Lima belas

9.2K 576 7
                                    

Cek mulmed🎶
Jealous - Labrinth
__________

Dengan langkah ringan Mella keluar dari mini market tempatnya bekerja- ralat, bekas tempatnya bekerja lebih tepatnya. Dia dipecat lima belas menit yang lalu oleh Kepala Toko karena meliburkan diri hampir satu minggu.

Karyawan tanpa kontrak seperti dia tentu saja langsung dipecat dengan senang hati. Tapi itu bukan masalah, dia masih punya banyak simpanan uang di lemari bajunya.

"Anjir! Pake jatuh segala, harusnya tadi gue pilih yang kecil kecil aja biar gak berat."

Mella berhenti tepat enam meter di belakang perempuan yang tengah mengumpulkan snacknya yang berceceran ditanah, tidak berniat membantu sama sekali.

Saat Mella akan melangkah lagi dan perempuan itu sudah selesai dengan urusannya, mobil hitam legam berhenti tepat di depan perempuan yang kini terlihat was-was itu. Belum sempat dia berlari tiga orang laki-laki keluar dari mobil dan menyeret perempuan itu untuk masuk ke dalam mobil.

"Aku gak mau pulang, Pa!" Perempuan itu duduk di tanah, menghentakkan kakinya sementara kedua tangannya dipengang oleh dua laki-laki yang terlihat seperti bodyguard, sedangkan laki-laki paruh baya yang dipanggil Papa oleh perempuan itu berdiri di depannya sambil bertolak pinggang.

Mella diam memperhatikan kejadian itu, menikmati drama keluarga yang ada di depannya dengan santai.

"Kamu harus pulang, Vi. Calon tunangan kamu sudah menunggu di rumah. Percuma saja kamu kabur-kaburan seperti ini. Kamu gak sayang sama Papa Mama? Mama kamu nangis terus loh di rumah." ucap laki-laki paruh baya itu membujuk.

"Gak mau! Papa juga keterlaluan, masak jodohin anak sendiri sama om-om. Aku kan maunya sama yang ganteng, yang maco, yang hot. Bukan om-om yang tua terus punya perut buncit!"

Laki-laki paruh baya itu menghela napas berat, memijat kepalanya sendiri, mencoba sabar dengan tingkah putri tunggalnya. "Ya makanya pulang dulu, Sayang .... Kamu lihat sendiri orangnya. Dia ganteng kok, kamu pasti suka sama dia." ucapnya sabar.

Perempuan muda itu berdiri pelan, "Iya iya, aku pulang. Lepasin dulu dong makanya!" kata perempuan itu jutek pada dua bodyguard Papanya yang langsung dilepaskan setelah mendapat persetujuan dari Bos mereka.

Perempuan itu menepuk-nepuk celana jeansnya yang kotor, mengambil kantong belanjaan yang tergeletak di tanah. "Ya udah ayo!" kata perempuan itu ogah-ogahan membuat Papanya tersenyum senang dan menepuk pelan kepala putrinya yang tumben sekali langsung menurut.

Setelah itu, "Aku gak mau dijodohin sama om-om!!" teriak perempuan itu, berlari tunggang langgang membawa belanjaannya menghindar dari tangkapan dua bodyguard dan Papanya yang sudah menggeleng pasrah.

Itu terjadi lebih dari lima kali dan ia masih saja tidak belajar dari pengalaman. Huft! Putrinya itu benar benar.

"Kejar dia." perintah laki-laki itu pelan pada dua bodyguardnya. Laki-laki itu memijat kepalanya yang semakin pusing, memutuskan untuk masuk saja ke dalam mobil.

Mella mengangkat bahu acuh ketika laki-laki paruh baya itu tersenyum tipis padanya sebelum masuk ke dalam mobil yang kini sudah menjauh. Mungkin malu karena menimbulkan keributan di tempat umum.

Mella melanjutkan langkahnya santai menuju rumah, terkekeh kecil karena mengingat drama papa dan anak tadi. Mungkin akan seseru itu jika dia juga mempunyai keluarga, atau minimal seorang ayah. Tapi ... ya sudahlah, percuma juga berandai-andai yang ujungnya pasti membuatnya terluka.

"Mella,"

Mella langsung di sambut dengan senyuman manis Aksa. Tepat di depan pintu rumahnya, Aksa berdiri menjinjing kantong plastik yang Mella tebak berisi makanan.

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang