part28

13 5 0
                                    

"Nih, Biar rasa kesal lo berkurang," ucap Rizky memberikan sebatang coklat.

"Gue gak mau cokelat Ky, gue mau ice crem," rengekku pada Rizky.

"Sekarang masih pagi, nanti pulang sekolah kita mampir ke kedai ice cream, lo boleh jajan ice crem sepuasnya, gue traktir," ucap Rizky dan langsung membuatku bersorak sorai, sudah lama aku tak makan ice cream.

'Rizky, lo paling ngertiin gue' batinku.




Sepulang sekolah, sesuai janji Rizky kami pun mampir ke kedai ice cream, sekalian kuajak Pak Maman, kasihan kalau dia nunggu terus di mobil.

"Makasih ya Ky," ucapku manja pada sahabat sejatiku itu, entah kenapa getaran aneh itu masih terasa saat dekat dengannya.

Rizky menganggguk dan tersenyum padaku, lalu mengusap poniku lembut.

"Manis Kamu di sini?" tanya Kak Dhika, yang terlihat tengah membeli ice cream juga dengan seorang gadis. Tapi aku gak suka gadis yang bersama Kak Dhika, dia terlihat angkuh.

"Iya Kak, ayo gabung!" ajaku, kulihat Pak Maman hendak beranjak dari tempat duduknya, namun ku cegah ia, "Bapak duduk di sini aja!" pintaku padanya.

"Ya, Bapak tetap disini!" ucap Rizky pada Pak Maman.

Kak Dhika duduk di hadapanku, sedang gadis itu duduk di sebekah Kak Dhika dan otomatis di sebelah Pak Maman.

"Iyuuh Dhik, masa kita duduk bareng supir sih!?" ucap gadis itu pada Kak Dhika dengan memasang ekspresi Jijik. Kak Dhika hanya diam, tak menghiraukan gadisnya, kayaknya Kakaku itu gak suka dengan tingkah angkuh gadis itu.

"Dia bukan supir, Ka. Dia keluargaku," ucapku dengan nada sopan.

"Katanya dia sepupu lo, kok sepupu lo keluarganya supir sih?" bisik gadis itu pada Kak Dhika, aku masih bisa mendengarnya karena dia berbisik agak keras, Kak Dhika terlihat mrah pada gadis itu, terlihat mukanya yang memerah.

"Alishya sepupu gue, dan Pak Maman juga Keluarga gue, kalo lo mau gabung bareng kita Ayok, kalo gak mau, ya udah lo balik aja," ucap Kak Dhika kesal, sambil menatap tajam gadis itu, gadis itu cemberut, lalu memanggil seseorang.

"Cupu sini!!" panggil gadis itu pada seorang gadis berkaca mata dan berpenampilan sederhana yang berdiri di dekat pintu, gadis itu sedikit berlarian mengikuti perintah gadis angkuh itu.
Aku menatap Rizky, dia pun balas menatapku, aku tidak suka dengan prilaku gadis angkuh ini, jadi inget Kak Nadine.

"A-ada apa Kak Naomi?" ucap Gadis itu terlihat gugup.

Rizky beranjak dari duduknya dan mengambil kursi dari meja belakang ia menempatkan kursi itu di sebelahku juga Kak Dhika.

"Eh Ka, Ayo gabung dengan Kami!" ajak Rizky padanya, Rizky menyuruh Gadis sederhana itu duduk di kursi yang ia siapkan, gadis itu tampak Kikuk, ia seperti tak nyaman ditatap tajam oleh Kak Naomi.

"Ayo Kak duduk di sini bareng Kami! Kaka teman Kak Dhika juga ya?" gadis itu tampak ragu untuk menjawab, perlahan ia mengangguk, lalu menatap Kak Dhika juga Kak Naomi, ia seperti ketakutan saat akan duduk di sebelah Kak Dhika.

"Lo duduk aja, jangan sungkan!" ucap Kak Dhika sambil tersenyum pada gadis sederhana itu, aku lihat gadis itu sangat canggung duduk di sebelah Kak Dhika.

"Kaka siapa Namanya?" tanyaku pada gadis angkuh itu.

"Naomi Marwan," ucapnya sedikit judes. Dari nama belakangnya dia anak orang kaya, mungkin dia anak pengusaha yang cukup punya nama di kota ini.

"Kaka siapa Namanya?" tanyaku sedikit lembut pada gadis itu, gadis itu menunduk dam menyebutkan namanya.

"Shalshabila," ucapnya malu-malu. Aku tersenyum pada gadis sederhana itu, aku menyukainya, dia sangat cantik, dengan kesederhanaanya.

Belahan Jiwa AlishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang