Tugas yang menumpuk, rapat yang masih tertunda. Beberapa dokumen yang belum di tanda tangani, benar-benar membuat Jeongyeon kesal.
Ia bahkan, tidak sempat meluangkan waktu nya untuk sekedar makan siang.
"Huff, hari yang sangat melelahkan. Dan aku bahkan tidak sempat untuk makan siang. Rasanya otak ku ini hampir pecah" ucap Jeongyeon seraya menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya.Suara ketukan pintu mulai terdengar.
"Masuklah... " jawab Jeongyeon.
"Maaf Direktur, seorang wanita menitipkan bekal makanan ini untuk anda" ucap sekretarisnya.
"Apa kamu tidak menanyakan siapa namanya?" tanya Jeongyeon.
"Tidak, dia mengatakan kalau Direktur ingin tahu. Anda di suruh untuk menemuinya di taman yang ada di depan gedung kantor"
"Baiklah, berikan bekal itu padaku" pinta Jeongyeon.Begitu membuka bekal yang ia terimah dari orang yang misterius, senyumnya mengembang saat melihat bentuk makanan yang di hiasi layaknya orang yang sedang tersenyum. Lalu, ia menemukan sebuah surat yang isinya :
Aku sudah menunggumu lebih dari sejam, dan kamu masih belum datang? Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaanku yang sejak tadi menunggumu di sini?
Aku tidak bisa mengantarkan bekal itu secara langsung, jadwalku sangat padat hari ini. Dan sekarang, waktunya tinggal lima belas menit sebelum akhirnya aku kembali ke lokasi syuting.
.
.
.
.
Jeongyeon segera berlari untuk menemui Jennie yang kini sedang menunggu dirinya di taman.Tidak peduli dengan rapat, atau bahkan pekerjaan yang menumpuk. Yang terpenting saat ini bagi Jeongyeon adalah bertemu dengan Jennie.
Jeongyeon POV
Entah mengapa, langkah kakiku begitu terasa sangat ringan. Seakan-akan aku dapat terbang hanya dengan berlari secepat ini.Hatiku bahagia, senyumku terus mekar layaknya sebuah bunga.
Karena apa?
Karena wanitaku sedang menungguku seorang diri di sebuah taman.
Rasanya, aku sudah tidak sabar segera sampai ke sana dan memeluk tubuhnya.
Walaupun usia pernikahan kami sudah menginjak enam tahu. Tapi, dia berhasil membuatku mabuk kepayang padanya. Senyumnya, kecemburuannya dan juga kekesalannya itulah yang selalu membuat nyaman padanya.
Sebab, cuman dialah yang aku miliki di dunia ini setelah setahun lalu Kakek meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.
Karena tempatnya yang tidak terlalu jauh, aku bisa sampai ke sana dengan cepat. Namun, aku menghentikan langkah kaki ku. Jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya.
Tanganku gemetar, saat aku melihat sebuah pemandangan yang tidak pernah aku sadari sebelumnya di dalam hidupku.
Dan aku hanya bisa menyebutkan namanya, karena aku tidak percaya bahwa gadis yang aku lihat saat ini sedang tersenyum sangat bahagia.
Senyumnya bahkan terlihat alami, dia tertawa dan tersenyum bukan untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN MARRIAGE {MICHAENG & JEONGNIE} ✔
FanfictionKisah tentang penyesalan seorang pemuda yang baru menyadari bahwa ia telah menyukai wanita yang selama ini menjadi istrinya. Namun, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kedua orang tua dari istrinya memaksa dirinya berpisah dari Sang istri. Apa...