Setelah selesai bekerja, Chaeyoung pergi ke Rumah Sakit, tempat dimana Nyonya Son di rawat selama 15 tahun lamanya. Walaupun sudah mendapatkan donor sumsum tulang belakang dari Mina.
Kondisi kesehatan Ibunya Chaeyoung menurun sejak semalam, dan dokter mengatakan bahwa donor sumsum tulang belakang yang di terimah oleh Ibunya Chaeyoung tidak begitu banyak membantu.
Chaeyoung berharap dengan membawa sekuntum bunga mawar putih dapat melihat senyum Ibunya hari ini.
Son Chaeyoung memang seorang Direktur yang di takuti oleh semua karyawan nya saat berada di kantor, namun sebenarnya, ia hanya seorang anak yang hidup dengan banyak penderitaan. Ayahnya meninggal saat Chaeyoung masih berumur 10 tahun.
Sejak kepergian Sang ayah, Ibunya sakit-sakitan dan bahkan tidak pernah mengurus kebutuhan Chaeyoung dari sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga sekarang.
Karena Ibunya selalu terbaring di ranjang rumah sakit tanpa pernah ada keinginan untuk sembuh. Perasaan kehilangan itulah yang membuat Ibunya Chaeyoung menjadi seperti itu.
Chaeyoung masuk ke ruang rawat Sang ibu dan tersenyum hangat.
"Eomma" ucap Chaeyoung dan memeluk Sang ibu.
"Chaeyoung? Ibu senang melihatmu disini, dimana Mina?" tanya Nyonya Son tersenyum.
"Mina tidak ikut denganku, saat ini dia sedang sakit. Ibu tenang saja" jawab Chaeyoung."Bagaimana dengan keadaan Ibu? Apa sudah ada kemajuan? Dokter Song bilang padaku jika Ibu tidak ingin sembuh, apa yang Ibu pikirkan. Kenapa Ibu seperti ini? Memangnya aku tidak berarti bagi Ibu?" tanya Chaeyoung sedikit emosional lantaran ia tidak memahami sikap Ibunya.
Nyonya Son membelai pipi putranya dengan tangan lemahnya lalu tersenyum. "Ibu tidak bermaksud untuk mengacuhkan mu Sayang? Hanya saja, Ibu tidak bisa memberimu harapan palsu mengenai keadaan Ibu"
"Apa yang Ibu katakan? Kenapa Ibu bicara seolah-olah Ibu akan pergi meninggalkankan ku, Eomma.." tutur Chaeyoung dengan perasaan yang mulai sedih.
"Son Chaeyoung, kau putra Ibu yang sangat Ibu sayangi, sekarang kau sudah menjadi seorang Direktur muda yang sukses, Ibu hanya ingin berpesan padamu. Jika suatu saat nanti, saat dimana Ibu sudah tidak ada di dunia ini. Jadilah pemuda yang mengikuti kata hatimu"
"Bagi ibu, perasaan itu sangat penting, Almarhum Ayahmu sudah lama pergi, tapi Ibu masih tidak bisa menerimanya"
"Eomma?""Hari ini, Bibi mu sudah menceritakan semuanya, Ibu tidak akan pernah mengijinkan mu menandatangani surat perceraian dengan Mina. Ibu tidak mau melihatmu berpisah dengan gadis sebaik Mina" kata Nyonya Son penuh dengan pendirian.
"Tapi Ibu? Aku tidak pernah mencintainya, aku sudah lelah dengan ini semua"Nyonya Son hanya tersenyum kecil ketika mendengar penuturan putra nya.
"Tidak seperti itu seharusnya kau berpikir, kau belum melihat seluruhnya. Mina gadis yang sangat baik maka nya Ibu setuju untuk menikahkan mu dengan nya"
"Aku sudah yakin dengan pendirian ku, aku harap Ibu bisa menerima keputusan ku ini""Chaeyoung, Ibu hanya minta satu hal saja dari putra Ibu, hidup bahagia lah bersama dengan Mina. Dia tidak seperti kebanyakan wanita di luaran sana, jangan sampai keputusan mu ini berakhir tragis untuk kehidupan putra Ibu. Tetaplah bertahan dengannya, setidaknya kau harus melakukannya demi Ibu mu ini"
"Apakah Ibu juga berpikiran seperti itu saat ini? Harusnya Ibu bertahan demi aku, cepatlah sembuh, aku ingin melihat Ibuku seperti Ibu-Ibu yang lainnya. Jika Ibu mau berjanji, maka aku akan mempertahankan pernikahan ku dengan Mina" pinta Son Chaeyoung seraya mencium tangan kanan Sang ibu.
.
.
.
.
.
Jennie masuk ke dalam mobil dengan wajah kesalnya, sedangkan Jeongyeon masih sibuk berurusan dengan Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN MARRIAGE {MICHAENG & JEONGNIE} ✔
FanfictionKisah tentang penyesalan seorang pemuda yang baru menyadari bahwa ia telah menyukai wanita yang selama ini menjadi istrinya. Namun, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kedua orang tua dari istrinya memaksa dirinya berpisah dari Sang istri. Apa...