Because Of You

452 54 7
                                    

Alasan sesungguhnya Park Jimin nekat keluar dari kamar Rumah sakit itu adalah dia mengikuti Park Jinhan.

Entahlah apa yang membuatnya ingin mengikuti langkah seseorang yang jelas-jelas tidak nyata. Ilusi yang ia ciptakan sendiri.

Dalam perjalanan tak tentu arah, Jimin mulai menangis.

Satu-persatu kenangan-kenangan yang pernah ia lewati sedari kecil membuat dirinya teramat sakit. Segala alasan mengapa ia merasa tersisih.

Sebenarnya, memang hanya Park Jinhan yang ia miliki, hanya Jinhan seorang yang rela memberikan seluruh kebahagiaannya untuk Jimin. Tapi Jimin selalu merasa iri atas apa yang dimiliki oleh kembarannya. Padahal jelas-jelas ia juga memilikinya.

Satu hal yang luput, yang memang membedakan antara Jimin dan Jinhan.

Ketika Jinhan tumbuh dengan segala ketulusan, maka Jimin tumbuh dengan seluruh rasa iri.

Jimin hanya lupa caranya bersyukur.

Namun sifatnya perlahan berubah, saat ia sering bersama Jinhan untuk ibadah ke Gereja.

Dan lambat laun, Jimin mulai mengerti atas rasa syukur.

Karna meski Tuhan menciptakannya dengan kondisi Buta, nyatanya tidak ada makhluk ciptaan Tuhan yang cacat.

Karna meski memiliki kekurangan, Tuhan akan selalu memberikan kelebihan yang sebanding.

Dan semua manusia dicintai dengan caraNya yang sungguh adil dan ajaib.

...

Jimin sudah sangat letih, bahkan ia lupa sudah berapa lama langkah yang telah ia lewati.

Hingga pada akhirnya ia tiba di sebuah gereja.

Jimin menatap Jinhan yang juga menatap Gereja itu dengan tatapan haru.

Jimin masuk mengikuti langkah kaki Jinhan.

Lalu keduanya duduk di kursi paling belakang.

" Ini Gereja yang sering kita datangi dulu." Bisik Jinhan sambil tersenyum menatap Park Jimin.

Tatapan Jinhan begitu lembut, membuat Jimin lupa diri bahwa sosok didepannya tidak nyata.

Tak lama kemudian, orang-orang mulai berdatangan. Dan dimulailah hari itu dengan ibadah pada Tuhan.

...

" Semua manusia diciptakan sama, karna Dia adil. Meski terkadang seseorang condong pada kelebihan atau kekurangan masing-masing.

Sebenarnya itu tergantung pada manusianya, Jika seseorang menjalani kehidupannya dengan condong pada kelebihannya semata, maka ia akan hidup dengan keangkuhan, merasa dirinya tinggi. Dan saat di kemudian hari ia terjatuh atas angkuhnya, maka ia akan menyalahkan takdir bahkan Tuhannya sendiri.

Namun ketika manusia hidup terpaku pada kekurangannya semata, maka ia akan hidup dalam kerendahan yang ia ciptakan. Dan orang seperti ini akan selalu menyalahkan takdir dan Tuhannya. Orang semacam ini juga tak ada bedanya dengan orang yang pertama.

Mereka sama congkaknya.
Sama angkuhnya.

Mereka melupakan rasa syukur.

Namun keangkuhan dan ego manusia seringkali membuat mereka lupa bahwa sebuah roda kehidupa akan terus berjalan hingga ujung yang bernama kematian.

Tidak ada kebahagiaan yang abadi selama manusia masih ada dalam dunia hidup.
Dan tidak ada sebuah kesedihan yang larut.

Maka dari itu, kita sebagai manusia harus tahu caranya bersyukur.

Inginku Bersamamu ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang