part20

17 8 0
                                    

__________________💗_________________
Masih pov Alishya.

Aku diam tak berkutik, siapa yang telah menarik sebelah tanganku? yah, tangan kananku dengan jelas tengah menarik tangan Rizky, dan tangan kiriku kini ditarik seseorang. Siapa yang menariknya?
Kini kubalikkan badanku unuk melihat siapa pelakunya, aku terkejut karena tangan besar itu kini sedang menggenggam tanganku.

"Pak Abi!"

Aku kaget kenapa pria dewasa ini memegang tanganku?
Aku dan Rizki bersitatap merasa aneh dengan apa yang di lakukan Pak Abi  padaku. dia masih memegang tanganku dengan erat.

"Apa yang Bapak lakukan? Tolong lepasin tangan saya ya Pak!" pintaku, aku risih dengan tingkahnya itu. Namun dia hanya terdiam dan terus memperhatikan tanganku.

"Pak Abi!! Lepasin tangan Alishya!!" bentak Rizky berteriak. Sambil mengambil tanganku dan merangkulku kearah tubuhnya,  sontak saja membuat Kak Rey dan teman-temannya berlari kearah kami.

"O-oh Ma-maaf," ucap Pak Abidzar terlihat merasa bersalah.

"Ada apa Pak? Apa ada perlu dengan Alishya?" tanya Rizky padanya. Rizky mencoba bertanya dengan nada rendah,  sedangkan Aku tak mampu berkata apapun. Karena Syok,  Aku hanya terdiam dirangkulan Rizky.

"Ada apa?" Tanya Kak Rei dan teman-temannya bersamaan.

"Ti-tidak, tidak ada apa-apa!  Maaf saya permisi dulu."

Pak Abi pergi meninggalkan kami dengan tatapan aneh, tatapan yang sulit kuartikan. Ada apa dengan Pak Abi? Sungguh dia kah itu? aku jadi takut kalo dia seperti itu.

"Shya, lo gak apa-apa?" tanya Rizky dengan cemas.  Ia mengusap usap tanganku dengan lembut,  "Sakit gak?" tanyanya lagi. Aku menggeleng.

"Kenapa dengan Pak Abi?" tanya Kak Yans,  "Kamu baik baik saja kan?" tanya Kak Yans,  aku mengangguk.

Aku masih tak percaya dengan yang di lakukan Pak Abi, Ada apa dengan Pak Abi? Apakah ada yang ingin dia sampaikan?  Tapi apa? Atau pak Abi berniat melecehkanku? Ah tidak mungkin,  Pak Abi sepertinya bukan orang seperti itu. Dia terlihat sopan dan juga Alim,  mana mungkin dia melakukn hal seperti itu.

"Hei, Cantik!!" suara Kak Rei menyadarkanku dari lamunan, "Lo kenapa? Tangan lo sakit ya?" ucapnya sambil mengambil tanganku dari Rizky dan memperhatikannya. 

"Jangan pegang-pegang!!" Bentak Rizky dan langsung mengambil kembali tanganku.

"Sory" ucap Kak Rei, "Lo baik-baik ajakan Bidadariku?" lanjutnya menatapku seraya tersenyum.

'Ya tuhan,  senyuman itu ... Plis jangan Kak Rei jangan tersenyum!! Aku gak kuat.'

"Gak,  gak apa apa Kak. Kak gue pulang duluan ya!" ucapku seraya pergi. Kutarik tangan Rizky dan mengajaknya pulang.  Sungguh kejadian ini buat aku gelisah.  Pak Abi kenapa dia? Kok tiba tiba langsung menarik tanganku? Apa ada yang mau dia tanyakan padaku? Ya tuhan, Pak Abi, kau buat aku penasaran.
.
.
.
"Untung aja pegangnya gak kenceng banget, kalo gak, gelang dari Neneknya kakak baik hati bisa rusak," ucapku sambil mengusap gelang berwarna pink di tanganku ini.

Aku mencoba mencairkan suasana, karena sejak tadi aku dan Rizky hanya diam dan asik dengan pikiran  masing-masing. Kini Rizky menggeleng dan tersenyum, namun senyuman yang dipaksakan.

"Gue khawatir sama lo,  lo malah ngawatirin gelang," rutuknya,dan aku hanya cengengesan.

Ya, gelang ini adalah gelang yang di kasih neneknya Kakak penolong itu, entah siapa nama mereka, aku tidak bertanya saat itu.  Jangankan untuk bertanya, saat mereka membawaku ke rumah sakit saja aku pingsan, aku tersadar saat mereka akan pergi, Neneknya memberikanku Gelang ini dan bilang kalo ini kenang kenangan untuku,  barang kali suatu hari ketemu dengan Nenek atau Kakak itu pasti mereka akan nengenalku. Ya tuhan, Kakak baik hati dan Neneknya di mana mereka?

Belahan Jiwa AlishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang