part25

28 5 0
                                    


_________________💗_____________

Sebulan sudah kulewati hari tanpa Mama, meski Om Tio, Tante Arin, juga Kak Dhika pindah ke kota ini dan sering main ke rumah, tapi tetap saja mereka tak bisa menggantikan kehadiran Mama. Aku masih sangat merindukan Mama, bahkan aku sering merasa kalau Mama masih ada di sekitarku.

[Kak, kenapa orang yang aku sayangi seolah pergi satu persatu. Pertama Kaka, Mama, dan kini Rizky. Rizky sekarang lebih sering bersama Syifa, saat aku tanya apa mereka pacaran? Rizky tak menjawabnya, ia malah mengalihkan pembicaraan. Kak, kenapa Kaka tak pernah balas Emailku? aku yakin Kaka baca  semua email emailku, tapi tak ada waktukah Kaka untuk membalasnya? Meski satu kata saja? Apa Kaka menghindar dariku? Apa aku harus kehilangan kalian secara bersamaan?]

Kukirim emailku, lalu menutup laptop dan menyimpannya di atas nakas. Lalu keluar dari kamar mencari keberadaan Papa, aku ingin menemaninya.

Kulangkahkan kaki menuju tangga, terlihat diruang tengah kak Dhika sedang menonton tv, Om Tio pun sedang memangku laptopnya sambil terus mengetik, sedang tante Arin ia sedang asik memoles kukunya dengan kutek merahnya.

"Om, Papa di mana ya?" tanyaku.

"Di mana ya? Emh di taman kali, sayang!" ucap Om Tio seolah tak peduli dengan keberadaan Papa, sedang Tante Arini masih fokus dengan kuteknya.
Kak Dhika tersenyum padaku, lalu bangkit dari duduknya. Ah, hanya Kakaku ini yang selalu mengerti aku.

"Ayo ke taman! Temenin Papamu yuk!" ajaknya, menuntunku. Aku tersenyum dan menggandengnya.

Saat sampai ditaman kudapati Papa sedang bercanda dengan Rizky , ia tertawa lepas denganya, Syukurlah ada Rizky yang sigap menemani Papa.

Kuhampiri mereka, lalu duduk ditengah-tengah mereka, menyenderkan kepala ke bahu Papa, sedangkan Kak Dhika masih berdiri mematung.

"Ada apaan sih pada ketawa? Gak ajak ajak!" Ucapku berpura-pura merajuk.

"Hei, Princeshnya Papa, kok ngambek? Ini loh sayang, tadi Rizky cerita, pas diruang osis Rizky dan  Syifa ngalamin hal konyol katanya," jelas Papa sambil kembali tertawa.

Ah Syifa lagi, apa benar mereka berpacaran? Tapi Rizky pernah bilang, kalau dia gak bakalan punya pacar sebelum aku punya pacar, dia bilang dia ingin selalu menjagaku, sebelum pacarku nanti yang menjaga. Ia selalu bilang  kalau aku punya pacar, haruslah laki-laki yang bisa melindungiku dan selalu ada untuku, bukan yang tak bisa berada di sisiku seperti Mister Hantu. Ah, andai dia tahu kalau mister hantuku itu adalah Kakanya, yang kini tengah kuliah di Kairo.

Rizky tersenyum, aku melihat ke arahnya, menatap dalam mata sahabatku itu, mencari kebenaran tentang perasaannya pada Syifa, namun ia malah berpaling dan mengalihkan perhatiannya pada bunga anggrek kesukaanku.

"Shya, bunga lo kayanya layu tuh!" tunjuknya, aku pun langsung melihat bungaku. Ya, benar bungaku juga layu, sama seperti hatiku.
Kini aku kesepian, Rizky seakan sibuk sendiri. Meski kami bersama kadang ia selalu sibuk dengan HP-nya.

Aku berdiri, beranjak dari kursi lalu menghampiri bunga-bunga anggrek kesayangan.

'Aku dan kalian mungkin memiliki keterikatan, sehingga kondisi kalian pun seolah menggambarkan kondisi hatiku saat ini' batinku sembari mengusap Anggrek miliku.

~
~
~

"Shya, lo Cinta gak sama Rizky?" tanya Syifa yang saat ini duduk di sampingku, ia menemaniku membaca buku di perpustakaan. Sedangkan Rizky dan Aneta sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Aku menggeleng dan tersenyum, kulihat Syifa pun tersenyum. Seolah ada kelegaan di hatinya.

"Kenapa lo nanya gitu? Lo Cinta ya sama Rizky?" selidikku.

Belahan Jiwa AlishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang