GOB-023

1K 161 33
                                    

"Astaga! Kenapa putri kesayangan mama? Kok matamu hitam begitu? Kamu nggak tidur nyenyak, Sweetie?"

Lesu, aku mengangguk seperlunya dan berjalan menuju meja makan. Setelahnya, meneguk air putih dibandingkan susu hangat yang setiap pagi selalu kukonsumsi.

Benar, aku tidak bisa memejamkan mata semalaman. Tahu masalahnya apa? Hanbin mengatakan perasaannya kemarin. Ingat, mengatakan perasaannya! Bagaimana jika kalian menjadi aku?

Memang, fobiaku perlahan mulai bersahabat. Dan saat ini, aku merasa bahwa aku dapat sembuh. Tentu, semua berkat usaha mama mendekatkanku dengan keempat laki-laki yang tinggal denganku. Termasuk ... Hanbin. Tapi, lelaki itu dengan terus terang mengatakan kalau dia suka padaku. Aku bingung harus bagaimana?

Ini bukan pertama kalinya cowok memintaku menjadi miliknya, namun rasanya berbeda ketika Hanbin yang mengutarakannya. Aku sangat terkejut. Baru kutemukan sisi gentle-nya sekarang.

Aku memakan roti isiku tak bergairah. Mama yang melihat cuma bisa geleng-geleng kepala.

"Tumben sepi, Ma."

"Oh, itu ... Taehyung pamit pergi ke kampusnya, Taeyong pergi bersama teman-temannya dan Eunwoo sedang ada praktik di rumah sakit. Hanbin ... entahlah. Sepertinya masih di kamar."

Dasar pria-pria pencari kesibukan. Yang satu terlalu rajin belajar, sampai-sampai tiap hari pergi ke kampus-padahal di hari libur begini. Yang satu lagi anak geng, kerjaannya main terus bareng temen-temen nggak benernya. Dan yang satu lagi, terlalu cinta dengan rumah sakit-tempat mengabdinya kelak.

Bagaimana denganku? Aku gadis pemalas di hari minggu. Alih-alih pergi keluar, aku mending nonton TV seharian atau kuhabiskan waktuku di atas kasur sampai sore menjelang.

"Habin belum sarapan, mama takut kalau dia sakit. Bisa kamu antarkan roti isi dan segelas susu hangat ini ke kamarnya?"

"Huh? Harus aku, Ma?"

"Mama lagi buru-buru, Sayang."

"Syuting lagi?" tanyaku malas. Terdengar retorik, sih.

Mama yang diam tak menjawab, membuatku semakin yakin bahwa dugaanku benar.

"Mama 'kan habis sembuh, tolong atur jam kerjanya, dong. Harus banyak istirahat juga. Mama itu udah nggak muda, tahu."

"Enak aja, mama masih sehat begini. Cantik lagi, masa dibilang udah tua?"

"Siapa yang bilang tua?"

"Tadi. Barusan. Udah ah, jangan ajak mama berdebat pagi-pagi. Anterin ke kamar Hanbin, ya, sarapannya?"

"Hmm."

***

Kubuka pelan-pelan pintu kamar Hanbin. Ini pertama kalinya aku masuk sini. Kamar Hanbin dan Eunwoo jauh lebih rapi daripada kamar dua saudara tiri itu. Membuatku lega, karena tak harus menahan gemas. Aku paling tidak suka ketidakrapian.

Di atas kasur, Hanbin berbaring masih dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Dia tampak tak bergerak sedikit pun. Suara dengkuran halus terus terdengar, mengalun di telingaku.

Aku meletakkan nampan berisi sarapan ringan di atas nakas, kemudian kudekatkan diriku ke ranjang yang tampak hangat itu. Hanbin tidur memunggungiku. Aku menyentuh keningnya dari belakang.

"Panas! Dia demam. Ya ampun."

Aku bergerak panik. Daripada merawat, aku lebih sering dirawat. Daripada sehat, aku lebih sering sakit. Itulah mengapa aku sedikit linglung menghadapi situasi seperti ini. Mama juga sudah berangkat bersama sopirnya lima belas menit yang lalu. Sekarang, aku sendirian.

Get Out, Boys! [GOB] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang