Sebelas

10.9K 656 5
                                    

Cek mulmed🎶
Writing's on the wall - Sam Smith
Cover by Sofia Karlberg
__________

Bangunan besar nan megah dengan pilar-pilar besar bernuansa putih dan emas menyambut Mella ketika masuk ke halaman rumah Dimas. Ini adalah kali pertamanya mengunjungi kediaman mantan kekasih yang sekarang menjelma menjadi temannya itu.

Dimas menarik tangan Mella dengan senyum lebar, terlihat antusias mengajaknya masuk ke dalam istananya. Dengan sekali dorong kedua daun pintu putih dengan tinggi dua meter itu terbuka lebar menampilkan ruangan luas dengan lantai marmer yang terlihat sangat bersih dan berkilau.

"I'am home!"

Teriakan Dimas menggema di rumah luas yang terasa sangat sepi ini. Mella mengernyit, tidak ada orang kah?

"Kenapa sepi?" tanya Mella menyuarakan pikirannya.

Dimas terdiam sesaat, terlihat berpikir. "Hmm~ ya karna gak rame," Dimas nyengir, mendorong bahu Mella untuk duduk disofa bludru rumahnya. "Lo duduk dulu aja. Anggap rumah sendiri, tapi jangan di jual, gue mau ganti baju dulu sekalian ngambil makanan buat lo." ucap Dimas yang terlihat usil menyindir Mella yang sudah menjual mobil pemberiannya, kemudian berlalu ke tangga yang melingkar yang menghubungkannya ke lantai dua.

Dimas meninggalkan Mella yang menatapnya dengan wajah masam, senyum usil yang ditampilkan di depan Mella perlahan luntur berganti dengan rahangnya yang kian mengeras. Pertanyaan Mella sedikit membuatnya sesak. Menyinggung tentang suasana rumahnya yang terlihat sepi, itu bukan keinginannya.

Kalau boleh Dimas meminta, tentu saja dia ingin rumah yang terasa hangat dan ramai dengan suara tawa bahagia, bukan rumah megah dengan aura suram yang menyesakkan seperti ini.

Berteriak dengan semangat mengabarkan kepulangannya setiap hari, berharap senyuman manis juga pelukan hangat menyambutnya yang lelah setelah menjalani hari yang berat. Haha, tapi tentu saja itu hanya sebuah harapan, tidak akan menjadi nyata.

"Ini sebabnya gue butuh lo, Mel. Gue butuh lo sebagai sandaran gue." lirih Dimas, melepas seragam sekolahnya dan menggantinya dengan kaos biasa.

Orang tuanya berpisah. Dulu~ sekali. Saat dirinya baru menginjak kelas dua SD. Ia terpaksa tinggal berdua dengan papanya karena mama yang saat itu selalu dibanggakan di depan semua temannya pergi meninggalkannya dan memilih menikah lagi dengan pria lain.

Dimas saat itu tidak mengerti, dan sampai saat ini tidak ingin mengerti, meskipun kenyataan memaksanya untuk mengerti semuanya. Mamanya tidak pernah kembali lagi. Dimas lupa dengan semua kenangannya dengan mamanya, yang ia ingat hanya rupanya. Cantik~ ... jahat.

Benar. Dia jahat. Meninggalkannya berdua dengan papanya di rumah yang sebesar ini, membuat keduanya menjadi hilang arah. Pusat kebahagiaan mereka berdua pergi, membuat papa yang menjadi satu-satunya alasan Dimas akan bahagia juga turut suram dan juga menjauh darinya.

Jarang pulang dan bekerja siang malam membuat kerajaan kantornya semakin di atas awan, berniat mengalihkan pikiran dari kisah pilu namun juga lupa ada satu kehidupan yang ia abaikan keceriannya.

Orang yang juga mengalami sakit sepertinya, dan mungkin lebih parah karena sosok papa yang ia harapkan juga sudah tidak memperdulikannya.

Praangg!

Suara nyaring dari lantai bawah membuat Dimas tersadar dari lamunannya. Dia teringat kembali dengan keberadaan Mella yang sedang menunggunya di bawah.

Duk!

"Njingg!"

Karena terburu-buru kakinya tersangkut dikarpet membuat kepalanya mendarat di sudut pintu kamarnya membuat umpatan meluncur mulus dari mulutnya.

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang