37. Suka Adek cantik.

21 5 0
                                    

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Seseorang berdiri di sampingku, menyodorkan sapu tangan biru tepat di depan wajah, mungkin dia telah melihat air mataku sehingga menyerahkan sapu tangan itu. Repleks aku mendongakan kepala, melihat siapa orang yang berdiri itu.

"Kak Rayan?" gumamku.

Kuambil sapu tangan itu, lalu mengusap buliran bening yang mengalir itu. Sedangkan Kak Rayan tetap berdiri di sampingku, entah sejak kapan dia ada di sini?

"Dek?" panggilnya seraya duduk.

"Heemh."

"Adek, kenapa menangis?" tanyanya.

"Kesel sama Kaka," jawabku.

"Loh kok kesal sama Kaka? Memangnya salah Kaka apa?" tanyanya, dia terlihat kebingungan.

"Salah Kaka tuh banyak! Kaka tuh udah PHP-in Kei, terus Kaka juga udah nyuekin Kei, gak enak tau dicuekin terus," ketusku. Maafkan aku kak, sebenarnya aku menangis bukan karena itu.

Dia tersenyum, senyuman yang membuat hati tenang, entah mengapa melihat senyumnya rasa gundah di hati seakan mereda.

"Kapan Kaka PHP sama Adek? Perasaan, Kaka gak pernah janji apa-apa."

Ups, bener juga, dia 'kan gak pernah bilang apa-apa, mungkin aku saja yang terlalu berharap sama dia. Sok-sok an mau nungguin dia, padahal dia aja gak pernah janji apa-apa.

"Ngapain kaka kesini?" tanyaku kesal, sebenarnya aku hanya mengalihkan pembicaraan karena malu.

"Gak, Kaka cuma mau nyari gadis yang semalam salah manggil orang," ucapnya sambil terkekeh. Aku diam, ah iya, kejadian semalam. Tuh kan bener, sudah kuduga kalau ketemu pasti ngebahas itu.

"Maaf, Kei kira Rizky," ucapku lirih.

Kak Rayan malah terus terkekeh. Dia terlihat  sangat manis kalau seperti itu, menggemaskan. Tanpa diduga mata kami bersitatap, jantung kembali berdegup kencang. Ah Kak Rayan, berada di sampingmu terus, lama-lama jantungku bakal bermasalah.

"Kaka terlihat lebih ganteng kalo Kaka terus tersenyum begitu. Manis seperti Aromanis," ucapku sambil terus menatapnya. "Kaka jangan cuekin Kei terus ya! Tersenyumlah seperti itu saat dihadapan Kei!"

Kak Rayan tertunduk, dia menggaruk tengkuknya sambil tersipu, mungkin dia salting digombalin. Salah sendiri, jadi cowok kaku banget sih, 'kan jadi kebalik, malah aku yang gombalin dia.

"Dek, emang Adek serius mau nungguin Kaka?" tanyanya.

Mataku terbelalak saat mendengrnya, kenapa dia harus menanyakan itu? apa dia tidak pernah menganggap penantianku selama tiga tahun ini?

"Ya seriuslah Kak, kalo gak serius mana mungkin nungguin Kaka sampe tiga tahun, malahan sampe nolak Rizky," jawabku. Entah kenapa aku mengatakan tentang Rizky padanya? Dasar lidah tidak bertulang, lemes banget sih.

"Rizky?"

Aku diam sejenak, ah merahasiakaannya mungkin saja akan jadi masalah kedepannya, lebih baik kuceritakan saja, dari pada dia mendengarnya dari orang lain.
Aku pun menceritakan semuanya pada Kak Rayan, di mulai saat Rizky mengungkapkan perasaannya, hingga aku menolak karenanya dan Syifa.

"Syifa mencintai Rizky? Apa Adek cantik gak pernah mencintai Rizky?" tanyanya heran.

"Me-mencintai Rizky?" Aku diam sejenak, "ya ... gak lah Kak, kalau aku mencintai Rizky buat apa nungguin Mister hantu yang gak pernah memberi kepastian," jawabku berbohong, maafkan aku Kak, sebenarnya aku sempat mencintai Rizky, tapi aku berjanji akan menghilangkan cinta itu dan akan terus menantimu, tapi aku pun butuh kepastian darimu, apa kau mencintaiku atau tidak?
Aku takut di saat aku terus menantimu kau malah pergi bersama wanita lain.

Belahan Jiwa AlishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang