28* Petaka

4K 265 67
                                    

Hari sudah hampir tengah malam tapi tere ine vea meli masih tertidur pulas di apartement tere, sedangkan di sisi lain para cowok kalang kabut karena sejak menghilang dari sekolah saat dua jam terakhir tadi, tak ada satupun dari ketiganya yang dapat di hubungi.

Ke empatnya terbangun karena suara dering ponsel vea, dengan mata yang masih terpejam vea mejawab telvon tanpa melihat siapa yang menelvonnya.

"Vea kamu di mana sih kalau mau kabur bilang jadi aku gak usah nyariin kamu khawatirin kamu kayak gini", vea langsung membuka matanya lebar lebar saat omelan nyaring dari derril masuk di telinganya.

"De-derril aku--", ucap vea terbata, tapi segera di potong oleh suara derril yang terdengar menyeramkan bagi vea.

"Bilang kamu di mana sekarang aku jemput, kamu sama ine meli juga kan?", ucap derril masih setengah emosi, vea tak mungkin bilang jika ia berada di tempat tere, karena ia mengerti jika tere belum siap bertemu dengan devan.

"Iya aku sama mereka, kamu gak usah jemput, aku pulang sekarang kasih aku waktu tiga puluh menit buat sampai rumah", ucap vea meyakinkan.

"Oke kalau tiga puluh menit kamu belum sampai awas aja aku kurung kamu", ancaman derril berhasil membuat vea gigit jari.

Di samping vea ine juga sedang menjawab telvon dari errga tentunya karena di perkirakan the boys sekarang sedang berkumpul.

"Pulang sekarang atau aku seret kamu", baru saja ine menekan tombol hijau tapi langsung di sambut oleh suara datar dan dingin dari errga membuatnya ingin menceburkan diri ke rawa rawa sekarang juga, errga langsung mematikan sambungan setelah mengatakan kalimat tadi, tanpa memberi ine kesempatan untuk bicara sepatah katapun.

Tak jauh beda dari vea dan ine meli sekarang juga sedang dag dig dug melihat nama levin terpampang nyata di layar ponselnya, dengan keberanian yang telah ia kumpulkan dan bersiap jika levin juga akan memarahinya seperti yang di alami oleh ke dua temannya, meli menggeser tombol hijau dan menempelkan ponselnya di telinga.

"Ha-hallo", ucap meli gugup.

"Hallo kamu di mana sekarang?", betapa terkejut dan juga lega meli rasakan saat mendengar suara santai levin dan tak terdengar nada marah sedikitpun.

"A-aku lagi di rumah teman aku, ka-kamu gak marah gitu vin?", masih dengan nada gugupnya meli memberanikan diri bertanya pada levin.

"Aku lagi gak pengen marah aja, jadi kamu pulang sekarang oke, sebelum aku berubah pikiran, o ya kamu tadi gak bawa mobilkan terus pulangnya gimana, aku jemput aja kalau gitu?", ucap levin penuh perhatian, entahlah ada apa dengan cowok itu melipun tak tahu hanya levin dan author yang tahu.

"Eh gak usah vin aku tadi udah pesan taksi online kok, udah dulu ya aku otw pulang sekarang", ucap meli yang sudah mulai tenang.

"Oh oke yaudah hati hati", jawab levin lalu sambungan terputus dan meli mendesah lega. Tak seperti vea dan ine yang sudah kalang kabut memikirkan bagaimana nasibnya nanti.

"Hmm...sorry ya semua gara gara gue, gimana kalau kalian jujur aja sama mereka kalau kalian di sini nemuin gue", saran tere yang merasa tak enak karena secara tak langsung dialah penyebab masalah ini, ya walaupun ia tahu jika mereka tahu kalau dirinya sudah berada di indonesia otomatis devan juga akan tahu, dan jujur ia belum siap untuk bertemu dengan cowok itu.

"Apaan sih lo re, ini tuh bukan salah lo, udah lo gak usah pikiran biar ini jadi urusan kita, ya udah kita pulang dulu oke", ucap vea dan di angguki ine meli.

"O ya re gue harap lo secepatnya nemuin devan, dia butuh lo semenjak lo pergi dia udah bukan devan yang dulu seperti yang tadi gue ceritain ke lo, kita sebagai sahabat cuma gak mau ngelihat lo nyesel nantinya", ucap meli serius sebelum akhirnya dia beranjak keluar apartement tere menyusul ine dan vea yang sudah lebih dulu keluar.
________

4 Trauble Angel(hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang