Dua puluh sembilan

8.6K 368 9
                                    

Cek mulmed🎶
Call Me Karizma - F U Till I F U ft. Cass (lyric)
__________

I just wanna say fuck you til I fuck you again
I think I've had enough of you, but I don't wanna lose a friend
I'm gonna love you forever
That's just my curse
It's whatever
~

"Tinggal tiga puluh hari lagi ya?" Mella menekuk kakinya, bertanya dengan nada rendah pada Ravindra yang sedang mengecupi bahu telanjangnya.

"Hn." balas Ravindra singkat.

Mella mengerti Ravindra tidak terlalu suka jika ia mulai membicarakan tentang pernikahannya dengan Viola. Dan ia pun sama, tidak suka namun entah kenapa masih membahasnya berharap itu bisa mengubah pikiran Ravindra.

Saat ini mereka tengah saling berpelukan dengan Mella yang membelakangi Ravindra, punggung polosnya dengan jelas merasakan otot-otot yang terbentuk sempurna diperut dan dada Ravindra. Dan jangan lupakan juga sesuatu yang ada di antara kakinya, benda tegang yang sudah sangat familiar dan membuat Mella melayang tinggi.

"Viola apa kabar?"

Ravindra menyandarkan kepalanya dikepala ranjang Mella. Menatap punggung kecil Mella yang dihiasi keloid panjang seperti tato miliknya. Rambut panjang yang biasanya tergerai tercepol dengan rambut-rambut nakal yang keluar dari ikatan, terlihat sangat manis.

"Sedang sibuk." Ravindra menghela napas pelan. "Setiap hari kita bersama tapi kamu bahasannya cuma Viola, kamu kenapa?"

"Aku cemburu." Mella memutar tubuhnya, tidak peduli jika Ravindra melihat dada telanjangnya.

Kedua tangannya melingkar dipinggang Ravindra, mendongak dan mengecup bibir yang masih terkatup rapat itu sekilas. "Aku mau kamu cuma jadi milikku. Aku gak mau kamu nikah sama Viola. Aku mau terus berdua sama kamu. Aku mau kita dekat begini sepanjang hari. Setiap hari."

"Tapi orang tuaku ingin aku bersama Viola."

"Kamu bisa pergi. Kamu punya restoran sendiri, kamu bisa hidup tanpa mereka." ucap Mella tanpa beban.

"Aku menyayangi mereka, Mella. Lebih dari apapun." Ravindra mengusap sebelah wajah Mella dengan ibu jarinya.

"Lebih dari kamu menyayangiku?" tanya Mella, tidak melepas tatapannya pada mata biru itu.

Lama Ravindra diam sambil menilik wajah Mella hingga akhirnya mengangguk pelan. Orang tuanya memang sangat berharga bagi Ravindra, sebenarnya bagi semua orang. Tapi entahlah dengan Mella, Ravindra menemukan Mella tanpa ayah, hanya dengan ibu yang memperlakukannya dengan tidak sesuai usianya.

Membiarkan gadis empat belas tahun melihat adegan dewasa, membiarkan gadis kecil itu mengenal dan melihat  alkohol serta asap nikotin setiap hari. Bersosialisasi dengan orang-orang dewasa dan membiarkannya hidup sendiri tanpa pernah tahu rasanya berteman dengan anak-anak seusianya.

"Aku mengerti." kata Mella dengan senyum manis. "Kamu beruntung memiliki keluarga lengkap, harta, takhta, dan calon istri."

"Kamu begitu sempurna, Mahesa. Aku akan sangat beruntung kalau bisa memilikimu, seutuhnya."

"Aku sudah milikmu." balas Ravindra tersenyum tipis, tatapannya teduh menyorot mata Mella yang memandangnya sayu.

Belum semuanya. Batin Mella, namun tetap membalas senyum Ravindra.

"Peluk." bisik Mella akhirnya.

Ravindra hanya terkekeh pelan, merosotkan tubuhnya ke kasur kemudian menarik Mella berbaring di atasnya. Tangan besarnya mengusap pelan punggung Mella, membuatnya nyaman dan tenang.

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang