Hidupku yang dari awal sudah rumit, malah semakin pelik. Aku duduk tegang dengan menyaksikan butiran air menetes di punggung dan pergelangan tanganku. Ruangan yang hening, juga tatapan elang yang pria paruhbaya ini layangkan padaku membuatku tambah ketakutan. Aku menjawab setiap pertanyaannya dengan hati-hati, juga dengan sejujur-jujurnya. Tapi, pria ini ngotot dan terus memojokkanku. Selalu berusaha mencari celah untuk menuduhkan semua tragedi ini atas kesalahanku.
Aku yang tidak kuat menahan tangis, akhirnya pecah. Pria itu kebingungan lalu memanggil seorang wanita yang ternyata adalah mamaku. Mama hadir di sini. Mama mendukungku, merangkulku dan ikut menangis bersamaku.
"Pak, apa anak saya sudah boleh pulang? Dia tidak bersalah," pinta mama dengan kedua matanya yang sudah sembab.
"Baiklah, Nyonya. Nona sudah boleh pulang, tapi harap kerjasamanya karena kasus ini masih belum selesai. Kami membutuhkan banyak keterangan dari Nona Sohyun."
"Saya tahu, Pak. Saya tidak bodoh. Saya permisi," kata mama yang begitu jengkel oleh sikap pak polisi.
Mama menuntunku keluar, di sana kudapati Taeyong tidak sendiri. Aku ingat bagaimana polisi membawaku pergi dengan mobilnya yang bersirine, dan Taeyong lah yang mengejar dan menemaniku sampai sini. Kemudian, mama datang, pun juga dengan Hanbin, Taehyung, dan sunbae. Ditambah kedua sahabatku, Yoojung dan Saeron, yang melihatku prihatin.
Aku sangat terharu. Aku ternyata tidak sendiri, aku punya mereka yang mempercayaiku. Begitu keluar dari ruang interogasi, Yoojung memelukku. Dia menyampaikan betapa khawatirnya dia. Aku yang kena masalah, namun dia yang merengek-rengek seperti bayi. Hidungnya merah dan cairan kental mengisi di dalamnya, sepertinya dia akan menumpahkan semua ingusnya ke bajuku. Tapi aku sayang sahabatku ini. Di balik sikapnya yang menyebalkan, dia justru jadi orang yang paling mengkhawatirkan hidupku.
"Sohyun, kau tau, aku sangat ketakutan saat melihat kau dibawa polisi. Bagaimana polisi itu bisa bertindak seenaknya?? Sohyunku yang baik hati tidak mungkin melakukan kejahatan," kata Yoojung menggebu-gebu.
"Yoojung, mereka bawa surat keterangan. Aku dibawa pergi karena suatu alasan, tapi kau jangan takut, ya."
Hari tidak terasa berjalan sudah enam jam. Senja mulai menyapa, aku dan semua orang yang menyayangiku berkumpul di rumahku. Mama sebelumnya telah meminta bibi untuk menyiapkan makan malam. Kami makan bersama dalam ancaman. Entahlah, aku merasa hidupku sudah di ujung tanduk. Tak ada tempat nyaman yang bisa aku singgahi. Aku seperti terombang-ambing dalam masalah, dan sebentar lagi pasti akan jatuh dalam lembah hitam yang akan membuatku tidak dapat kembali ke kehidupan.
Mama menyadari kemurunganku. Ia juga pasti sadar, apa yang aku murungkan adalah soal kariernya yang hancur. Gara-gara aku, mama kehilangan job. Dan entah bagaimana mama akan menafkahiku setelah ini. Atau mungkin, mama akan mengirimku ke papa yang sekarang ada di Australia karena tidak sanggup lagi mencukupi kebutuhanku.
Meskipun aku membenci pekerjaannya, namun aku sadar. Hanya dengan ini mama bisa memberiku segalanya. Aku tidak akan memprotesnya lagi kalau saja Tuhan mencabut hukuman ini. Mengembalikan Yena dan juga menghapuskan semua gosip yang terkait denganku. Aku ingin hidup dengan damai. Kenapa sulit sekali?
"Sohyun, jangan pikirkan apapun. Mama pasti berusaha untuk membebaskanmu dari masalah ini. Makan, ya, sweety," ucap mama dengan lembutnya. Tak lupa mama mengusap kepalaku, sama seperti yang ia lakukan setiap harinya.
Ngomong-ngomong, belakangan mama jarang kelihatan di rumah. Tapi karenaku, mama malah jadi pengangguran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Out, Boys! [GOB] ✔
FanfictionKim Sohyun tumbuh dengan sifat yang tak biasa. Kedekatannya dengan perempuan membuat Ibunya sendiri ragu untuk menyebutnya normal. Gadis cantik, tinggi, dan pintar itu takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki! Bagaimana keseruan Sohyun yang d...