38. Besok kan pergi lagi..

15 5 0
                                    

"Kenapa? Liatnya gitu amat?" tanyaku, risih. karena Kak Rafka terus menatapku.

"Yakin, gak suka nih? Cakep gini," tanyanya sambil mendelik. Aku diam, mengerucutkan bibir. Cakep sih, tapi ketuaan.

Rizky berjalan perlahan, lagi-lagi dia terjatuh namun segera bangkit lagi.  Aku kagum dengannya, ia berjuang begitu keras seolah tak merasakan sakit saat terjatuh tadi. kini ia berbalik arah, dan menatapku lekat, sepertinya dia ingin menghampiriku.

"Lo dieum di situ, Shya! Gue mau kesana!" pintanya saat melihatku hendak menghampirinya. Aku pun diam menunggunya sampai dia berada dihadapanku.

Usaha keras Rizky membuahkan hasil, kini dia berada di hadapanku lalu memeluku. Aku senang melihat keberhasilannya, dan tanpa sadar aku pun membalas pelukannya, erat.

"Gue berhasil Shya, lo lihatkan? demi lo gue bisa jalan."

Rizky bersorak dan aku pun mengikutinya, kami tertawa bersama sambil terus berpelukan, hingga mataku menatap sosok yang sedang berlalu, dato gerak geriknya dia seperti sedang kesal, mungkin ia kesal karena melihatku berpelukan dengan Rizky. Tapi kenapa? Sejak dulu kami biasa melakukannya, Rizky sahabatku.

***

 "Ikky!"

Aku berlari mengejar Rizky yang sudah sampai lebih dulu, sejak dulu kami selalu berlomba, siapa yang pertama kali menyentuh pohon nangka itu dia harus mengiikuti maunya si pemenang. Dan lagi-lagi Rizky lah pemenangnya.

"Gue menang Shya!" teriaknya, dia tertawa terpingkal pingkal, sedangkan aku merungut dan merutuk. Kesal. Padahal kakinya baru sembuh, tapi kenapa dia bisa lari dengan cepat.

"Ayo!"

Suara lembut Mister hantu menghilangkan rasa kesalku. Senyuman terutas begitu saja di bibir ini, saat melihatnya tengah berdiri di sebelahku, debaran di dada terasa berderung bagaikan suara mesin perahu yang ada di danau sana. Ah, semoga dia tak mendengarnya. Dia berjalan mendahuluiku, sedangkan aku terus terbengong menatap punggung tegapnya. Hingga aku tersadar dan berusaha mengejarnya, Aku berjalan cepet, mensejajarkan langkah. Ide konyol tuk mendahuluinya tiba-tiba mucul.

"Kaka curang!!"

"Curang?" dia diam sejenak karena kaget, lalu menatapku, kernyitan dahinya menandakan dia sedang bingung.

"Kaka curang. Udah buat Kei terpana saat Kaka tersenyum tadi, jadi Kei diam. Tapi sekarang  ... Kei yang duluan! Weeee!"

Aku menjulurkan lidah, lalu berlari menjauh darinya. Kubalikan tubuh sejenak ingin melihat raut priaku itu, senyumannya terlihat jelas di pelupuk mata, gelengan kepalanya menandakan kalau dia sedang menertawakan kekonyolanku. Ah, itulah caraku menghindarinya , supaya dia tak mendengar deru jantungku.

Saat sampai, Rizky tengah memainkan gitarnya, aku menghampirinya dan duduk di sampingnya, mendengarkan suara indahnya saat bernyanyi.

Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku
Asal kau pun bahagia dalam hidupmu
Dalam hidupmu.

Rizky menatapku dalam, ah lagu ini seperti sedang menyindirku, kalau begini caranya hatiku bisa luluh lagi. Kuasongkan minuman segar untuknya, dia pun mengambilnya, namun tak langsung meminumnya, dia malah melanjutkan lagunya.

Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku
Mencintaimu pun adalah bahagia untukku
Bahagia untukku.

Akh memang benar, lagu ini untukku, kalau bukan kenapa dia menyanyikannya sambil terus menatapapku, seolah olah akulah yang dimaksud.

Kak Rayan pun sudah sampai, senyuman terus melintas di bibirnya, namun, senyuman itu hilang seketika saat Rizky kembali melanjutkan lagunya.

Belahan Jiwa AlishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang