Mungkin memang butuh bertahun-tahun untuk menguji kesetiaan. Aku meragukan Taehyung menyukaiku. Aku ragu setiap hal yang ia lakukan adalah benar, padaku.
Katakan, aku yang bodoh dan tidak tahu malu. Aku menjauhinya dulu karena aku tidak menyukai fisiknya. Tapi, pikirkan kembali, selabil apa anak pubertas waktu itu? Aku masih terlalu muda dan tidak tahu apa arti mencintai lawan jenis.
Cih, aku tidak percaya ini. Pada akhirnya, aku melakukan apa yang orang dewasa berbeda jenis biasa lakukan. Aku sudah bukan remaja labil lagi. Aku sudah besar dan cukup tahu apa arti berciuman.
Hei, ini Seoul, kan?
Kota besar di suatu negara penganut paham liberalisme. Kami, siapa pun, hidup bebas di sini. Jadi, berciuman untuk orang yang tidak saling menyukai pun menjadi hal yang wajar ditemui. Cukup masuk akal.
Ah, tapi apa yang terus berputar di kepalaku saat ini?
Tiap detik, aku menolak rencana Taehyung untuk menyerah mendapatkanku. Aku ingin dia terus berjuang, aku tak ingin dia lelah. Apakah yang aku lakukan ini benar?
Aku menahannya tanpa aku sadar. Membuat diriku terperangkap padanya. Membuat diriku—mungkin—suatu saat jatuh padanya. Atau, aku memang sudah jatuh?
"Sohyun?"
"I-iya? Iya? Kenapa?"
"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di sini pagi-pagi?"
Aku membuka mataku, terbangun dari lamunan singkat. Untuk beberapa detik aku masih merasa linglung dengan diriku sendiri. Kemudian, aku sungguh tersadarkan. APA YANG AKU LAKUKAN PAGI-PAGI DI DEPAN KAMAR TAEHYUNG?! Dengan piyama kuning bergambar bebek dan penampilan yang berantakan?
Bodohnya aku ....
"Eum ... aku hanya ... lewat. Haha, iya. Ke-ke dapur. Ke sana, ya sudah ya. Daa," jawabku terbata-bata.
Kuharap dia tidak memperhatikan kegugupanku.
"Tunggu," cegahnya. Tanganku dicekal oleh Taehyung, memaksaku untuk berhenti dan berbalik menatapnya.
Ah, bibirnya. Kami kemarin berciuman, kan? Aku harap itu cuma mimpi.
"Mau pergi begitu saja? Tidak ingat semalam?"
"Apa??"
"Ayo."
"Ke mana?"
"Katanya ke dapur. Aku ikut."
"Apa yang kamu lakukan ke dapur sepagi ini?"
Taehyung menangkup wajahku dengan sedikit menyunggingkan senyum. Aku bisa melihat deretan gigi-giginya yang mungil.
"Memperhatikanmu."
Wah, gila! Anak ini benar-benar! Bagaimana dia bisa mengatakan hal sekonyol itu dengan ekspresi muka tanpa dosa?
Auh, menyebalkan. Begini saja bikin jantung orang tidak bisa tenang!
"Hahaha, lucu sekali."
"Apa yang lucu? Bukankah kemarin kamu bilang supaya aku jangan menyerah?"
"Kapan?"
Taehyung mengedipkan matanya, sorotnya semakin dalam. Apa aku salah bilang?
Aku mencoba mengalihkan pandangan. Ya Tuhan, dia mengerikan.
"Kim Sohyun, kamu mau aku ingatkan?"
"Hm?"
"Semua yang kamu katakan semalam, aku bisa bantu mengingatkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Out, Boys! [GOB] ✔
FanfictionKim Sohyun tumbuh dengan sifat yang tak biasa. Kedekatannya dengan perempuan membuat Ibunya sendiri ragu untuk menyebutnya normal. Gadis cantik, tinggi, dan pintar itu takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki! Bagaimana keseruan Sohyun yang d...