Kejadian setelah Taeyong dan Taehyung dipaksa pulang ke rumah oleh Tuan Lee.
Brak!!
"Papa keterlaluan!" pekik Taeyong. "Gimana Papa bisa jadiin anak sepengecut ini?"
"Pengecut kamu bilang? Lebih baik kamu jadi pengecut daripada namamu ikut diseret-seret bersama dengan gadis itu!"
"Pa, Sohyun nggak salah! Temennya itu bunuh diri, Papa ini berlebihan!!"
Taeyong masih membantah papanya, sementara di ruang tamu yang sama, Taehyung berdiri tak berkutik. Ia juga kaget mendengar berita pagi itu, ketika Sohyun dibawa oleh polisi. Juga soal video bunuh diri Yena yang tersebar tak kurang dari sepuluh menit ke seluruh mahasiswa Perth Glory.
"Taehyung, apa kamu juga mau membantah papa seperti dia?"
Kali ini, Tuan Lee mengarahkan atensinya penuh pada Taehyung. Mata lelaki dengan senyum kotaknya itu memancar kosong, angannya berkelana dan tak sempat kesadarannya menjawab pertanyaan dari sang papa tiri.
"Taehyung! Katakan sesuatu, dasar idiot!" desak Taeyong meminta pembelaan.
"Lihat, kan? Taehyung memang lebih penurut dari pada kamu! Taehyung lebih pantas jadi anak papa," sindir Tuan Lee yang memicu kemarahan Taeyong.
Taeyong mengamuk. Gurat di lehernya tercetak jelas. Ia berteriak menggeram, kemudian berlari ke lantai atas menuju kamarnya. Ditutupnya pintu secara kasar hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Bantingan benda-benda berbahan gelas pun terdengar, menyadarkan Taehyung dari lamunan.
"Pa, Taehyung ke kamar dulu," pamitnya kemudian meninggalkan ketegangan yang ada.
***
Saat makan malam bersama, suasana tak juga berubah. Taeyong masih mengurung diri di dalam kamar, sedangkan di meja makan, duduk Taehyung beserta kedua orang tuanya. Mereka menyantap dalam kesunyian. Tak ada yang berani bercakap, pun juga menatap. Aura Tuan Lee yang tegas dan otoriter terlalu mendominasi. Kemudian, muncullah kalimat pemecah keheningan yang keluar dari tenggorokan mama Taehyung.
"Nak, mau tambah nasi?"
"Nggak usah, Ma. Taehyung kenyang."
Dentingan suara sendok dan garpu yang diletakkan di atas piring, membuat Taehyung mendongak. Wajahnya bertatapan langsung dengan sang papa yang garang.
Tuan Lee tampak mengambil kain lap dan mengelap mulutnya. Kemudian, beliau mengambil air putih dan meneguknya dengan sopan.
"Taehyung, papa mau pindahkan kuliahmu ke Amerika. Bersama dengan Taeyong juga."
"Ke Amerika? T-tapi ... kenapa, Pa?"
"Perth Glory bukan kampus yang baik, apalagi seorang pembunuh dan lesbian belakangan ini viral di sana. Papa nggak mau masa depanmu hancur gara-gara sekolahmu yang tercemar buruk."
Taehyung lagi-lagi diam. Ia tak menjawab apa pun sampai akhirnya makan malam mereka yang menegangkan berakhir hampa.
Taehyung masih duduk di meja dengan otaknya yang terus bekerja. Haruskah ia menerima keputusan papanya? Taehyung yakin, Sohyun tidak bersalah. Ini hanya sebuah kesalahpahaman. Papanya menangkap berita mentah-mentah, tapi tidak berusaha mencari tahu kevalidannya.
Jelas Taehyung salah jika dirinya menuruti begitu saja permintaan sang papa. Lalu, bagaimana keadaan Sohyunnya?
Malam itu, lelaki kutu buku tersebut tidak dapat terlelap. Berulang kali kakinya mondar-mandir di sekeliling tempat tidur. Setengah hatinya merasa keberatan jika harus meninggalkan Perth Glory. Setengahnya lagi, tak bisa untuk tidak membalas budi sang papa yang telah menampung dirinya dan mamanya. Taehyung bingung bagaimana caranya berbakti kepada orang tua. Tapi ... kenapa harus bersinggungan dengan cintanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Out, Boys! [GOB] ✔
FanfictionKim Sohyun tumbuh dengan sifat yang tak biasa. Kedekatannya dengan perempuan membuat Ibunya sendiri ragu untuk menyebutnya normal. Gadis cantik, tinggi, dan pintar itu takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki! Bagaimana keseruan Sohyun yang d...