Pagi itu, aku turun dari lantai atas. Melupakan kejadian kemarin yang membuatku kesal, aku memilih bergabung dan sarapan pagi bersama mama dan ketiga penghuni rumahku yang lain. Namun, apa ini? Aku baru mendudukkan diri, dan satu demi satu mereka mulai menjauh.Oh, aku tahu. Mereka membenciku, atau merasa jijik padaku.
"Tan, aku pamit. Mau berangkat kuliah," kata si calon dokter muda yang super sibuk, Eunwoo.
Cowok itu melirikku, tak lebih dari tiga detik. Lalu, kulihat ia tergesa-gesa keluar. Kuputar mataku malas, kualihkan fokusku pada roti isi selai kacang yang baru saja kubuat di atas piring.
"Eum ... saya juga, harus berangkat kuliah, Tan."
Mama mengangguk dan cowok yang sudah rapi dengan kaos merah lengan pendek dan celana jeans-nya bangkit, meninggalkan meja makan. Hanbin, ia juga melirikku tidak santai. Ada apa sih?
Sekarang tersisa aku, Taehyung, dan mama. Kupikir cowok kutub ini juga akan menyingkir dari hadapanku, kenyataannya tidak. Bahkan, setelah mama pergi bekerja tanpa pamit padaku, Taehyung masih asyik mengunyah roti isinya.
Kenapa ini? Apa aku menyesal? Apa artinya aku menyatakan kekalahanku? Rasanya aku sangat kesepian, karena biasanya keempat cowok itu selalu menggangguku. Tapi sejak kemarin—sejak kuusir Taeyong—suasananya jadi jauh berbeda.
"Mau ke mana?" tanyaku spontan saat Taehyung berdiri dan menenteng tasnya.
"Kuliah."
"Tunggu, a-aku ikut."
Masa bodoh! Persetan dengan nama baikku yang jatuh! Mungkin sebaiknya aku berangkat ke kampus, kalau lama-lama di rumah seperti ini, aku bisa mati membusuk kesepian.
Dan Bora akan menganggapku pengecut jika aku terus bersembunyi di balik cangkangku.
***
Rencana yang bodoh. Untuk apa aku mengikuti kata hatiku tadi? Sekarang aku sudah sampai di kampus, dan banyak pasang mata menatapku tajam. Mencemooh.
Aku mengeluarkan masker dari dalam tas, dengan begitu wajahku sedikit tersamarkan.
"Dia masih dateng ke kampus? Muka tembok, ya?"
"Kalau gue sih, udah pasti putus asa. Nggak bakal berani nunjukin muka."
"Mending juga nggak usah kuliah, atau pindah aja sekalian."
"Cewek aneh kayak dia, nggak usah dideketin. Daripada kena sial."
Aku berbalik, hendak keluar dari gerbang yang baru kumasuki. Tapi, tangan Taehyung menggandengku. Ia mencegahku pergi.
"Abaikan mereka," ucapnya singkat. "Mau kuantar ke kelasmu?" lanjutnya.
"Nggak perlu."
Aku melepaskan lengannya dan berlalu. Benar, bukankah aku Kim Sohyun? Gadis dengan kecantikannya yang terus dipuji-puji. Mendapat ujian sekecil ini saja aku menyerah? Tidak. Aku nggak lemah.
Aku melepas masker yang kupakai. Rambutku yang tadinya terurai menutupi wajah, kini kuikat kuda. Supaya mereka bisa melihatku dengan sempurna. Aku tersenyum, melangkah dengan percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Out, Boys! [GOB] ✔
FanfictionKim Sohyun tumbuh dengan sifat yang tak biasa. Kedekatannya dengan perempuan membuat Ibunya sendiri ragu untuk menyebutnya normal. Gadis cantik, tinggi, dan pintar itu takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki! Bagaimana keseruan Sohyun yang d...