Dua puluh empat

8.4K 416 18
                                    

Cek mulmed🎶
Can we kiss forever - Kina ft. Adriana Proenza
__________

Pagi-pagi sekali, Viola sudah berkutat dengan bahan masakan dan alat-alat dapur yang ada di apartement mewah milik Ravindra. Bukan kemauannya tentu saja. Jika disuruh memilih, Viola lebih baik menghabiskan waktu subuhnya dengan bergelung di bawah selimut dari pada harus memasak sarapan untuk Ravindra, dan sekarang harus bertambah lagi dengan 'tamu spesial' nya.

Viola semakin kesal saat mengingat kejadian semalam yang membuatnya harus rela menangis dan curhat kepada Alvin si manusia tanpa filter dimulutnya. Dan jangan lupakan juga ide orang tuanya dan orang tua Ravindra yang mengusulkan untuk tinggal bersama agar menjalin hubungan yang semakin erat. Mereka bahkan tidak khawatir kalau ia dan Ravindra bisa saja berbuat nekat, seperti tidur bersama misalnya..

Tapi mana mungkin, Ravindra bahkan tidak pernah memberikan perhatian kepadanya sedikitpun. Viola meringis pelan menyadari semua itu. Selama ini Viola selalu memberi sinyal kuat tentang ketertarikannya pada Ravindra yang hanya dibalas tak acuh. Apa selama ini dia menyebalkan? Mengganggu hari-hari Ravindra dengan tingkah anehnya mungkin sangat membuat Ravindra ilfil dengannya. Tapi apa salahnya? Viola 'kan calon istrinya!

Semua masakan sudah tertata rapi di meja makan, Viola lantas bergegas ke kamar untuk membersihkan diri. Setelah ini, Viola harus berbicara dengan Ravindra untuk memperjelas semuanya. Memperjelas keberadaan Caramella yang jelas salah sudah hadir dihubungannya bersama Ravindra yang sudah berada di level serius.

Viola yang sudah segar dan wangi berdiri di depan pintu Ravindra, menghirup napas dalam kemudian memberanian diri untuk mengetuk pintu.

Tok! Tok! Tok!

Viola menelan ludah gugup, apapun yang akan dia lihat nanti di dalam kamar, Viola berjanji akan tetap tegar. Entah pakaian yang berserakan dan tempat tidur yang berantakan, atau tubuh telanjang Mella dan Ravindra.

Hampir saja Viola berhasil memutar ganggang pintu sebelum pintu itu terbuka dari dalam dan menampilkan sosok tegap dalam balutan jas dan celana bahan. Ravindra berdiri dengan wajah datarnya seperti biasa, membuat Viola bisa sedikit bernapas lega, apalagi setelah mengintip sedikit dari balik bahu lebar Ravindra, setidaknya Mella masih menggunakan pakaian lengkap.

"Sarapannya sudah siap, Mas Rafi." jelas Viola, menekan ucapannya.

Ravindra terkekeh dengan dengusan pelan, berjalan menuju meja makan. "Kemana sapaan formalmu selama ini?"

"Berbicara formal dengan calon suami sendiri terdengar aneh, atau jangan-jangan kamu memang sengaja untuk membuat batasan seperti antara bos dan anak buah?" Viola memberikan piring yang sudah terisi makanan ke depan Ravindra yang kini menatapnya lekat.

"Ya, dan kamu tau itu. Saya hanya berusaha membuatmu terbiasa dan meminimalisir kekecewaanmu saat kita berpisah nanti." jawab Ravindra enteng.

Viola menahan napasnya mendengar ucapan Ravindra. "Kalau semua ini untuk perempuan itu, aku minta tolong hentikan. Kamu lupa, kita sudah bertunangan dua minggu yang lalu dan aku masih menyimpan foto-fotonya. Mungkin akan lebih baik kalau aku mencetaknya dengan ukuran besar dan menempelnya didinding agar teman perempuanmu itu tau di mana tempatnya sekarang." Viola menahan air matanya yang sudah menggenang dipelupuk mata.

Ravindra bersedekap dengan senyum miring dibibirnya. "Kamu semakin berani dan banyak omong. Apa saya tidak pernah bilang untuk tidak membawa serta perasaanmu disini. Kamu tau cepat atau lambat ini semua akan berakhir."

"Dan membuat ikatan serius itu hanya menjadi mainan? Kamu egois---"

"Mahesa ..."

Panggilan lembut itu membuat Viola menghentikan ucapannya. Ravindra berdiri dengan tangan terulur untuk meraih tangan Mella dengan lembut, membuat Viola tersenyum miris dan dengan cepat menghapus air matanya yang terjatuh.

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang