Part 14

17 5 0
                                    

🍁Pergilah Karena itu yang Terbaik 🍁

    Ketika kita terlalu menggantungkan harapan pada seseorang. Kita akan banyak berharap padanya dan akan banyak mimpi indah bersamanya.

   Namun saat orang itu enggan untuk menjadi tempat kita bergantung. Rasa sakit yang amat dalamlah yang dirasakan.

    Sungguh kukira rasaku ini sama dengan rasamu,  hati kita akan menyatu meski tak bersama. Tapi semuanya tak seperti yang kuduga, kau terlalu berpegang teguh pada keyakinanmu. Sehingga meninggalkanku tanpa kepastian.

"Kakak,  gak mau ngucapin selamat padaku?" tanyaku pada Kak Rayyan.

Aku mencoba terlihat biasa saja di hadapannya dan semua orang, sungguuh berpura-pura ceria itu melelahkan.
Ia pun mencoba tersenyum dan berusaha mengatakan sesuatu.

"Selamat ulang tahun, Dek.  Maaf Kaka gak tau kalo hari ini hari ulang tahunmu," Ucapnya, terlihat rasa bersalah di raut mukanya.

"Tak apa Ka, Kakak kan baru mengenalku,  jadi wajar Kakak gak tahu Ulang tahunku," Ucapku dengan nada hangat dan mencoba tersenyum riang,  "Oh ya makasih ya,  Kak atas ucapanya!" tambahku mencoba pura-pura Bahagia.

Sungguh menatap wajah itu terasa menusukan pisau kedalam dada ini. Wajah yang kemarin begitu kukagumi, dan kuidamkan kini seolah bak mawar berduri, Indah di pandang,  juga harum dicium.  Namun sayang durinya telah menusuk relung hati ini.

Bagaimana mungkin,  aku seorang Alishya yang penakut ini telah berani mengungkapkan perasaanku pada laki-laki yang ternyata menolak rasa ini?
Susah payah kuberanikan diri ini tuk mengungkapkannya. Namun apa yang ku terima? Dia menolaku.

Setelah Acara Suprise yang dibuat Rizky. Yah, dia yang merencanakan ini semua.

Akupulang ke rumah,  kurebahkan Tubuh ini di Kasur yang selalu menjadi tempat ternyamanku,  lelah rasanya berpura-pura bahagia,  tersenyum,  tertawa dan bersikap manja.  Namun harus kulakukan,  aku tak ingin gara-gara patah hati aku mengecewakan orang-orang yang kusayangi.

****

Kududuk di kursi balkon kamarku. Tak sengaja kumelihat kursi taman itu, semua yg kulihat pasti mengingatkanku akan dirinya. Belum genap seminggu kumengenalnya,  tapi dirinya seolah telah hadir sangat lama dihati ini.

Kutarik napas ini, mencoba menghilangkan rasa sesak yang kurasakan,  air mata yang sejak tadi sengaja kutahan,  kini tak dapat terbendung lagi.

"Kenapa aku harus mencintaimu, dan kenapa pula aku mengungkapkannya? Sepertinya akan lebih baik jika aku bungkam saja tentang rasa ini," gumamku sendu
"Ternyata jujurku malah berakhir sakit begini."

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Alarm pagi mbangunkanku, mata sembab karna semalaman menangis membuatku resah, jangan sampai semua orang mengetahui kesedihanku.

Samar terdengar derung motor dari arah rumah Rizky,  aku berlari menuju jendela, kusibakan tirainya. Kulihat kepergiannya, ia sempat menoleh dan menatap beberapa saat ke rumahku namun ia melajukan motornya.

"Lebih baik kau pergi,  Kak!  Tak sanggup rasanya aku melihat Kakak, setiap hari," gumamku, "Aku akan semakin sakit jika Kaka masih disini, dan terus mengisi hariku walau sehari. Kan sulit melupakanmu, biarlah kan kuhilangkan semua rasa ini,  kubuang kenangan kita yang tak seberapa namun begitu sangat melekat,  dan akan kuhapus Namamu yang telah terukir indah di hatiku,  meskipun akan sulit," lirihku.

Belahan Jiwa AlishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang