39. Tour Guide

1.2K 89 14
                                    

Jangan lupa


Untuk vote


Dan comment !!


Okay......👌



Selamat membaca ^^

Hari ke 4 (rumah Mbah)

Sore ini menjadi saksi dimana pertemuan gue dan dia terulang lagi. Di temani semilir angin yang menerpa jilbab berwarna navy yang gue gunakan, juga sinar sore mentari yang menerpa wajah seorang lelaki yang berjalan beriringan menyamakan jarak disetiap langkah.

Bahagia ? Oh, tentu saja.

Setelah pertemuan terakhir itu gue sudah berprasangka tidak akan ada hari selanjutnya untuk gue bertemu dengan dia. Waktu 3 hari yang terasa sekejap itu gue fikir adalah akhir dari segalanya antara gue dan dia, ternyata tidak.

Sudah lama sekali sejak pertemuan itu. Tak dapat dipungkiri, gue bener-bener rindu dia. Mungkin hanya gue yang menyimpan setitik demi titik rindu ini dalam hati yang kian hari kian bertambah. Padahal sudah banyak kata-kata, topik yang gue siapkan jauh hari jikalau ada kesempatan bertemu dengannya. Dan saat ini kita bertemu, tapi kenapa tak kunjung ada topik yang gue buka ?

Bodoh memang !. Gue emang gak bisa membuka topik, mungkin ini salah satunya gue jadi gak bisa berteman.

"Capek ngak ?" akhirnya setelah sekian lama hening, dia membuka percakapan.

Gue mengangkat kepala yang sedari tadi ditundukkan fokus menatap jalanan "B aja sih, tapi duduk aja yuk" ya, gue capek sih sebenarnya. Gengsi lah mau bilang, gue kan bukan cewek menye-menye yang seperti kebanyakan.

"Bilang aja capek kenapa sih ? Soalnya aku juga capek jalan terus" ucap nya mengomel kesal.

"Yaa kalo capek kenapa gak dari tadi ngajak duduknya Mimi..... Aish aku mana tau disini mau duduk dimana aku bukan orang sini iih" semprot gue tak kalah kesal juga.

"Weees santay mbaeee, kan aku sebagai tour guide yang baik selama disini" -Azmi.

Sifat ngeselinnya gue rasa mulai nampak kepermukaan.

"Tour guide your eyes, siapa yang ngajakin kamu buat jadi tour guide. Kita aja tadi gak sengaja ketemu" -Gue

Dia berjalan melewati jalanan persawahan dan berhenti di sebuah gubuk beratapkan dedaunan kering yang dirangkai sedemikian rupa. Dia duduk disana disalah satu sisi  gue mengikutinya tetap menyisakan jarak dengan duduk di satu sisi lainnya.

Sempat hening lagi untuk beberapa saat. Dari air mukanya tampak gelisah, ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Sedangkan aku masih terfokus dengan pemandangan yang berhadapan langsung di depan mataku ini.

"Aku mencari akun Instagrammu, disana aku mengirimkan beberapa pesan lewat DM, sudah sampai bukan ?" dia kembali membuka percakapan.

"Sejak kapan berubah profesi jadi stalker ? Hah ?" -Gue

"Apanya yang stalker, jelas-jelas di sapu tanganmu itu tertera akun Instagrammu. Jadi aku mencarinya untuk mengembalikan sapu tanganmu itu" jelasnya.

"Udah gak usah dikembaliin , simpen kamu aja kalo suka lagian kan aku udah ngasih kekamu waktu itu. Kalo gak suka yaudah kembaliin" -Gue

"Oh, yaudah makasih kalo gitu. Tapi kenapa pesanku gak ada jawaban" -Azmi.

"Kamu kirim lewat pesan DM kan ? Aku gak pernah jawab pesan dari DM, males banget hehe" gue menampilkan cengiran khas kuda, mengingat raut wajahnya yang ditekuk kesal mendengar penuturanku.

Lucid Dream -Azmi Ask Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang