Sabtu dini hari ananda terbangun untuk melaksanakan sholat tahajudnya dan meminta petunjuk untuk masa depannya nanti. Dengan memikirkan perkataan sang ayah saat setuju dengan pendapat alvin, mengapa mereka tidak memikirkan perasaanku. Ananda mengambil air wudhu dan menggelar sajadahnya lalu dia melaksanakan sholat tahajud disambung dengan muraja'ah sambil menunggu waktu subuh, alvin mendengar suara seseorang yang sedang muraja'ah lalu membuka pintu kamar ananda untuk melihatnya.
" assalammu'alaikum kak ananda udah bangun" ucap alvin sambil duduk di meja rias ananda.
"wa'alaikumussalam dek, kakak udah bangun dan baru saja selesai muraja'ah. Kamu udah sholat belum dek bentar lagi waktunya subuh loh" ucap ananda tanpa menatap wajah alvin.
"sebelum kakak bangun juga alvin udah melaksanakan sholatnya, alvin kesini untuk meminta maaf kak jika perkataan alvin selama ini sudah menyakiti hati kakak. Dan jika kakak tidak mau menerima perjodohan ini kenapa kakak tidak bilang semalam sebelum ayah setuju pada saran alvin kak" ucap alvin sambil melihat buku novel di atas meja rias ananda.
"sudah cukup alvin, kakak diam bukan berarti kakak menerima perjodohan ini atau menolaknya. Kakak hanya ingin tahu sejauh mana dia bisa menuntun kakak untuk menjadi calon istrinya dan sampai dimana ketampanan dia dengan sombongnya kau mengatakan jika dia tampan dan calon suami idaman" ucap ananda sambil membayangi calon imamnya nanti.
"iya, iya kak maaf.. tapi bener deh jika dia itu tampan sekali kak, pokoknya kakak engga nyesel deh menikah sama dia." Ucap alvin sambil berjalan keluar dari kamar ananda untuk melaksanakan sholat subuh di masjid bersama ayah dan kak aditya.
Pukul setengah enam keluarga surya pratama tengah sarapan dengan keheningan, surya yang melihat sang putri lebih pendiam dan mencoba untuk membuat suasana ruang makan tidak canggung.
" alvin hari ini kamu beritahu keluarga farhan untuk datang bersilaturrahmi nanti." Ucap surya dengan nada ketegasannya, sedangkan ananda yang sedang sarapan dengan setumpuk roti dia tersedak.
"uhuk,, uhuk,, " ananda mengusap dadanya, aditya yang melihat ananda tersedak lalu memberikan minum dan mengusap punggungnya.
" kalau makan pelan-pelan dek. Jangan terburu-buru masih jam setengah enam" ucap aditya sambil tersenyum dan mengambil snelli dan tas dokternya.
"bunda,, ayah,,, aku berangkat dulu karena pagi ini ada jadwal operasi. Mungkin aditya akan pulang sedikit terlambat" ucap aditya sambil menghampiri sang bunda sambil mencium punggung tangannya bergantian dengan sang ayah.
" hati- hati kak, biarkan kak ananda bareng dengan alvin untuk menuju butik." Ucap alvin sambil tersenyum.
"hati-hati yak kak jangan lupa makan siang dan sholat 5 waktunya" ucap sang bunda saat aditya ada di ujung pintu ruang tamu.
"iya bunda assalammu'alaikum" ucap aditya dan menuju parkiran mobilnya lalu melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
"wa'alaikumussalam" ucap mereka serempak lalu ananda mengambil tas dan heandphone nya sedangkan alvin sibuk mengirim pesan pada farhan.
" viin, cepat kakak udah telat " ucap ananda sambil merapihkan gamisnya sedangkan alvin malah cengengesan membalas pesan dari farhan dan larissa sampai-sampai dia tidak peduli pada sekitarnya.
"ekhem, alvin lihatlah kakakmu sudah siap untuk berangkat kerja. Eh kamu malah asik main hp, cepat tepati janjimu pada aditya untuk mengantarkan ananda ke butik" ucap sang ayah dengan sedikit penekanan.
" eehh iya ayah alvin sudah siap, ayo kak kita berangkat sebelum jalanan dibogor pada pagi hari ini super macet karena weekend" alvin mengambil kunci mobil dan mengecup punggung tangan bunda dan ayah lalu menuju parkiran depan rumah begitu juga yang dilakukan oleh ananda.
Di tempat yang berbeda shanty terbangun dari pingsan yang di alami nya sejak kejadian bunuh diri kemarin, di lihat nya wajah dicky dan rangga yang tertidur di sofa.
" kenapa aku jahat banget sama orang yang tidak tahu apa-apa,, apa gue pergi aja yaa dari sini.. tapi orang ini baik banget, apa aku meninggalkan surat saja untuk mereka berdua.." shanty mengambil kertas memo yang berada di meja samping tempat tidurnya.
Alvin dan ananda sampai di butiknya dan ananda menuju ruangannya diikuti oleh alvin sambil menatap takjub pada butik sang kakak.
" seneng banget lihat kedua kakakku sukses seperti saat ini, tinggal melihat kakak ananda menikah dan alvin bisa dengan cepat mengkhitbah larissa dengan segera. Maklum jika lama-lama nanti yang ada dia di rebut oleh laki-laki di luar sana" ucap alvin sambil membayangkan ucapannya.
" huh ngimpi deh kamu dek, udah sana kembali bekerja kakak mau menunggu sekretaris kakak dulu biar butik ini bisa buka karena pegawai masuk jam set 8 pagi." Ucap ananda sambil membersihkan meja kerjanya.
" yah kakak, padahal kan alvin hari ini tidak ada sesi pemotretan paling nanti sore jam 3. Dan paling nanti kalau kak farhan ngajak makan siang bareng aku ke rumah sakit sambil membahas pernikahan kakakku tercinta" ucap alvin sebelum keluar ruangan ananda.
"aaalllllvvvviiiinnn... "ananda berteriak di dalam ruangan kerjanya sedangkan alvin sudah kembali ke parkiran dan menuju kantornya.
Disisi lain shanty berjalan tanpa tujuan. Dan berdirilah dia di pinggir jembatan.
" Ya Allah ini engga adil sama hidup ku,," ujar shanty menghapus air mata yang mengalir. Lalu di naiki nya pagar jembatan itu. Dia bersiap untuk mengakhiri hidup nya yang hampa.
Saat nuy mengendarai mobilnya menuju butik dia melihat seorang wanita yang berdiri di pinggir jembatan lalu dia menepikan mobilnya dan keluar dari mobil tersebut untuk membantu gadis tersebut.
"eehh, cewek cewek jangan bunuh diri " teriak nuy sambil berlari menuju shanty.
"please jangan gagalin acara saya,, saya udah bener-bener hampa tanpa nenek.. dan sekarang saya sendirian." Lirih shanty nyaris tak terdengar.
___________________________tbc_______________
KAMU SEDANG MEMBACA
fragmented memories (kenangan yang terukir) -revisi
No Ficciónبسم الله الرحمن الرحيم Farhan seorang dokter umum yang sedang melangsungkan pendidikan S2 di luar negeri.. dia harus terpisah dengan kekasih halalnya untuk beberapa waktu.. Farhan prov.. "Aku sangat merindukanmu ananda bagaimana kabarmu.. apakah ka...