Memori

368 49 3
                                        

Taehyung berusaha menghubungi Jimin, ia ingin tahu keadaan lelaki itu, karna jujur saja setelah pertengkarannya dengan Jin Hyung membuat Tae mendadak dicekam rasa bersalah.

Namun sial, panggilannya diabaikan, entah apa yang sedang dilakukan Jimin hingga tak mengangkat panggilannya.
Dan air matanya tak bisa berhenti mengalir. Perasaannya kacau tanpa mampu ia pahami.

Dan satu hal yang berkelebat pada pikirannya, Apa arti seorang Park Jimin jika saja ia melupakan fakta tentang jantung yang berdetak di tubuhnya adalah milik dari Kembaran Park Jimin?

...

Di ruang serba gelap, tanpa setitik pun cahaya. Jimin terduduk di satu titik dengan pandangan kosong. Entahlah, apa yang tengah ia pikirkan, ia bahkan tak berminat kemanapun.

Dia pun lupa berapa kali ia terbangun dan berada di tempat ini.

Selalu sendiri dan diam,

Namun kali ini ada yang berbeda,

Samar ia mulai mendengar suara-suara yang ia kenali siapa pemiliknya.

" Jim, aku hari ini bertemu dengan seseorang yang membuat jantungku berdegup kencang." Teriak Park Jinhan dengan semangat.
" Memang siapa?" Tanya Jimin datar.

Jimin terdiam, yang ia dengar adalah percakapan Jinhan dan Jimin. Percakapan yang entah kapan terjadi.

" Dia adik kelasku di Sekolah. Dia manis sekali." Kata Jinhan sambil tertawa kecil.
" Sudah berapa lama kau menyukainya?" Tanya Jimin, sepertinya ia mulai penasaran.
" Entahlah aku tidak menghitungnya Haha." Dasar Jinhan. Terdengar tawa gemas dari Jimin.
" Aku penasaran." Kata Jimin.

Lalu senyap.

Jimin bahkan lupa adanya percakapan ini, namun satu hal yang ia yakini, bahwa ini adalah memori-memori yang ia lupakan.

Dan ia terbangun dengan peluh bercucuran.

Jimin membuka matanya, mengedarkan ke sekeliling, dan ini adalah kamarnya.

Yang tadi hanyalah mimpi, dan Jimin sama sekali tidak mengingat apapun tentang percakapan itu.

" Kamu kenapa terlihat aneh begitu?" Tanya Jinhan yang duduk di tempat tidurnya sambil menulis sesuatu.
Jimin menengok ke arah Jinhan.

" Mimpi buruk." Jawab Jimin.
Jinhan tak lagi bertanya.

Memimpikan sesuatu yang tak diingat itu merupakan mimpi buruk bagi Jimin, karna ia jadi berpikir yang tidak-tidak. Mengingat sesuatu yang sudah dilupakan.

" Jinhan, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Jimin yang ditanggapi Jinhan dengan anggukan lalu beralih menatap Jimin.

" Pernahkan kita membicarakan tentang seseorang yang kau suka saat kau masih SMA?" Tanya Jimin penasaran.
Jinhan terdiam sebentar, lalu tertawa. Bagi Jimin tawa itu menyebalkan, tapi bagi Jinhan, tawa itu rasanya perih.

( Jimin, bukan hanya menderita Skizofrenia, tapi juga memiliki penyakit mental lain. Trauma yang berkepanjangan, lupa akan beberapa memori penting. Sengaja mengunci memori itu agar ia tak ingat hal-hal yang berupa kenyataan. Memori yang membuat ia tahu bahwa ia hidup dalam ilusi nya. - Jung Hoseok )

" Entahlah, aku lupa apa saja yang kuceritakan padamu. Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya?" Tanya Jinhan kembali.

Jimin terdiam sebentar lalu mengedikkan bahunya.

" Hanya penasaran. " jawab Jimin. Lalu pandangannya beralih ke jendela.

Ia melangkahkan kaki keluar balkon, lalu duduk di kursi dan memandang langit malam berhias bintang.

Inginku Bersamamu ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang