Dua

22.3K 1K 11
                                    

Cek mulmed 🎶
Remember me - Iñigo Pascual
______

Tempat penuh makanan dan tidak pernah sepi, bahkan ketika waktu pelajaran berlangsung adalah surga untuk perut-perut lapar yang sudah butuh asupan. Termasuk Mella dan Aksa, setelah bel tanda istirahat terdengar, mereka berdua tidak menunda-nunda untuk langsung menuju kantin.

Mereka duduk di meja paling ujung yang biasa mereka tempati sejak dua tahun lalu. Tempat yang menjadi saksi, saat Aksa untuk pertama kalinya mampu jatuh dan tenggelam oleh wajah polos dan mata indah yang menatapnya dalam penuh pengharapan.

Mella yang dulu menjadi objek bully teman-teman seangkatan dan kakak kelas. Sekarangpun masih, hanya saja Mella sudah terlalu malas menghadapinya, sudah tidak perlu lagi merepotkan Aksa untuk membantunya seperti dulu.

"Gue pergi pesen makanannya dulu ya." kata Aksa, menepuk pelan kepala Mella.

"Sip. Cepetan ya. Gue udah lapar banget."

"Ya sabar. Inikan harus ngantri dulu."

"Ngapain ngantri. Lo kan siswa VVIP." balas Mella, mengedip-ngedipkan matanya lucu.

Aksa memutar bola matanya mendengar balasan Mella. Meskipun dia cukup terpandang di sekolah karena Papanya adalah salah satu donatur terbesar, bukan berarti dia bisa semaunya melakukan sesuatu. Kecuali kalau itu berurusan dengan Mella, dia akan melakukan segalanya.

"Becanda ... baperan banget sih." lanjut Mella lagi, dengan tawa renyahnya ketika melihat wajah masam Aksa.

Mella terkikik kecil melihat Aksa kini berlalu ke stan makanan tanpa memperdulikan ucapannya. Kesal mungkin.

"Liat noh, cewek murahan gak tau malu. Mau apa-apa harus nyuruh Aksa dulu. Harusnya dia tuh, yang jadi pelayannya. Masih untung Aksa mau deket-deket sama dia."

"Lo juga tau gak. Masalah Dimas yang masuk rumah sakit? Itu juga gara-gara dia. Kalau dia gak godain si Dimas, mana mungkin Dimas mau pacaran sama cewek miskin kayak dia. Udah miskin sok manja lagi!"

"Merasa cantik kali ya, dideketin dua cowok ganteng."

Senyuman Mella luntur seketika, mendengar dua cewek yang duduk tidak jauh darinya kini tertawa. Mella seharusnya tidak perlu mendengarnya, tapi suara keduanya terlalu jelas untuk bisa diabaikan oleh pendengarannya.

Benarkah dia seperti itu. Apa dia terlalu manja pada Aksa. Memang benar Aksa selalu memberikannya kebutuhan untuk di rumah dan sekolah. Tapi bukan dia yang meminta. Dia tentu saja pernah menolak semua itu, tapi Aksa terlalu keras kepala untuk ditentang. Untuk biaya sekolah, bukan Aksa yang mengeluarkan uang, dia mendapatkan beasiswa walaupun dirinya tidak sepintar Aksa.

Apa dia terlalu menyusahkan Aksa selama ini. Apa selama ini Aksa ternyata sudah bosan bersamanya. Dia tidak mau Aksa meninggalkannya. Dia tidak mau sendiri lagi.

"...Mella!"

"Ehh. Hah? Kenapa?" Mella terkejut, melihat Aksa kini sudah duduk di depannya, serta dua mangkuk soto dan es teh sudah tersedia dimeja.

"Lo nangis? Siapa yang ganggu lo?" kata Aksa berdiri, pindah duduk di samping Mella.

"Nangis? Siapa yang nangis?" Mella meraba pipinya yang sudah basah. Dia tidak sadar sudah meneteskan air mata karena memikirkan perkataan dua cewek tadi.

"Caramella. Siapa yang ganggu lo?" tanya Aksa sekali lagi dengan wajah datarnya.

"Lo apaan sih. Ini- ini, ini tuh cuma kelilipan aja tadi. Udah sana pindah! Gue mau makan. Laper." Mella tertawa canggung, mendorong Aksa untuk kembali ketempatnya.

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang