Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 08:45 tapi cowok bermata agak sipit itu masih berada di apartementnya dengan keadaan yang bisa di bilang mengenaskan, barang barang yang tadinya tertata rapi sekarang sudah tak berada di tempatnya lagi dan tergeletak mengenaskan di lantai.
Dan sang empunya berada di balkon di temani sebatang rokok dan sebotol beer yang isinya sudah tinggal setengah.
"Aaarrghh...kenapa sih gue bisa jadi kayak gini gara gara tere", devan bermonolog sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Itu karena lo udah mulai mencintai dia bego", ucap seseorang di belakang devan, orang itu berjalan ke samping devan sambil meneguk cairan merah yang di bawanya.
"Terkadang cinta itu memang menyusahkan", ucap orang itu lagi dengan sok bijaknya, dan orang itu adalah derril aksa jameson.
Derril masuk ke dalam meninggalkan devan yang belum juga beranjak dari balkon, tapi tak berapa lama kemudian devan juga ikut masuk dan menemukan para sahabatnya tengah menonton tv bersama, dan derril pun telah bergabung dengan mereka, dan devan pun mendapati keadaan apartementnya sudah tertata rapi seperti semula.
"Hoy bro syukur deh lo masih hidup, gue kira lo udah mati ke lindes kereta", celetuk levin saat devan baru saja duduk di sofa samping meli, karena yang lain pada tiduran di karpet berbulu sambil memakan cemilan.
Mendengar ledekan levin, devan melemparkan bantal sofa dengan tangan handalnya dan berhasil mendarat dengan sempurna di wajah tampan levin, membuat cowok itu ngedumel dengan umpatan umpatan yang tentunya tak indah untuk pendengaran.
"Astaga devan pantes tere gak mau pulang orang lo nya aja kek gembel gini, mending mandi sono lo bau...hush...hush", celetuk meli sambil mendorong badan kekar devan layaknya benda yang menjijikkan, tanpa protes devan segera bangkit dan masuk kamar mandi.
Tak lama kemudian devan telah selesai dengan ritual mandinya dan sekarang cowok itu telah kembali bergabung dengan para sahabatnya.
"Van makan sono, gue udah masak tadi sekalian buat mereka juga, entar tere pulang elo udah gak ada lagi kasiah gue kalau sampai sahabat gue jadi janda muda, eh tapi gak papa juga sih kalaupun tere jadi janda muda gue yakin sih masih banyak yang mau sama dia", ucap vea dengan jahatnya menerbangkan devan setinggi mungkin lalu menjatuhkannya ke dasar bumi dengan kata kata dari mulut pedasnya.
"Sialan lo ve, btw lo pada bukannya harusnya masih di sekolah?", tanya devan setelah sedari tadi diam.
"Di pulangin karena gurunya ada rapat mendadak di sekolah lain", sahut errga tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya yang sedang menampilkan game favoritnya, cowok itu bermain game tak terganggu dengan keberadaan ine yang tak bisa diam karena terlalu excited dengan film yang sedang mereka tonton.
Karena pasalnya posisi ine dan errga saat ini adalah errga duduk di lantai punggungnya menyender sofa dan cowok itu mengapit leher ine diantara ketiaknya, terlihat romantis kan, ah entah lah yang jelas sekarang mereka sudah tak malu lagi menunjukkan kedekatan mereka di depan orang terdekatnya.
"Woy van kok lo bisa sampai kayak gini sih, cerita napa, mana tadi gak ke sekolah, terus dari kemarin nomor lo juga gak aktif lagi, nyokap lo sampai telvon ke kita kita", vea memberondongi devan dengan berbagai pertanyaan.
Dengan malas devan akhirnya menceritakan kejadian kemarin saat tere menjawab telvon darinya.
Flashback on....
panggilan yang ke dua, ke tiga, dan hasilnya masih sama tak kunjung ada jawaban, cowok itu mulai kalang kabut, beberapa kali meraup wajahnya dan mengacak rambutnya dengan kasar, sambil terus mondar mandir seperti setrikaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 Trauble Angel(hiatus)
Teen FictionBagaimana rasanya jika kehidupan kalian yang awalnya sangat menyenangkan dan penuh tantangan harus berubah dan di atur oleh orang yang baru kamu kenal? Itulah yang dirasakan ke empat cewek trouble angel siapalagi kalau bukan Tere, Vea, Ine, dan Meli...