Part 22

80 9 5
                                    

Assalammu'alaikum..
Akhirnya bisa update lagi cerita Fragmented Memories..
Saya secara pribadi menyampaikan
Taqabbalallahu minna wa minkum🙏🙏..
Mohon maaf lahir dan bathin.. jika mimin ada kata-kata salah..

*

***********************************

Menjelang siang ditoko bunga Dand's_florist seorang wanita berhijab sedang merapihkan beberapa rangkaian bunga dan merapihkan meja kasir, ya dia Shanty Lestari perempuan yang dibantu oleh Dicky dan sudah dianggap adik olehnya. Bunda Sri yetti berjalan menghampiri Shanty yang sedang merangkai bucket bunga.

"Assalammu'alaikum sayang kamu rajin banget shan, sama seperti Dicky dia sangat suka sekali merapihkan bunga-bunga kesayangannya bahkan dia tidak suka jika bunga-bunganya layu." Ucap bunda Sri sambil mengusap pundak Shanty.

"wa'alaikumussalam Ibun, dari pada aku engga ada kerjaan mending beresin bunga-bunga ini aja bun. Lagian kak Dicky lagi sibuk mengerjakan yang lain jadi apa salahnya aku membantu bunda merapihkan bunga-bunga ini dan menjaga toko." Shanty memberikan senyum terbaiknya pada Bunda Sri.

"sepertinya kamu seumuran dengan Dicky yah, kalian cocok deh jadi fatner kerja. Bunda akan mengajarkan kamu beberapa hal dalam memilah-milah bunga yang bagus untuk dijadikan pajangan dalam rumah atau bahkan dalam suatu acara besar." Ucap Bunda sambil merangkai bunga-bunga untuk dijadikan sample bucket.

"Ibun sepertinya suka sekali bunga dari kecil yah, apalagi melihat kelihaian bunda dalam merangkai bucket bunga sepertinya bunda sudah terbiasa yah. Karena Shanty masih belum terlalu bisa membuat bucket seperti yang bunda dan kak Dicky buat." Tanya Shanty sambil merapihkan beberapa bunga-bunga mawar merah yang di petiknya.

"iya dong,, mangkannya Ibun ada ide buat membuka toko bunga.. sekaligus Dicky bisa kembangin juga, buktinya sekarangkan jadi berjalan berkat Dicky dan kamu juga.." jawab Ibunda Dicky yang biasa menyebut dirinya ibun panggilan Dicky Ibunya.

"Ibun makasih banyak yaa udah mau mendukung aku kasih kekuatan buat aku.. aku engga tau kalau tidak bertemu Dicky dan Ibun aku seperti apa.. makasih banyak." Ujar Shanty tersenyum dan memeluk ibunda Dicky dengan hangat.

"iya.. sama-sama sayang, kamu sudah Ibun anggap sebagai anak Ibun sendiri kok, jadi jangan kecewain ibun ya sayang.. harus semangat untuk hidup lebih baik lagi." Sahut Ibunda Dicky dan membalas pelukan Shanty.

"ekhem.. permisi.." seseorang memasuki toko dengan jas dan pakaian yang rapih.

"Ehh, nak Aditya masuk-masuk nak. Duduk sini mau Ibun buatkan teh atau kopi?." Ibun melepaskan pelukannya bersama Shanty.

Shanty mematung melihat Aditya dengan setelan jaket Hoodie dan celana pendeknya.

"Apa saja Ibun, Aditya kesini mau ambil pesanan bunganya." Sahut Aditya duduk di kursi tunggu yang disediakan Dicky untuk bersantai.

"Baiklah Ibun ambilkan jus buah saja, Ibun tahu selesai olahraga harus minum yang segar-segar bukan." Ujar Ibun berjalan menuju kulkas yang berada di dapur, Shanty mengambil bunga pesanan Aditya dan memberikannya.

"Yang ini bunganya kan kak?." Tanya Shanty saat memberikan bunga yang dia selesaikan bersama Dicky tadi pagi.

"Iya betul, sangat indah terima kasih banyak." Ujar Aditya tersenyum, Shanty membalas senyuman Aditya dan kembali bekerja.

"Jadi nama kamu itu Shanty, tunggu kenapa kamu mau bunuh diri sih? Padahal nenek kamu sudah tenang bersama Allah." Tanya Aditya memecahkan keheningan.

"Kak, maaf itu bukan urusan kakak. Jadi saya mohon jangan tanya soal itu sama saya." Jawab Shanty ketus dan berjalan menuju lantai dua tempat dimana dia tinggal, meninggalkan Aditya yang terdiam.

Disisi lain rangga yang sedang mencari sahabat karibnya langsung memasuki toko tapi dia urungkan saat melihat Shanty setengah berlari menuju lantai dua, dia memilih mengejarnya kelantai dua.

"Tumbenan nangis itu anak, biasanya juga ketawa-ketawa sama Ibun." Lirih Rangga.

"Kan katanya engga mau nangis lagi, mau sekuat baja eh ini malah nangis juga dia." Cibir Rangga duduk disamping Shanty yang sibuk menghapus airmatanya.

"Engga kok, engga nangis. Apaan sih kak serangga bisa diam engga sih, cowok itu kepo banget sih sama kehidupan aku. Nyebelin jadi inget nenek lagi kan aku." Kesal Shanty menatap lurus tayangan Tv yang Rangga nyalakan.

"Dia naksir lo kali, jadi kepo soal kehidupan lo." Jawab Rangga asal,lalu dia mengambil toples berisi kripik kentang dan melahapnya. Pipi Shanty memerah dan tersenyum.

"Tapi kalau aku engga suka sama cowok itu gimana Kak, aku sukanya sama Kak Rangga, soalnya Kakak itu lucu pipinya kaya bakpau gitu." Ujar Shanty mencubit kedua pipi Rangga dengan gemas.

"Aaaaa tidaaakkkk, pipi gueee." Teriak Rangga dengan diiringi tawa Shanty.

"Hahahaha pipi bakpau." Ledek Shanty yang masih mencubit pipi Rangga dengan gemas.

"Shan! Sini." Dicky datang dan membawa tas berukuran kecil.

"Nah Ky, marahin dia Ky! Parah banget dia udah nyiksa pipi saya yang mulus ini." Gerutu Rangga dan mengusap kedua pipinya. Lalu Shanty menghampiri Dicky.

"Iya ada apa Ky?." Tanya Shanty sambil senyuman manis yang terukir di bibirnya.

###################

Ananda bersama keluarga besarnya menuju bandara Soekarno Hatta, semua barang sudah mereka bawa di bagasi mobil Ayah Surya. Bunda memelukku terus selama di perjalanan karena untuk kesekian kalinya aku meninggalkan Bunda untuk keluar kota, bedanya kali ini aku bersama kekasih halalku untuk berlibur selama satu minggu di Denpasar Bali.

Sejak pagi Kak Aditya bilang jika dia yang akan mengantar kami, tetapi baru saja dia mengirim pesan jika kak Aditya akan langsung menuju Bandara. Untungnya siang ini jalanan tidak padat seperti biasanya, jadi kami lebih cepat sampai dari perkiraan sebelumnya, aku menuruni mobil Ayah bersama Bunda dan Suamiku.

Dibandara sangat ramai, Larissa dan Alvin terlihat membantu Farhan dan Ananda untuk menurunkan kopernya dari bagasi mobil. Aku melihat sahabatku melambaikan tangannya bersama keluarga Mas Farhan disamping Nuy.

"Kak Aditya kemana sih lama banget, nanti kalau aku keburu berangkat dia pasti akan mengomel karena tidak menunggunya terlebih dahulu." Ananda melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Tadi sih setelah olahraga dan kita membully Kak Aditya dia bilang mau mengambil hadiah untuk kamu Kak masa lupa sih." Sahut Alvin sambil memakan cemilannya.

"Tenang sayang, lagian kita masih lama juga kok. Kan tiga jam lagi kita berangkatnya jadi mohon sabar yah, kan udah ada aku disini." Ucap Farhan sambil merangkul Ananda dan mengecup keningnya.

"Mohon untuk tidak mengumbar kemesraan yah di depan para jomblo, dan jangan senyum-senyum mulu nanti kalau ada wanita cantik selain Kak Ananda suka sama Kak Farhan wuaahh bahaya. Kita kapan yaa Riss nyusul mereka." Lirih Alvin tertawa renyah menyenggol lengan Larissa yang tersipu akan ucapan Alvin.

"Secepatnya Insya Allah.." Larissa menjawab dengan menundukkan pandangannya.

"Yee, Riss jangan mau sama Alvin kalau cuman omong kosong aja. Mending buktiin nih seperti Kakak." Farhan mencium pipi Ananda didepan adiknya dan adik iparnya.

"Kak Farhaaannnnn!!!!!!!!!." Teriak Ria, Larissa dan Alvin tak lupa Farhan mendapatkan cubitan dari Ananda.

"Issshhh, sakit tau sayang kamu malah mencubitnya lagi aduuhh. Mendingan dicium deh daripada dicubit seperti ini." Ucap Farhan sambil memegang perutnya yang terkena cubitan.

"Biarin siapa suruh modus terus, hahaha itu Larissa malu-malu nih." Ucap Ananda tersenyum dan melihat stafnya.

Semua orangpun pada tertawa saat melihat kelakuan putra dan putri mereka saat bercanda gurau seperti ini.

fragmented memories (kenangan yang terukir) -revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang