Dua puluh enam

8.7K 385 7
                                    

Cek mulmed🎶
Lucid Dreams - Juice WRLD
Accoustic Cover By First to Eleven
__________

Sudah tiga hari sejak Ravindra memutuskan untuk memiliki Caramella seutuhnya, dan sejak itu juga bercinta adalah kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap harinya. Setiap sudut apartemen sudah mereka jamah, bahkan dapur dan kamar mandi. Dan kini setelah melewati sore dengan beberapa ronde, Ravindra akhirnya menyelesaikan mandinya dan membiarkan Mella beristirahat dengan tubuh polosnya yang tertutup selimut.

Ravindra keluar kamar dengan hanya menggunakan celana kargo tanpa atasan membuat tatoonya terpampang jelas diatas tubuh kekarnya. Saat akan mengambil minuman di dalam kulkas, sudut matanya menangkap pergerakan seseorang yang terlihat tergesa-gesa menyeret satu koper besar ditangannya menuju pintu.

"Mau kemana kamu dengan koper itu?!"

Viola tidak menjawap maupun menoleh, langkahnya semakin cepat. Begitu pula Ravindra yang kini sudah berdiri di belakangnya dan menahan lengannya erat.

"Lepas!" Viola menekan suaranya, membuat Ravindra sadar bahwa gadis itu tidak main-main dengan ucapannya.

"Jawab saja, Viola! Tiga hari kamu menghilang dan sekarang ingin pergi lagi dengan koper besar itu? Mau kemana kamu?!"

Viola terkekeh sinis. "Sejak kapan ini jadi urusan lo? Terserah gue mau pergi kemana atau sama siapa, lo gak berhak nanya."

Ravindra tertegun, wajahnya kini menatap datar pada Viola yang berusaha melepaskan genggamannya yang kian mengerat. "Itu urusan saya karena saya adalah calon suami kamu, Viola."

Viola ternganga dengan pandangan tidak percaya, alisnya terangkat kemudian tawanya menggelegar. "Calon suami? Lo bilang calon suami? Sialan! Lelucon apa ini?"

"Saya serius, Viola. Sekarang pergi ke kamar kamu."

"Ya, pasti. Gue bakalan pergi ke kamar gue, tapi bukan di sini. Tidak kalau itu bersama kalian." Viola yang sekarang muak dengan drama itu menyentak tangan Ravindra dan bergegas meraih ganggang pintu dan keluar menuju lift.

Viola sungguh tidak mengerti cara berpikir otak Ravindra yang katanya lulusan dengan IPK tertinggi di luar negeri itu. Sudah jelas dia memilih perempuan lain dan bercinta dengannya tapi kenapa masih saja menahan dirinya. Calon suami? Viola sungguh merasa lucu dengan kalimat itu.

Jarinya menekan tombol lift yang akan membawanya ke lantai dasar. Belum kotak besi itu terbuka, tangan besar sudah lebih dulu menarik keras koper dan tangannya, menyeret tubuhnya kembali pada tempat laknat yang membuatnya hancur tiga hari lalu.

Berniat menenangkan hati dan pikirannya dengan tertidur, justru pemandangan pakaian berhamburan yang ia dapatkan. Pakaian yang ia lihat beberapa saat lalu terpasang pada dua orang yang begitu baik-baik saja setelah menyakitinya.

"Lepaskan sialan! Biarin gue pergi brengsek!!" Viola meronta-ronta, berusaha lepas dan pergi kemana saja asal jauh dari pasangan menjijikkan itu.

Ravindra dengan wajah datar dan rahang mengatup rapat membuka pintu kemudian masuk dan membantingnya. Tubuh Viola kemudian ia dorong kasar hingga terduduk di sofa. "Kamu akan tetap di sini. Jangan membantah."

"Brengsek! Sebenarnya apa mau lo?!" Viola melepas sepatunya kemudian melemparnya ke arah Ravindra, tepat sasaran, dada Ravindra adalah tempat benda itu mendarat. "Lo mau gue di sini tapi lo masih biarain jalang kecil itu tinggal! Lo bilang lo calon suami gue tapi lo tetep ngseks sama dia! Lo bahkan gak pernah cari gue waktu gue pergi selama ini! Lo sama egoisnya sama jalang itu, sialan!" Viola teriak dan menendang meja kaca yang ada di depannya. Pecah, semuanya berhamburan dilantai, beruntung kakinya masih terbalut kaos kaki. Tapi hatinya tidak seberuntung itu, ia tetap berdarah di dalam, sangat sakit.

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang