41. Sebuah Games

1.2K 106 36
                                    

Azmi POv

Aku terheran melihat kenapa si Dwi bisa ada di rumahku tanpa mengabariku terlebih dahulu, dan kenapa juga dia langsung pulang begitu saja ? Mengabaikanku yang jelas-jelas menyapanya. Aku tak tau mempunyai salah apa padanya, kurasa akhir-akhir ini aku tidak ada berbuat salah padanya, menyinggungnya pun tidak. Perempuan memang sulit dimengerti.

Setelah lumayan lama aku menatapnya yang mulai menjauh perlahan punggungnya tak terlihat oleh penglihatanku. Aku menenteng buah-buahan titipan Ummi kedalam untuk diserahkan pada Ummi. Sekaligus juga bertanya tentang dia.

"Assalamualaikum Ummi" aku mengucap salam terlebih dahulu, lalu mencium tangan kanan ummi ku itu.

"Waalaikumsalam, kesinikan buahnya Mas biar Ummi tata" perintah Ummi, aku langsung memberikan kantong buah yang sedang ku tenteng.

Ummi sedang sibuk menata buah ke beberapa piring, aku hanya memperhatikan kadang membantu memungut buah yang tak sengaja jatuh.

"Oh iya Ummi, itu tadi Dwi eeh maksudnya Hani, dia udah lama disini ? Emang ngapain ?" tanyaku pada akhirnya, setelah sekian lama memikirkan untuk bertanya atau tidak.

"Tadi sih sekitar jam 8 kalo gak salah, dia main sama Rara terus bantu-bantu Ummi masak, terus dianya pulang katanya ada janji sama abangnya" -Ummi

"Ooh...gitu" sejauh ini masih masuk akal, tapi anehnya kenapa aku diabaikan gitu aja, masa segede gini gak keliatan ?. (Aku: tapi azmi kurus ya, walo tinggi)

"Yaudah kamu mandi atau ganti baju sana, yang rapi ya mas. Bentar lagi kan temen abah mau dateng, sekalian kamu kenalan sama anaknya, itu calon mu looh. Hihihi...." ucap Ummi sambil terkekeh di akhir kalimatnya. Sedangkan aku menatap tak percaya, aku benar-benar kaget dengan kata calon. Astagfirullah....masa aku dijodohkan ?

"Laaah...Mas gak mau di jodohkan Ummi, biarkan mas milih wanita yang memang mas idamkan, wanita pilihan hati mas sendiri" tuturku memohon, kulihat ummi hanya tersenyum mendengar ucapanku.

"Iya toh mas ga apa-apa, kenalan aja dulu. Abah sama Ummi cuman pengen kamu kenal sama Aisyah, siapa tahu kan jodoh. Aisyah itu in syaa allah baik anaknya, akhlaknya bagus, sholehah, penghafal Al-Qur'an in syaa allah idaman banget" Abah ikut menimpali. Ya Allah......apa yang harus aku lakukan, sedang aku mempunyai rasa pada orang lain ?. Tetapi aku juga takut yang aku rasa hanya perasaan sesaat yang akan cepat hilang. 

"Percayalah.....pilihan orang tua biasanya sudah terbaik mas" tutur abah mengakhiri kalimatnya.

Aku menghembuskan nafas berat "Ya sudah Abah Ummi, mas ganti baju dulu di kamar" pamitku setelahnya.

🌰🌰🌰🌰🌰

Hani POv

Rasa sakit yang tak pernah gue rasakan ini semakin memuncak memenuhi rongga hati. Bukan, bukan rasa sakit bekas irisan pisau di jari gue, tak tau apa penyebab rasa sakit ini. Mungkin gue memang suka Mimi, gue pikir hanya sebatas suka karna dia mengerti kepribadian gue, tapi kenapa rasanya sakit sekali saat mendengar dia memiliki calon ?. Tanpa gue sadar rasa suka gue terus berkembang pesat, dan mungkin berubah jadi Cinta ?.

Brakk

Gue memasuki kamar, membanting pintu cukup kuat. Air mata yang selama diperjalanan tadi terpendam kini gue tumpahkan di atas bantal. Gue sebenarnya gak mau mengakui kalo gue menangis karna Mimi. Tapi kenyataanya memang begitu, untuk kedua kalinya gue berhasil menangis karna seorang Azmi Askandar.

"DEK ! APAAN SIH PAKE BANTING-BANTING PINTU, ENTAR RUSAK PINTUNYA UDAH TAU RUMAH MBAH RUMAH TUA" -bang Daniel.

Bang Daniel datang di saat yang benar-benar tak tepat. Gue masih belum bisa berhenti menangis.

Lucid Dream -Azmi Ask Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang