"Cut!!"
Yoojung menyeret pergelangan tanganku begitu gemas. Hampir satu setengah jam, namun dirinya tak mendapatkan akting yang terbaik dari kedua aktornya. Bukan Eunwoo, melainkan akulah yang membuat syuting jadi berkali-kali take.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Kau lihat? Cuaca semakin panas, tapi aktingmu tidak pernah benar!"
"Please, Sohyun. Ini demi tugasku. Kau harus berakting bagus hari ini. Bisa kan?"
Tidak!
Aku sudah menjajal berulang kali, meski kubuang jauh rasa takutku, itu akan tetap kembali. Seperti boomerang yang dilempar ke segala arah, pada akhirnya ia akan kembali pada titik mula ia berasal.
Rasa takut yang melekat. Bagaimana bisa rasa takut yang kumiliki bertahun-tahun dapat lenyap dalam beberapa kali take?
Itu hal konyol!
Sayangnya, aku masih belum siap memberitahukan kekuranganku. Aku malu. Ya, semacam itulah.
"I–iya deh, aku akan usaha semaksimal mungkin."
"Nah, gitu dong. Pokoknya kali ini harus bisa dapet satu scene. Oke?"
Jari telunjuk dan jempolku menyatu membentuk bulatan, mengisyaratkan kata 'baik'.
"Sunbae!" teriak Yoojung pada lelaki tampan yang kini tengah menenggak air mineralnya di bawah pohon, ia berteduh.
"Ya?"
"Maafkan temanku ini, ya. Kita istirahat sebentar, lalu lanjut syuting. Aku janji, habis ini pasti aktingnya berhasil."
"Haha, baiklah. Jangan terlalu keras padanya, ia mungkin gugup."
Benar, aku sangat gugup.
***
"Mau minum?"
Aku menghadapkan telapak tanganku pada Eunwoo, menolak tawarannya dengan halus.
"Apa kau tidak kepanasan di sana? Kemarilah, disini sejuk."
Gelagatku yang tidak beres, langsung saja tertangkap oleh kedua manik bening milik Cha Eunwoo.
Menurutnya aneh jika seorang gadis rupawan sepertiku memilih duduk di bawah terik matahari dibandingkan berteduh di samping cowok tampan yang banyak diincar.
Kami serasi. Sama-sama good looking, mungkin. Tapi, barangkali aku adalah gadis paling aneh yang pernah ia temui. Yang malah menjauh darinya dan bukan mendekat.
Menghindarinya tanpa alasan?
Kenapa? Aku yakin, dia penasaran.
"Eh?"
Eunwoo mengulurkan tangannya. Naskah yang ia pegang, ia gunakan untuk menghalau sinar mentari yang membakar lapisan epidermis di wajahku.
"Tidak perlu," tolakku.
"Kenapa? Aku merasa bertanggungjawab padamu."
"Padaku?"
"Ya, bagaimana mungkin aku membiarkan sinar UV menyentuh kulit gadis secantik dirimu? Aku tidak mau kulitmu yang seputih susu jadi kelebihan melanin."
(Alias tambah hitam)
Aku tertawa renyah, anggap saja aku paham yang mahasiswa kedokteran itu katakan.
"Nanti kulit tanganmu yang kepanasan," ucapku Sohyun.
"Kalau gitu, sini. Duduk bersamaku."
Aku mendesah. Menyesal mengatakan hal yang tadi. Sekarang, bagaimana caranya menghindar, menjauh sejauh-jauhnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Out, Boys! [GOB] ✔
FanfictionKim Sohyun tumbuh dengan sifat yang tak biasa. Kedekatannya dengan perempuan membuat Ibunya sendiri ragu untuk menyebutnya normal. Gadis cantik, tinggi, dan pintar itu takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki! Bagaimana keseruan Sohyun yang d...