Tiga

16.1K 864 5
                                    

"Lo cuma perlu bersihin lantai sama kacanya aja ya. Oh, satu lagi, periksa semua rak dan susun semuanya sesuai tempat. Bagian kasir biar gue aja yang pegang."

"I-Iya." Mella mengangguk kaku.

Mella menatap kepergian Agnes yang berlalu kemeja kasir kemudian beralih kekain lap dan alat pel yang ada ditangannya. Dia bingung apa yang harus dikerjakan lebih dulu.

Dia memang memutuskan untuk bekerja di mini market yang berada di ujung jalan. Selain berada dekat dengan rumah kontrakannya, dia juga ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia bisa bertahan hidup tanpa campur tangan Aksa.

Jam kerjanya diatur setengah hari karena tidak ingin mengganggu waktu sekolah. Untuk weekend, dia akan bekerja dari pagi. Seperti saat ini, dia datang pukul setengah tujuh agar tidak terlambat dihari pertamanya bekerja. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, setelah sehari sebelumnya dia terlibat adegan mohon-memohon dengan pengurus mini market.

Mella mengelilingi rak demi rak untuk menyusun barang-barang agar lebih rapi, memastikan semua barang berada ditempat yang tepat. Setelah selesai, dia kemudian meraih alat pel kemudian mengepel lantai hingga kesudut-sudut. Keringatnya sejak tadi sudah menetes melalui pelipis serta leher hingga membasahi baju khas karyawannya.

Apa udara AC di sini kurang sejuk. Batinnya bertanya tapi tetap melanjutkan pekerjaannya.

Drrttt... Drrtt...

Hp android yang berada dikantong jeansnya bergetar membuatnya menghentikan kegiatannya sesaat. Nama Aksa disertai emot hati tertera jelas disana membuatnya otomatis mengembangkan bibir tersenyum. Jarinya dengan cepat menggeser ikon telpon berwarna hijau.

"Halo." sapa Mella, masih dengan senyuman manis. Seolah-olah Aksa berada di depannya dan melihat sendiri senyuman yang terbit dibibirnya.

"Halo, La. Lo udah bangun? Mau sarapan apa hari ini?"

Mella diam sejenak. Dia lupa kalau Aksa setiap hari akan ke rumahnya untuk mengantarkan sarapan. Dia terlalu antusias untuk bekerja, dan dia baru tahu bekerja bisa semelelahkan ini. Dan poin pentingnya, dia juga belum sarapan.

"Mm.. Lo hari ini gak usah ke sini deh, Sa. Gue udah bikin nasi goreng tadi." kata Mella gugup.

"Sejak kapan lo bisa masak?" suara Aksa terdengar menyelidik dari seberang sana.

"Ah.. Maksud gue, tadi gue beli di mang Ujang. Yang suka keliling pake gerobak itu lho. Lo tau kan?" kata Mella bertanya balik. Tenggorokannya seperti tercekat sekarang. Dia memang kurang tahu cara berbohong yang baik dan benar.

"Gue ke sana sekarang."

"Jangan! Gue gak nerima tamu hari ini. Mending lo main ke mana kek sama temen-temen lo. Masak tiap hari lo sama gue terus. Gue juga mau lanjutin tidur, masih ngantuk banget." Kata Mella cepat.

"Mella---"

"Pokoknya gue gak mau diganggu. Gue mau tidur sampe sore. Kalau lo berani dateng dan ganggu gue, gue gak mau ngomong sama lo satu bulan. Titik."

Mella memutuskan panggilan sepihak. Tidak kuat jika harus mengucapkan kebohongan lagi. Dia tidak boleh membiarkan Aksa mengetahui hal ini, jika Aksa tahu, bisa saja Aksa memaksanya berhenti. Dia tidak mau itu.

Memang ini yang harus dia lakukan sejak dulu. Mandiri. Tidak menyusahkan Aksa atau siapapun. Sudah cukup Aksa melayaninya seperti balita, mengikutinya kemanapun dan menyiapkan keperluaannya. Dia tidak ingin seperti yang semua orang bilang, memonopoli Aksa.

Dia tidak begitu 'kan?

Tring..

Dentingan halus yang berasal dari ponsel yang masih digenggam membuatnya tersadar dari lamunan. Ada satu pesan singkat masuk dari Aksa.

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang