kasih banyak" jawab Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN MARRIAGE {MICHAENG & JEONGNIE} ✔
FanfictionKisah tentang penyesalan seorang pemuda yang baru menyadari bahwa ia telah menyukai wanita yang selama ini menjadi istrinya. Namun, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kedua orang tua dari istrinya memaksa dirinya berpisah dari Sang istri. Apa...